BBPOM Denpasar Ingatkan Bahaya Konsumsi Obat Tradisional BKO
DENPASAR, NusaBali - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai penggunaan obat tradisional yang beredar di pasaran. Obat tradisional dengan kandungan bahan kimia obat (BKO) tidak terjamin keamanannya bagi kesehatan.
Koordinator Ketua Tim Substansi Informasi dan Komunikasi BBPOM di Denpasar Ni Putu Ekayani SL, mengungkapkan maraknya penggunaan obat tradisional mengandung bahan kimia obat (BКО) oleh masyarakat menimbulkan efek buruk.
Dampak negatif yang ditimbulkan karena mengkonsumsi obat tradisional mengandung BKO antara lain, kerusakan hati, kerusakan ginjal, kekurangan sel darah putih, gagal jantung, hingga mengakibatkan kematian.
“Obat tradisional mengandung BKO membahayakan, tidak terjamin keamanan dan mutunya,” ujarnya kepada NusaBali, Selasa (21/11).
Dia mengungkapkan, peredaran obat tradisional BKO dalam jumlah yang signifikan dijumpai di toko jamu dan depot jamu di Bali.
Ekayani pun mengungkapkan lima besar obat tradisional BKO terlaris di Provinsi Bali meliputi Super Kecetit Asam Urat (mengandung parasetamol), Pil Anti Sakit Gigi Pak Tani (parasetamol), Montalin (parasetamol, natrium diklofenak), Urat Madu (sildenafil sitrat), Tawon Liar (parasetamol, kafein).
Menurut Ekayani keberadaan BKO dalam kemasan obat tradisional belum diketahui manfaat dan efek sampingnya. Hal tersebut, ujarnya, membutuhkan penelitian lebih lanjut. Karena itu dia mengharapkan masyarakat tidak mengonsumsi produk-produk obat tradisional mengandung BKO yang tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah.
Ekayani menuturkan, BBPOM Denpasar telah membuat program edukasi bernama Inovasi Bina Obat Tradisional Aman Berkualitas Tanpa Bahan Kimia Obat (Si Botak Tahan KO) untuk mengedukasi masyarakat terkait bahaya penggunaan obat tradisional dengan BKO. Sosialisasi dilakukan dengan bertemu langsung masyarakat maupun melalui kampanye di media sosial bekerjasama dengan tokoh publik.
Dia menambahkan, BBPOM Denpasar telah melakukan pemetaan penggunaan jenis obat tradisional BKO di masing-masing kabupaten/kota di Bali. “Kami melakukan pengawasan berkala, melakukan penindakan untuk efek jera bagi penjual,” ucap Ekayani.
Menurutnya sosialisasi berhasil meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keamanan obat tradisional. Ekayani menyebut berangsur menurunnya permintaan dan peredaran obat tradisional BKO di pasaran. 7 cr78
Dampak negatif yang ditimbulkan karena mengkonsumsi obat tradisional mengandung BKO antara lain, kerusakan hati, kerusakan ginjal, kekurangan sel darah putih, gagal jantung, hingga mengakibatkan kematian.
“Obat tradisional mengandung BKO membahayakan, tidak terjamin keamanan dan mutunya,” ujarnya kepada NusaBali, Selasa (21/11).
Dia mengungkapkan, peredaran obat tradisional BKO dalam jumlah yang signifikan dijumpai di toko jamu dan depot jamu di Bali.
Ekayani pun mengungkapkan lima besar obat tradisional BKO terlaris di Provinsi Bali meliputi Super Kecetit Asam Urat (mengandung parasetamol), Pil Anti Sakit Gigi Pak Tani (parasetamol), Montalin (parasetamol, natrium diklofenak), Urat Madu (sildenafil sitrat), Tawon Liar (parasetamol, kafein).
Menurut Ekayani keberadaan BKO dalam kemasan obat tradisional belum diketahui manfaat dan efek sampingnya. Hal tersebut, ujarnya, membutuhkan penelitian lebih lanjut. Karena itu dia mengharapkan masyarakat tidak mengonsumsi produk-produk obat tradisional mengandung BKO yang tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah.
Ekayani menuturkan, BBPOM Denpasar telah membuat program edukasi bernama Inovasi Bina Obat Tradisional Aman Berkualitas Tanpa Bahan Kimia Obat (Si Botak Tahan KO) untuk mengedukasi masyarakat terkait bahaya penggunaan obat tradisional dengan BKO. Sosialisasi dilakukan dengan bertemu langsung masyarakat maupun melalui kampanye di media sosial bekerjasama dengan tokoh publik.
Dia menambahkan, BBPOM Denpasar telah melakukan pemetaan penggunaan jenis obat tradisional BKO di masing-masing kabupaten/kota di Bali. “Kami melakukan pengawasan berkala, melakukan penindakan untuk efek jera bagi penjual,” ucap Ekayani.
Menurutnya sosialisasi berhasil meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keamanan obat tradisional. Ekayani menyebut berangsur menurunnya permintaan dan peredaran obat tradisional BKO di pasaran. 7 cr78
Komentar