Kesenjangan Guru dan Murid Berpotensi Picu Konflik
JAKARTA, NusaBali - Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) menyatakan kesenjangan generasi antara guru dan murid berpotensi memicu konflik apabila ditangani kurang baik, sehingga diperlukan pemahaman untuk para guru agar bisa menjembatani dalam proses belajar mengajar.
"Kesenjangan generasi ini rawan akan konflik bila ditangani dengan kurang baik, termasuk perbedaan pemahaman antara guru dan murid. Kesenjangan generasi antara guru dan murid sering kali menjadi pembatas atau hambatan dalam pembelajaran," ujar Ketua KGSB, Ardyles Faesilio dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (19/11).
Ia mengatakan Gen Z dikenal juga sebagai “Zoomers”, merupakan sebutan untuk mereka yang sejak lahir sudah bersinggungan dengan materi digital. Mereka tumbuh di lingkungan modern dan cenderung memiliki keterampilan bawaan yang memadai dalam menanggapi media digital dan internet.
Pengelompokan generasi yang dimulai dari generasi baby boomer hingga generasi Z, bahkan pada abad 22 memasuki generasi Alfa. Terjadi kesenjangan usia yang begitu tajam mulai dari penampilan dan gaya hidup, persepsi, pengalaman, perilaku dan komunikasi, ini yang kemudian disebut dengan kesenjangan generasi.
Dalam pendidikan, kata dia, kesenjangan pembelajaran sering terjadi di kelas antara guru dan murid. Umumnya, murid yang memiliki karakter menerima informasi dengan cepat, mereka juga sangat menyukai sesi paralel dan multitasking. Murid memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap proses belajar mengajar. Sebab, mereka memiliki akses informasi yang luas melalui berbagai platform dan cara.
Sedangkan guru pada umumnya memiliki karakteristik proses belajar yang lebih lambat, step by step, satu pelajaran sekali waktu, belajar secara individu, serta kurang yakin bahwa murid-muridnya dapat belajar dengan maksimal saat mereka melakukan banyak hal dalam satu waktu.
Pendiri Rumah Guru BK dan Widyaiswara Kemendikbudristek RI Ana Susanti mengatakan komunikasi menjadi kunci utama dalam mengatasi kesenjangan generasi.
Menurutnya, kerja sama untuk memangkas kesenjangan antara guru dan murid ini harus dilakukan secara konsisten untuk hasil yang maksimal. Guru harus bisa lebih memahami anak didiknya dengan berbagai penyesuaian terhadap teknologi, perspektif dan perilaku.
"Saling memahami lebih indah daripada menghakimi antar-generasi hanya karena berbeda. Jalin kolaborasi antar-generasi, buka ruang, kesempatan saling berbagi, dan bekerja sama. Sebagai guru, lakukan analisis karakteristik lintas generasi serta dalam penyampaiannya gunakan metode komunikasi yang beragam sesuai generasi yang dituju," ujar Ana. 7 ant
Ia mengatakan Gen Z dikenal juga sebagai “Zoomers”, merupakan sebutan untuk mereka yang sejak lahir sudah bersinggungan dengan materi digital. Mereka tumbuh di lingkungan modern dan cenderung memiliki keterampilan bawaan yang memadai dalam menanggapi media digital dan internet.
Pengelompokan generasi yang dimulai dari generasi baby boomer hingga generasi Z, bahkan pada abad 22 memasuki generasi Alfa. Terjadi kesenjangan usia yang begitu tajam mulai dari penampilan dan gaya hidup, persepsi, pengalaman, perilaku dan komunikasi, ini yang kemudian disebut dengan kesenjangan generasi.
Dalam pendidikan, kata dia, kesenjangan pembelajaran sering terjadi di kelas antara guru dan murid. Umumnya, murid yang memiliki karakter menerima informasi dengan cepat, mereka juga sangat menyukai sesi paralel dan multitasking. Murid memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap proses belajar mengajar. Sebab, mereka memiliki akses informasi yang luas melalui berbagai platform dan cara.
Sedangkan guru pada umumnya memiliki karakteristik proses belajar yang lebih lambat, step by step, satu pelajaran sekali waktu, belajar secara individu, serta kurang yakin bahwa murid-muridnya dapat belajar dengan maksimal saat mereka melakukan banyak hal dalam satu waktu.
Pendiri Rumah Guru BK dan Widyaiswara Kemendikbudristek RI Ana Susanti mengatakan komunikasi menjadi kunci utama dalam mengatasi kesenjangan generasi.
Menurutnya, kerja sama untuk memangkas kesenjangan antara guru dan murid ini harus dilakukan secara konsisten untuk hasil yang maksimal. Guru harus bisa lebih memahami anak didiknya dengan berbagai penyesuaian terhadap teknologi, perspektif dan perilaku.
"Saling memahami lebih indah daripada menghakimi antar-generasi hanya karena berbeda. Jalin kolaborasi antar-generasi, buka ruang, kesempatan saling berbagi, dan bekerja sama. Sebagai guru, lakukan analisis karakteristik lintas generasi serta dalam penyampaiannya gunakan metode komunikasi yang beragam sesuai generasi yang dituju," ujar Ana. 7 ant
1
Komentar