Wisman Australia Juara Terbanyak ke Bali
Kondisi yang dinamis dan harmonis menjadi sarana promosi yang ampuh
DENPASAR, NusaBali
Wisman asal negeri kangguru Australia diyakini tidak akan tergoyahkan dan bertahan di posisi ‘juara’ sebagai yang terbanyak berkunjung ke Bali, sampai dengan penghujung tahun. Hal itu melihat trend kunjungan wisman yang datang ke Bali, menempatkan wisman Australia selalu pada peringkat pertama.
Terbaru untuk bulan Oktober, wisman Australia yang datang ke Bali sebanyak 122.285(24,4 persen). Wisman India mengekor di tempat kedua sebanyak 35.967(7,2 persen). Wisman asal China sebanyak 26.051(5,2 persen) dan Prancis 23.573(4,7) persen. Sedang total jumlah wisman yang berkunjung ke Bali berdasarkan data Bali Tourism Board (BTB) sebanyak 501.345 orang berasal dari 20 negara.
Wakil Ketua III Bali Tourism Board (BTB) I Nyoman Astama mengatakan hampir pasti wisman dari Australia yang terbanyak datang ke Bali.
“Jarak yang dekat dan mengibaratkan Bali sebagai ‘rumah kedua’ mereka (wisman Australia) menjadikan yang teratas,” ujar Astama.
Karena itu memang wisman Australia merupakan pangsa pasar terbesar pariwisata Bali. “Kan bukan dari data bulan Oktober. Dari data-data sebelumnya juga demikian,” terang Astama.
Dengan jumlah kedatangan 500 ribu lebih, Bali menurut rata-rata 16 ribu orang wisman datang ke Bali. Dan dia optimis akan bertambah seiring mendekatnya liburan Natal dan Tahun Baru.
Karena itu Astama mengajak semua pihak mempertahankan dan bahkan meningkatkan pasar wisata tersebut. Caranya dengan menjaga 4 pilar. Pertama destinasi, kedua industri, masyarakat atau komunitas dan promosi.
“Destinasi, keindahan, keamanan dan kenyamanan harus dipertahankan sehingga wisatawan selalu merasa aman dan nyaman,” terangnya.
Yang kedua, menjaga industri. Maksudnya pelayanan industri pariwisata yang optimal atas basic kompetensi. Terus masyarakat atau komunitas sebagai pilar ketiga. Kondisi yang dinamis dan harmonis, jelas menjadi sarana promosi yang ampuh. “Tidak ada gontok-gontokan, kondisi aman.
”Dan promosi, yang keempat. Walau era digitalisasi, namun promosi secara konvensional tetap harus dilakukan. “Karena yang namanya sentuhan langsung jelas memberi dampak beda. Pemerintah jangan sampai mengabaikan promosi. Baik promosi langsung maupun secara digital,” ujar Astama. K17.
1
Komentar