Bali Dijual Murah di China, 5 Hari 4 Malam Dibanderol Rp 2 Jutaan
DENPASAR, NusaBali.com - Kehadiran wisatawan China di Bali telah lama menjadi magnet bagi industri pariwisata Pulau Dewata. Namun, muncul kekhawatiran terkait praktik jual beli kepala yang marak pada belasan tahun lalu, kembali terjadi.
Pengamat pariwisata Bali, Claudius Daniel, Selasa (14/11/2023), mengungkapkan praktik ini melibatkan penawaran paket wisata ke Bali dengan harga yang tidak masuk akal.
Dicontohkannya flyer atau promo yang beredar di beranda aplikasi WeChat pada 28 Agustus lalu, menawarkan paket wisata dari Kota Shenzhen ke Bali selama 5 hari 4 malam hanya dengan membayar RMB 999, termasuk semua fasilitas.
“Jika dirupiahkan saat ini sekitar Rp 2,1 juta. Sementara pada saat itu (Agustus) sekitar Rp 1,9 juta. Jadi tidak sampai Rp 2 juta,” kata Claudius sembari menyebut idealnya wisata ke Bali dari negeri Tirai Bambu dibanderol RMB 5.000 atau sekitar Rp 10 juta.
Harga yang begitu murah menciptakan kecurigaan terkait praktik jual beli kepala. "Pada dasarnya, ini adalah praktik di mana turis China dijual ke tour guide dengan harga tertentu per kepala," ungkap Claudius Daniel.
"Sistemnya adalah Bali dijual murah di luar negeri, lalu BPW (Biro Perjalanan Wisata/travel agent) yang bekerja sama dengan pihak luar negeri menawarkan ke tour guide untuk menghandle tamu. Biaya ditanggung tour guide, namun dalam praktik ada persentase biaya yang ditanggung guide, yang bisa mencapai 70 persen."
Bahkan Claudius Daniel menengarai jika salah satu travel agent besar di Bali mendapatkan kuota 2.000 tamu dari China pada 16 November ini dengan pola serupa.
Praktik ini diakui telah berlangsung selama belasan tahun dan meskipun telah dilakukan Nota Kesepahaman pada 25 Agustus 2023, implementasinya masih belum berjalan mulus.
Nota Kesepahaman yang dimaksud adalah hasil diskusi dan musyawarah pengurus dan anggota ASITA Bali, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, Dinas Pariwisata Provinsi Bali, dan Satpol PP Provinsi Bali.
Dalam Nota Kesepahaman tersebut, salah satu poin yang telah disepakati adalah tidak akan melakukan praktik jual beli kepala dengan menerima sejumlah uang tertentu dari pramuwisata, meminta pramuwisara menanggung biaya-biaya yang seharusnya ditanggung oleh BPW, seperti entrance fee dan lain-lainnya.
Disepakati pula bahwa tidak akan melakukan praktik yang sering disebut dengan istilah zero tour guide fee, yaitu dengan tidak memberikan guide fee atau memberikan guide fee yang sangat rendah dari perusahaan kepada tour guide.
Promo media sosial di China yang menuliskan 'Bali yang Keren. Penerbangan langsung dari Shenzhen selama 5 hari 4 malam hanya RMB 999'.-IST
Hasan Basri, seorang pemerhati pariwisata dengan 17 tahun pengalaman di industri pariwisata Bali, menjelaskan bahwa "Bali dijual murah sejarahnya adalah praktik jual beli kepala. Apapun bentuknya masih ada sampai sekarang."
Dia menyoroti dilema di mana meskipun pemerintah dan stakeholder menyadari masalah ini, praktisi pariwisata sering kali terjebak dalam praktik ini karena kepentingan ekonomi pribadi.
Salah satu dampak negatif dari praktik ini adalah pengalaman tamu yang terganggu, karena tour guide lebih fokus pada penjualan produk dan optional tours (OPT) daripada memperkenalkan objek wisata dengan baik.
Terlebih lagi, transaksi yang menggunakan Alipay Online Payment dan WeChat Pay tidak melibatkan penukaran mata uang rupiah, sehingga devisa tidak masuk ke dalam ekonomi lokal.
Claudius Daniel dan Hasan Basri sepakat bahwa penanganan serius perlu dilakukan. "Perlu dilakukan sweeping liaison dan BPW serta tour guide harus menandatangani pakta integritas anggota. Jika tidak dibenahi, saat banjir wisatawan akan kesulitan mengontrol," ujar Claudius.
"Kita punya komitmen kuat untuk mengakhiri praktik ini, mari kita selesaikan bersama. Hal ini tidak boleh terus berlarut-larut tanpa penyelesaian yang tegas."
1
Komentar