Koster: Video Warga Enggan Dukung PDIP Tak Pengaruh
DENPASAR, NusaBali - Ketua DPD PDI Perjuangan Bali Wayan Koster menyebut video viral yang menampilkan sekelompok masyarakat yang enggan mendukung calon presiden-wakil presiden dari PDIP karena Megawati Soekarnoputri menolak pembangunan bandara di Bali Utara, tidak berpengaruh terhadap suara partainya.
“Tidak berpengaruh ke PDIP, kalau menurut saya itu spontanitas sebagai suatu reaksi, dan mudah-mudahan murni bukan karena ada dorongan rekayasa dari pihak tertentu. Saya berterima kasih atas aspirasinya, ke depan itu jadi sesuatu yang harus diperhatikan,” kata Koster usai kegiatan 1st Indonesian Vocational Link and Match, di Denpasar, Sabtu (18/11/2023).
Mantan Gubernur Bali itu mengaku sudah menonton video terkait, hingga saat ini dia belum mengetahui siapa orang-orang di dalam video. Bahkan dia merasa isu bandara di Bali Utara adalah isu lama yang dicurigai muncul lagi karena hendak pemilu.
Diketahui bahwa video tersebut diunggah melalui akun TikTok ketutuser89089512 pada Kamis (16/11) lalu. Saat ini video yang di dalamnya terekam sekitar 17 orang itu sudah ditonton sebanyak 789 ribu kali.
Adapun kalimat yang dilontarkan salah satu orang di video tersebut berbunyi, ‘Om Swastiastu, kami masyarakat Bali Utara tidak mendukung capres dan cawapres dari PDIP karena Megawati tidak setuju ada bandara di Buleleng. Kami ingin pekerjaan, kami jauh dari peradaban, kami lapar, kami miskin. Supaya bandara segera dibangun di Buleleng, hidup Buleleng’.
“Ya itu aspirasi, Bu Megawati bukan menolak begitu, tapi apakah bandara baru ini sudah dibutuhkan betul, mendesak saat ini, menurut saya belum,” ujar Koster.
Menurutnya, kapasitas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, masih cukup untuk melayani wisatawan. Pun jika dibutuhkan bandara harus diurus terlebih dahulu infrastruktur pendukungnya, seperti akses antar kabupaten agar bandara dapat berkembang bukan justru kosong penumpang. Apalagi keinginan masyarakat adalah mendapat pekerjaan di sana.
“Jadi sebelum bicara bandara, pastikan kebutuhan yang memang sudah harus dipenuhi sebelum membuat bandara baru, lalu akses ke Buleleng selesaikan dulu, short cut saja belum, lalu itu tol belum, kereta api belum, bandar udara itu terakhir, setelah akses daratnya sudah memadai,” tandas Koster.
Sebelumnya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sempat menyampaikan penolakannya terhadap pembangunan bandara di Bali Utara.
Saat kunjungannya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Senin (16/1/2023) lalu itu dia mengaku tujuan dari penolakannya demi rakyat Bali karena pada akhirnya yang akan diuntungkan adalah investor.
“Saya ngobrol sama Gubernur Koster waktu mau dibangun lagi bandara di Buleleng. Ngamuk saya, saya panggil dia, enak saja hanya untuk menguntungkan pariwisata,” kata Megawati saat itu.
Proyek bandara di Bali Utara sendiri akhirnya belum dilanjutkan, akibat Presiden Jokowi tak memasukkannya dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pernyataan Megawati itu pun mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Menanggapi kontroversi tersebut, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan apa yang disampaikan Megawati sangat tepat. Dalam jangka menengah, pembangunan bandara tersebut pasti diikuti dengan berbagai infrastruktur turisme yang lebih berorientasi pada keuntungan investor semata. Lalu derasnya orang asing yang masuk dipastikan akan mengubah kultur Bali.
“Kekuatan Bali itu terletak pada kultur yang hidup, menyatu, dan menumbuhkan jiwa spiritualitas yang otentik. Hal inilah yang menjawab mengapa atmosfer kehidupan Bali sangat khas, ada kehidupan spiritual yang menyatu dengan alam. Berbagai aspek spiritualitas ini menjadi kekuatan Bali, dan inilah yang dijaga Ibu Megawati,” ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/1/2023).
Bagi Hasto daripada berpikir mengubah Bali hanya melalui pendekatan infrastruktur, lebih baik menggali seluruh kekayaan peradaban Bali melalui lontar dan lain-lain. “Langkah terpenting sekarang ini, justru menggali keseluruhan nilai-nilai peradaban Bali. Falsafah kebahagiaan melalui Tri Hita Karana misalnya, sangat tepat ditransformasikan untuk Indonesia dan dunia. Di situlah peran penting Bali, bukan malah mereduksinya dengan bandara internasional di Bali Utara," papar Hasto. 7 ant
Mantan Gubernur Bali itu mengaku sudah menonton video terkait, hingga saat ini dia belum mengetahui siapa orang-orang di dalam video. Bahkan dia merasa isu bandara di Bali Utara adalah isu lama yang dicurigai muncul lagi karena hendak pemilu.
Diketahui bahwa video tersebut diunggah melalui akun TikTok ketutuser89089512 pada Kamis (16/11) lalu. Saat ini video yang di dalamnya terekam sekitar 17 orang itu sudah ditonton sebanyak 789 ribu kali.
Adapun kalimat yang dilontarkan salah satu orang di video tersebut berbunyi, ‘Om Swastiastu, kami masyarakat Bali Utara tidak mendukung capres dan cawapres dari PDIP karena Megawati tidak setuju ada bandara di Buleleng. Kami ingin pekerjaan, kami jauh dari peradaban, kami lapar, kami miskin. Supaya bandara segera dibangun di Buleleng, hidup Buleleng’.
“Ya itu aspirasi, Bu Megawati bukan menolak begitu, tapi apakah bandara baru ini sudah dibutuhkan betul, mendesak saat ini, menurut saya belum,” ujar Koster.
Menurutnya, kapasitas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, masih cukup untuk melayani wisatawan. Pun jika dibutuhkan bandara harus diurus terlebih dahulu infrastruktur pendukungnya, seperti akses antar kabupaten agar bandara dapat berkembang bukan justru kosong penumpang. Apalagi keinginan masyarakat adalah mendapat pekerjaan di sana.
“Jadi sebelum bicara bandara, pastikan kebutuhan yang memang sudah harus dipenuhi sebelum membuat bandara baru, lalu akses ke Buleleng selesaikan dulu, short cut saja belum, lalu itu tol belum, kereta api belum, bandar udara itu terakhir, setelah akses daratnya sudah memadai,” tandas Koster.
Sebelumnya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sempat menyampaikan penolakannya terhadap pembangunan bandara di Bali Utara.
Saat kunjungannya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Senin (16/1/2023) lalu itu dia mengaku tujuan dari penolakannya demi rakyat Bali karena pada akhirnya yang akan diuntungkan adalah investor.
“Saya ngobrol sama Gubernur Koster waktu mau dibangun lagi bandara di Buleleng. Ngamuk saya, saya panggil dia, enak saja hanya untuk menguntungkan pariwisata,” kata Megawati saat itu.
Proyek bandara di Bali Utara sendiri akhirnya belum dilanjutkan, akibat Presiden Jokowi tak memasukkannya dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pernyataan Megawati itu pun mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Menanggapi kontroversi tersebut, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan apa yang disampaikan Megawati sangat tepat. Dalam jangka menengah, pembangunan bandara tersebut pasti diikuti dengan berbagai infrastruktur turisme yang lebih berorientasi pada keuntungan investor semata. Lalu derasnya orang asing yang masuk dipastikan akan mengubah kultur Bali.
“Kekuatan Bali itu terletak pada kultur yang hidup, menyatu, dan menumbuhkan jiwa spiritualitas yang otentik. Hal inilah yang menjawab mengapa atmosfer kehidupan Bali sangat khas, ada kehidupan spiritual yang menyatu dengan alam. Berbagai aspek spiritualitas ini menjadi kekuatan Bali, dan inilah yang dijaga Ibu Megawati,” ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/1/2023).
Bagi Hasto daripada berpikir mengubah Bali hanya melalui pendekatan infrastruktur, lebih baik menggali seluruh kekayaan peradaban Bali melalui lontar dan lain-lain. “Langkah terpenting sekarang ini, justru menggali keseluruhan nilai-nilai peradaban Bali. Falsafah kebahagiaan melalui Tri Hita Karana misalnya, sangat tepat ditransformasikan untuk Indonesia dan dunia. Di situlah peran penting Bali, bukan malah mereduksinya dengan bandara internasional di Bali Utara," papar Hasto. 7 ant
1
Komentar