nusabali

Air di Reservoar Dinyatakan Aman, Warga Belum Berani Konsumsi

  • www.nusabali.com-air-di-reservoar-dinyatakan-aman-warga-belum-berani-konsumsi

Warga Desa Tinga Tinga yang masih dapat pasokan air bersih dari BPBD Buleleng karena air pam ‘beracun’ berjumlah 200 KK, tinggal di Banjar Mertasari dan Banjar Juntal

Pasca Heboh Dugaan Air Pam Beracun di Desa Tinga Tinga, Kecamatan Gerokgak, Buleleng


SINGARAJA, NusaBali
Warga Desa Tinga Tinga, Kecamatan Gerokgak, Buleleng akhirnya bisa sedikit lega. Setelah tiga hari menunggu, Jumat (14/7) mereka mendapat kepastian bahwa air pam yang sampelnya diambil dari reservoar (bak penampungan) dinyatakan layak untuk dikonsumsi. Namun, khusus untuk sampel air pam yang sempat diduga beracun karena berbau menyengat dan keruh, hingga kini masih dilakukan pengujian di Labo-ratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Denpasar.

Kepastian aman untuk dikonsumsi air dari reservoar ini berdasarkan hasil uji sampel air pam yang dilakukan petugas Labfor Mabes Polri Cabang Denpasar. Berdasarkan hasil uji Labfor, tidak ada kandungan kimia berbahaya dalam air pam di reservoar.

Kapolsek KP3 Celukan Bawang, AKP I Ketut Wisnaya, menyatakan pihaknya mendapat informasi langsng dari petugas Labfor soal kepastian air pam layak untuk konsumsi tersebut. Menurut AKP Wisnaya, pihaknya sudah melakukan komunikasi lisan dengan petugas Labfor yang sebelumnya sempat terjun ke lokasi aor pam ‘beracun’ di Desa Tinga Tinga untuk ambil sampel, Rabu (12/7) lalu.

“Setelah kami lakukan komunikasi lisan, petugas Labfor menyatakan sampel air pam yang diambil di bak (reservoar) tersebut aman untuk dikonsumsi. Tidak ada kandungan kimia maupun keasaman, kondisi air dinyatakan normal,” papar AKP Wisnaya.

Hanya saja, kata AKP Wisnaya, untuk sampel air pam yang diduga beracun karena berbau menyengat dan berwarna keruh, belum diketahui bagaimana hasil uji Labfor. Air pam yang diduga beracun ini mengalir ke rumah-rumah 200 kepala keluarga (KK) di dua banjar di Desa Tinga Tinga, yaki Banjar Juntal dan Banjar Mertasari.

Karena itu, kata AKP Wisnaya, pihaknya belum dapat menyampaikan kepada warga di dua banjar, apakah air pam yang berbau dan berwarna keruh itu boleh dikonsumsi atau tidak. Menurut dia, pihak Labfor masih harus melakukan pengujian lebih lanjut sampel air pam ‘beracun’ tersebut.

“Ada indikasi airnya mengandung zat kimia, tapi zat kimia kenis apa saja, itu masih menunggu hasil uji Labfor. Mudah-mudahan, hasil pengujian bisa kami terima secepat mungkin,” tanfas AKP Wisnaya.

Sementara itu, kepastian amannya air di reservoar untuk konsumsi, tidak serta merta membuat warga Desa Tinga Tinga yang terdampak mau langsung membuka kran di rumahnya. Sejumlah warga masih ragu dan takut untuk mengkonsumsi air tersebut.

Perbekel Tinga Tinga, Made Suwardipa, mengatakan untuk meyakinkan warga setempat, maka pihaknya bersama pengelola Pam Desa, akan melakukan pengurasan seluruh bak penampungan air yang ada. Rencananya, pengurasan reservoar akan dilakukan Minggu (16/7) besok.

Dalam pengurasan tersebut, seluruh air yang masih tertampung akan dikeluarkan dan digantikan dengan air yang baru. “Nanti akan kami kuras dulu seluruh bak yang ada, biar tidak ada lagi kekhawatiran dan keraguan warga. Buat sementara, kami masih menerima suplai air bersih dari BPBD Buleleng,” papar Perbekel Suwardipa saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Jumat kemarin.

Menurut Suwardipa, air pam yang diduga beracun melayani tiga dari lima banjar di Desa Tinga Tinga, yakni Banjar Taman Sari (yang merupakan lokasi sumber air pam), Banjar Mertasari, dan Banjar Juntal. Hanya saja, yang terkena dampak air ‘beracun’ hanya jaringan air yang mengalir ke Banjar Mertasari dan Banjar Juntal. Sebaliknya, Banjar Taman Sari tidak terdampak.

Sedangkan dua banjar lainnya, yakni Banjar Kembang Budaya dan Banjar Bubunan, selama ini menggunakan sumber air berbeda. Warga di Banjar Kembang Budaya memanfaatkan air dari sumur bor, sementara warga Bajar Bubunan sudah mendapatkan pelayanan dari air PDAM.

Heboh air pam berbau menyengat dengan warna putih keruh itu sendiri pertama kali dilaporkan oleh Ketut Sudiarta, 30, warga Banjar Juntal, Desa Tinga Tinga, Selasa (11/7) malam pukul 19.30 Wita. Kala itu, Ketut Sudiarta yang baru saja usai mengecet genting rumahnya, hendak mandi. Sebelum ke kamar mandi, Sudiarta cuci tangan dulu di keran yang ada di halaman rumah buat bersihkan sisa cat.

Namun, Sudiarta terkejut karena begitu air keran di halaman rumahnya mengalir, tercium bau menyengat, menyerupai bau Decis yang merupakan salah satu jenis pestisida. Kemudian, Sudiarta memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Dia kembali terkejut karena melihat bak mandi sudah penuh dengan air berwarna putih keruh, yang juga berbau menyengat, sama seperti air yang mengalir di keran halaman rumahnya. Kasus ini kemudian dilaporkan ke Polsek KP3 Celukan Bawang.

Malam itu pula, Perbekel Made Suwardipa langsung mengumumkan kepada warganya untuk sementara tidak mengkonsumsi dan memakai air pam yang berbau menyengat. Sehari kemudian, Rabu siang, tim dari Puslabor Mabes Polri Cabang Denpasar dan petugas Kecamatan Gerokgak terjun ke Desa Tinga Tinga bersama Kapolsek KP3 Celukan Bawang, AKP I Ketut Wisnaya. Mereka mengambil sampel air pam beracun.

Sejak hari Rabu, warga 200 KK yang tinggal di Banjar Mertasari dan Banjar Juntal mendapat pasokan air bersih dari BPBD Buleleng. Suplai air dilakukan petugas BPBD dengan Truk Tangki. Hingga Rabu malam hingga Kamis (14/7), BPBD Buleleng telah memasok 7 Truk Tangki air bersih. *k23

Komentar