Pelatih Prancis Buta Kekuatan Uzbekistan
Usai Gilas Meksiko Mali Jadi Favorit, Maroko Tak Gentar
JAKARTA, NusaBali - Pelatih Timnas Prancis U-17 Jean-Luc Vannuchi mengaku masih buta kekuatan Uzbeskistan, yang jadi lawan dalam laga perempat final Piala Dunia U-17 2023 Indonesia. Prancis dan Uzbekistan akan saling berduel di babak delapan besar di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (25/11), pukul 16.30 WITA.
"Saya kira Uzbekistan adalah tim yang baru bagi kami," kata Vannuchi, dalam rilis, Kamis (23/11).
Namun Vannuchi mengakui, satu-satunya wakil Asia di perempatfinal itu adalah tim kuat karena berhasil menyingkirkan unggulan Inggris di 16 besar 2-1. Karena itu, Vannuchi akan mulai bekerja dengan observasi beberapa pertandingan Uzbekistan.
Di lain pihak, bintang Uzbekistan Lazizbek Mirzayev mengaku belajar dari Cristiano Ronaldo saat mencetak gol ke gawang Inggris. Mirzayev membobol gawang Inggris lewat tendangan bebas melengkung yang tidak dapat dibendung kiper lawan, Tommy Setford.
Saat mengeksekusi tendangan itu, Mirzayev mengaku terinspirasi dari Ronaldo meski gaya keduanya amat berbeda. Ancang-ancang Mirzayev tidak sejauh Ronaldo. Selain itu, gelandang 17 tahun ini juga fokus terhadap penempatan bola, bukan kekuatan sepakan.
"Ya, saya mencontoh Ronaldo. Saya sering melatihnya saat latihan. Hasil ini menambah semangat dan motivasi kami menciptakan sejarah baru lagi, yakni jadi wakil Asia yang masuk semifinal," ujar Mirzayev.
Sementara laga delapan besar lainnya akan mempertemukan dua tim Afrika, yakni Mali dan Maroko di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (25/11) malam WITA, pukul 20.00 Wita. Dalam laga tersebut, Mali jadi favorit setelah membantai Meksiko 5-0.
Menanggapi hal itu, pelatih Maroko Said Chiba mengaku tak gentar harus bertemu Mali. Pasalnya, kedua tim itu pernah saling berhadapan dalam semifinal Piala Afrika U-17 2023, yang berakhir tanpa gol dalam waktu normal. Namun, Maroko lebih beruntung di adu penalti walau dua eksekutornya sempat gagal menjalankan tugasnya.
Said Chiba mengaku laga nanti akan berjalan penuh gairah dan intensitas. Gengsi sesama tim wakil Afrika akan menjadi bumbu yang membuat pertandingan sangat sulit ditebak.
"Mali adalah tim besar. Di Afrika Cup kami mengalahkan mereka. Jadi kami tahu seperti apa pertandingan ini nanti," kata Chiba.
Berbeda dengan Maroko yang berdarah-darah saat menghadapi Iran, langkah Mali menembus perempat final Piala Dunia U-17 dapat disebut mulus. Ibrahim Diarra mencukur juara dua kali, Meksiko 5-0.
Kemenangan mencolok itu tentu saja membuat Mali lebih difavoritkan dalam laga nanti. Namun, Chiba menilai tak akan ada laga yang mudah dimainkan.
"Mereka sangat kuat secara fisik dan teknik, itu akan sangat sulit seperti semua laga dari awal sampai sekarang," ujar Chiba.
Sedangkan Mali akan kehilangan penyerang andalannya, Mamadou Doumbia, yang terkena kartu merah saat lawan Spanyol. Padahal dia pencetak hattrick pertama di turnamen kali ini. Doumbia absen tiga laga, termasuk di perempat final lawan maroko.
Doumbia sempat terpukul karena tak bisa membantu perjuangan rekan-rekannya. Namun Doumbia tak larut dalam penyesalan. Pemain yang dijuluki “Messi dari Mali’ itu optimistis, Mali mampu mengalahkan Maroko. Sebab, dengan cara ini, dirinya dapat bermain di semifinal dan menambah pundi-pundi golnya. *
1
Komentar