Penyu Bermigrasi ke Utara dan Selatan Pantai Kuta
Kondisi Pantai Kuta saat ini menyulitkan penyu menggali lubang untuk membuat sarang dan bertelur.
MANGUPURA, NusaBali
Kondisi Pantai Kuta saat ini ternyata mempengaruhi keberadaan penyu yang biasa bertelur di kawasan tersebut. Satwa laut itu kini bermigrasi atau berpindah lokasi untuk mencari tempat bertelur, yakni ke arah selatan seperti Pantai Jerman dan Pantai Sekeh dan ke utara seperti ke Pantai Legian dan Seminyak.
Kondisi ini diakui Founder Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTCC) I Gusti Ngurah Tresna. Dia mengatakan penyu yang biasa bertelur di kawasan Pantai Kuta perlahan mulai bergeser ke wilayah selatan dan utara Pantai Kuta. “Memang saat ini kecenderungan penyu bertelur agak bergeser ke selatan dan utara Pantai Kuta. Penyu mencari tempat yang gelap dan tidak terlalu ramai,” kata Tresna, Kamis (16/11).
Selain karena kondisi di kawasan Pantai Kuta lebih terang, banyak pengunjung saat malam hari, serta keberadaan penahan abrasi yang berbahan batu dinilai menyulitkan penyu menggali lubang untuk membuat sarang dan bertelur. Kendati demikian, lanjut Tresna, bukan berarti sama sekali tidak ada penyu yang bertelur di sepanjang Pantai Kuta. Masih tetap ada penyu bertelur di area Pantai Kuta, khusus yang tidak ada penahan abrasinya, yaitu depan kantor Satgas Pantai Kuta ke selatan.
Walau demikian, pihaknya mengaku tetap mendukung penataan yang telah dilakukan oleh Pemkab Badung. Sebab ketika Pantai Kuta terkikis akibat abrasi parah, hal itu juga akan berpengaruh terhadap kondisi pariwisata dan perekonomian masyarakat setempat. Untuk itu, kendala yang dihadapi saat ini justru merupakan tantangan untuk terus semangat melakukan konservasi.
“Kami sudah 23 tahun melakukan upaya konservasi. Jadi ketika masyarakat tahu ada penyu yang bertelur mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Jadi mereka sudah mengcover lebih dahulu untuk kemudian diinformasikan ke kami. Kadang wisatawan juga ada yang menginformasikan ke kami,” kata Tresna.
Lebih lanjut Tresna mengatakan, sepanjang tahun ini sedikitnya ada 275 sarang penyu jenis lekang yang ditemukan, dengan total sekitar 50-60 ribu telur. Namun, jumlah ini relatif rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
“Periode musim penyu bertelur ini biasanya Maret sampai Oktober, kemudian berhenti saat datangnya musim hujan. Tapi sekarang agak terlambat, bulan ini saja kita masih menemukan satu sarang yang muncul,” ucap Tresna. 7 asa
Kondisi Pantai Kuta saat ini ternyata mempengaruhi keberadaan penyu yang biasa bertelur di kawasan tersebut. Satwa laut itu kini bermigrasi atau berpindah lokasi untuk mencari tempat bertelur, yakni ke arah selatan seperti Pantai Jerman dan Pantai Sekeh dan ke utara seperti ke Pantai Legian dan Seminyak.
Kondisi ini diakui Founder Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTCC) I Gusti Ngurah Tresna. Dia mengatakan penyu yang biasa bertelur di kawasan Pantai Kuta perlahan mulai bergeser ke wilayah selatan dan utara Pantai Kuta. “Memang saat ini kecenderungan penyu bertelur agak bergeser ke selatan dan utara Pantai Kuta. Penyu mencari tempat yang gelap dan tidak terlalu ramai,” kata Tresna, Kamis (16/11).
Selain karena kondisi di kawasan Pantai Kuta lebih terang, banyak pengunjung saat malam hari, serta keberadaan penahan abrasi yang berbahan batu dinilai menyulitkan penyu menggali lubang untuk membuat sarang dan bertelur. Kendati demikian, lanjut Tresna, bukan berarti sama sekali tidak ada penyu yang bertelur di sepanjang Pantai Kuta. Masih tetap ada penyu bertelur di area Pantai Kuta, khusus yang tidak ada penahan abrasinya, yaitu depan kantor Satgas Pantai Kuta ke selatan.
Walau demikian, pihaknya mengaku tetap mendukung penataan yang telah dilakukan oleh Pemkab Badung. Sebab ketika Pantai Kuta terkikis akibat abrasi parah, hal itu juga akan berpengaruh terhadap kondisi pariwisata dan perekonomian masyarakat setempat. Untuk itu, kendala yang dihadapi saat ini justru merupakan tantangan untuk terus semangat melakukan konservasi.
“Kami sudah 23 tahun melakukan upaya konservasi. Jadi ketika masyarakat tahu ada penyu yang bertelur mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Jadi mereka sudah mengcover lebih dahulu untuk kemudian diinformasikan ke kami. Kadang wisatawan juga ada yang menginformasikan ke kami,” kata Tresna.
Lebih lanjut Tresna mengatakan, sepanjang tahun ini sedikitnya ada 275 sarang penyu jenis lekang yang ditemukan, dengan total sekitar 50-60 ribu telur. Namun, jumlah ini relatif rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
“Periode musim penyu bertelur ini biasanya Maret sampai Oktober, kemudian berhenti saat datangnya musim hujan. Tapi sekarang agak terlambat, bulan ini saja kita masih menemukan satu sarang yang muncul,” ucap Tresna. 7 asa
1
Komentar