Cukup Bawa Sampah, Siswa Bisa Ikuti Pasraman
BANGLI, NusaBali - Pasraman Jayapangus di Banjar Adat Sima Siladan, Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli, tidak hanya mengajarkan seni dan budaya. Pasraman ini juga mengajarkan peserta agar peduli lingkungan. Syarat mereka yang ingin ikut kegiatan pasraman, cukup membawa sampah yang ditemukan di jalan dari rumah menuju tempat pasraman.
Ketua Pasraman Jayapangus I Wayan Sutirka mengatakan Pasraman Jayapangus memberikan pendidikan berupa penguatan Bahasa Bali, pengembangan Bahasa Inggris, seni tabuh, seni tari, uparengga, dan pasantian. Pasraman ini bagian dari program bank sampah.
"Selain penguatan seni dan budaya, keberadaan pasraman juga untuk mendukung kelestarian alam," ungkapnya Minggu (19/11).
Lanjutnya, para peserta/siswa agar dapat mengikuti pembelajaran di pasraman, wajib membawa sampah. Dalam hal ini jumlah sampah yang dibawa tidak patok. Sampah yang dibawa adalah sampah yang ditemukan di jalan. "Mereka wajib membawa sampah tetapi tidak dipaksakan harus banyak. Jika dalam perjalanan dari rumah menuju ke tempat kami mendapatkan sampah, sehingga mereka cukup membawa sampah itu saja. Mereka berhak mendapat pendidikan secara gratis," jelasnya.
Hal ini sebagai media edukasi bahwa betapa pentingnya melakukan pelestarian lingkungan. Untuk pelaksanaan program ini hasil sinergi antara desa adat, banjar adat dan bank sampah. "Melalui kegiatan di pasraman setidaknya ke depan ada pionir yang mampu melestarikan seni budaya dan lingkungan," ujarnya.
Foto: I Wayan Sutirka. -EKA SRI
Lebih lanjut, kegiatan pasraman dilaksanakan Sabtu dan Minggu. Setiap pekan telah dijadwalkan pelajaran yang diberikan. Contohnya, pekan/minggu pertama adalah penguatan Bahasa Bali, pekan kedua Bahasa Inggris, dan pekan berikutnya berkaitan dengan seni dan budaya.
Diakui untuk peminat/peserta pasraman cukup banyak. Sebelumnya telah dilakukan sosialisasi melalui media sosial, group PKK atau Banjar. Bagi yang berminat bisa mengikuti kegiatan pasraman. "Siapa saja boleh ikut dengan catatan memang serius ingin belajar. Kami ingin mencetak kader yang memang antusias terhadap pendidikan seni budaya dan lingkungan," tegasnya.
Untuk peserta beragam dari siswa TK hingga SMP. Bagi yang sudah lulus SMP masih bisa mengikuti kegiatan pasraman. Pria yang juga PNS di Dinas Lingkungan Hidup Bangli ini mengatakan untuk pelajaran yang paling diminati adalah seni tari dan Bahasa Inggris.
Tidak dipungkiri untuk pelajaran Bahasa Bali masih sedikit peminat, yakni sekitar 30 persen. Terkait hal itu, pihaknya berkomunikasi dengan para orangtua untuk bisa mengarahkan anak belajar Bahasa Bali yang merupakan bahasa ibu. Saat ini, ada 27 peserta pasraman. Sebelumnya pasraman ini sudah memiliki puluhan peserta.
Untuk instruktur, pihaknya mengandeng pendamping Bahasa Bali di desa, guru Bahasa Inggris professional. Pelatih tabuh dibantu warga yang seniman sekirtar. Begitu juga untuk pelatihan uparengga saran upacara melibatkan serati.7esa
1
Komentar