Pastika Wariskan Buku Bali Mandara
Gubernur Made Mangku Pastika yang akan mengakhiri masa jabatannya pada Agustus 2018 mendatang seperti sudah siap.
Kemarin, Buku ‘Bali Mandara Estafeta Untuk Generasi Muda’ Dibedah
DENPASAR, NusaBali
Pastika bahkan mewariskan generasi muda dan masyarakat Bali dengan sebuah buku yang akan diluncurkan pada HUT ke-59 Pemprov Bali, 14 Agustus mendatang. Jumat (14/7) kemarin, buku berjudul ‘Bali Mandara Estafeta untuk Generasi Muda’ dibedah di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala Denpasar.
Dalam bedah buku yang ditulis Arya Suharja ini mengundang sejumlah tokoh, wartawan senior, jajaran organisasi perangkat daerah Pemprov Bali, jajaran perwakilan partai politik. Ada anggota Fraksi Golkar DPR RI Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, wartawan senior I Nyoman Wirata, wartawan dan editor buku yang wartawan senior Ida Pandita Mpu Jaya Premananda yang waktu walaka bernama Putu Setia. Bahkan I Made Sudira alias Aridus Jiro yang sempat berseberangan dengan Mangku Pastika sampai ke kasus hukum juga hadir dan sempat bersalaman di acara kemarin.
Ada juga pengagas dan pemilik ide nama Bali Mandara Mayjen TNI (Purn) Putu Tastra Wingarta yang notabene teman seangkatan Mangku Pastika ketika masuk Akabri.
Buku ‘Bali Mandara Estafet untuk Generasi Muda’ yang digagas Bappeda Litbang Provinsi Bali ini mengungkap dan ‘pamer’ sejumlah keberhasilan Program Bali Mandara, berikut tantangan Bali kedepan. Termasuk bagaimana kelanjutannya kedepan ketika Mangku Pastika tidak menjadi gubernur lagi. Dalam buku tersebut, Bali kedepan memiliki tantangan berat, sehingga generasi muda Bali harus siap dengan persaingan global dan kemajuan zaman.
Dalam buku setebal 268 halaman ini, Program Bali Mandara yang menjadi visi-misi Mangku Pastika sejak maju Pilgub 2008 berpasangan dengan Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga dan ketika Pastika berpasangan dengan I Ketut Sudikerta pada Pilgub Bali 2013 lalu, seluruhnya memang berpihak kepada masyarakat miskin. Mulai Program Bedah Rumah, Sekolah Bali Mandara untuk anak miskin, Gerbangsadu, Simantri sampai Bus Trans Sarbagita juga jelas diungkap di dalamnya.
Pandita Mpu Jaya Premananda saat acara bedah buku kemarin mengatakan, judul buku kepanjangan. Dari sisi cover juga perlu ada penyempurnaan. “Namun dari sisi isi, buku tersebut layak dijual dan dibaca publik. Kalau diterbitkan pada HUT Pemprov Bali 14 AGustus 2017 juga tepat,” ujar Mpu Jaya Premananda
Mpu Jaya Premananda menggarisbawahi terbitkanya Buku Bali Mandara Estafeta ini menandakan Bali akan memiliki pemimpin di masa mendatang. “Nah ada pesan apakah Bali Mandara ini ada lanjutannya apa tidak? Bagaimana dengan gubernur baru nanti. Apakah akan berubah lagi karena ganti pemimpin di Bali? Kita berharap buku ini juga menjadi acuan melanjutkan pembangunan Bali ke depan,” ujar Premananda.
Sementara Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan bedah buku yang menyajikan sukses Program Bali Mandara di era pemerintahannya adalah menyerap masukan untuk menyempurnakan buku dimaksud. “Hari ini dibedah untuk mendapat masukan sehingga menjadi dokumen Provinsi Bali yang akan kita wariskan kepada generasi penerus,” kata Pastika.
Ia mengatakan bahwa tak ada intervensi terhadap isi buku tersebut, sehingga diharapkan isinya objektif. “Tak mungkin kita membuat buku yang sempurna, namun setidaknya dengan masukan yang muncul pada hari ini bisa membuat buku ini menjadi siap ketika diluncurkan. Buku ini penting bagi generasi penerus karena akan memberi gambaran apa yang sudah dilakukan dan apa yang masih kurang sehingga nantinya tidak mengulang hal yang sama,” ujar mantan Kapolda Bali ini.
Dalam diskusi kemarin sebagian besar sepakat bahwa visi Bali Mandara dan penjabarannya adalah tujuan yang positif yang perlu diwariskan kepada generasi penerus. Bahkan sudah ada contoh konkrit dari keberhasilan yang dicapai Pemerintah Provinsi Bali dalam menerapkan nilai-nilai Bali Mandara. Untuk mencapai visi Bali Mandara masih diperlukan kerja keras dari semua pihak dan tak terpengaruh oleh ego sektoral sehingga pembangunan Bali bisa berlangsung secara berkelanjutan. Oleh karena itu Bali Mandara harus dipahami semua orang Bali sehingga semua memberi kontribusi, bukan hanya calon pemimpin atau generasi muda Bali tapi semua yang peduli dengan Bali.
Sementara penulis buku Arya Suharja menerima semua masukan yang disampaikan. Menurutnya buku yang ditulis dalam waktu singkat ini memang tak bisa memenuhi semua ekspektasi. Namun ia memastikan buku ini sebagai catatan reflektif yang bermaksud menjadi pemantik bagi para pembacanya. “Saya tidak bikin ‘air gula’, tapi ‘kopi ‘ yang ada manis dan pahitnya. Yang penting setelah membacanya kita terjaga,” ujarnya. *nat
Komentar