Bali Jadi Pusat Pendidikan Berbasis Widyalaya
Widyalaya adalah sekolah umum, namun bercirikan agama Hindu. Sekolah ini semodel madrasah yang telah eksis pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Nusantara.
SINGARAJA, NusaBali
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi menyatakan bahwa Bali akan menjadi pusat pengembangan pendidikan umum berbasiskan agama atau yang dikenal dengan ‘Widyalaya’.
"Kami dari direktorat akan mengundang pejabat dari Gubernur sampai seluruh Bupati dan Walikota di Bali terkait rencana pengembangan pendidikan umum bercirikan agama di Bali jika regulasinya sudah tuntas," kata Nengah Duija saat menghadiri wisuda ketujuh STAHN Mpu Kuturan Singaraja Bali, Jumat (24/11).
Menurut dia, perumusan regulasi ‘Widyalaya’ saat ini masih dalam proses harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan HAM, dan berporses pada Biro Hukum Kementerian Agama RI.
Duija meyakinkan bahwa Widyalaya adalah harapan pada lembaga pendidikan di Pulau Dewata yang bukan hanya kuat dalam menanamkan intelektualitas semata, tetapi juga mental, budi pekerti, dan karakter pada siswa.
Adapun Widyalaya adalah sekolah umum, namun bercirikan agama Hindu. Sekolah ini semodel madrasah yang telah eksis pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Nusantara.
Mantan Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar (kini Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa) tersebut menilai Bali sangat tepat menjadi pusat pengembangan widyalaya, terlebih mayoritas penduduk beragama Hindu tinggal di Pulau Dewata.
Selain itu, spirit pengembangan widyalaya di Bali selaras dengan pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat Bali. Hal tersebut selaras dan sejalan dengan visi pemerintah daerah dalam upaya menjadikan SDM Bali yang mumpuni dan mampu bersaing.
Dia menambahkan, keberadaan widyalaya ke depan juga diharapkan mampu mendukung keberadaan kampus-kampus Hindu di Bali dan tanah air pada umumnya. "Jadi, nanti alumni pada kampus-kampus keagamaan dapat diserap pada lembaga-lembaga pendidikan Widyalaya. Harapan ini juga diharapkan memberikan jawaban atas minimnya lapangan kerja bagi lulusan lembaga pendidikan keagamaan," katanya.
Terkait keberadaan lembaga pendidikan keagamaan Hindu dalam bentuk pasraman yang sudah eksis, Duija mengatakan, ke depan akan memberikan opsi apakah pasraman yang bergerak di bawah payung yayasan siap berintegrasi menjadi widyalaya atau tetap menjadi pasraman. "Ada juga opsi kolaborasi antara widyalaya dan pasraman ke depan. Jika di pagi dan siang hari siswa belajar pada widyalaya. Sore bisa belajar di pasraman," katanya.
Adapun widyalaya adalah pendidikan umum dengan kekhasan/ciri agama Hindu meliputi Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah berdasarkan nilai dan ajaran agama Hindu yang mempersiapkan peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kompetensinya agar dapat hidup mandiri dan atau mengikuti pendidikan lebih lanjut. 7 ant
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi menyatakan bahwa Bali akan menjadi pusat pengembangan pendidikan umum berbasiskan agama atau yang dikenal dengan ‘Widyalaya’.
"Kami dari direktorat akan mengundang pejabat dari Gubernur sampai seluruh Bupati dan Walikota di Bali terkait rencana pengembangan pendidikan umum bercirikan agama di Bali jika regulasinya sudah tuntas," kata Nengah Duija saat menghadiri wisuda ketujuh STAHN Mpu Kuturan Singaraja Bali, Jumat (24/11).
Menurut dia, perumusan regulasi ‘Widyalaya’ saat ini masih dalam proses harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan HAM, dan berporses pada Biro Hukum Kementerian Agama RI.
Duija meyakinkan bahwa Widyalaya adalah harapan pada lembaga pendidikan di Pulau Dewata yang bukan hanya kuat dalam menanamkan intelektualitas semata, tetapi juga mental, budi pekerti, dan karakter pada siswa.
Adapun Widyalaya adalah sekolah umum, namun bercirikan agama Hindu. Sekolah ini semodel madrasah yang telah eksis pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Nusantara.
Mantan Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar (kini Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa) tersebut menilai Bali sangat tepat menjadi pusat pengembangan widyalaya, terlebih mayoritas penduduk beragama Hindu tinggal di Pulau Dewata.
Selain itu, spirit pengembangan widyalaya di Bali selaras dengan pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat Bali. Hal tersebut selaras dan sejalan dengan visi pemerintah daerah dalam upaya menjadikan SDM Bali yang mumpuni dan mampu bersaing.
Dia menambahkan, keberadaan widyalaya ke depan juga diharapkan mampu mendukung keberadaan kampus-kampus Hindu di Bali dan tanah air pada umumnya. "Jadi, nanti alumni pada kampus-kampus keagamaan dapat diserap pada lembaga-lembaga pendidikan Widyalaya. Harapan ini juga diharapkan memberikan jawaban atas minimnya lapangan kerja bagi lulusan lembaga pendidikan keagamaan," katanya.
Terkait keberadaan lembaga pendidikan keagamaan Hindu dalam bentuk pasraman yang sudah eksis, Duija mengatakan, ke depan akan memberikan opsi apakah pasraman yang bergerak di bawah payung yayasan siap berintegrasi menjadi widyalaya atau tetap menjadi pasraman. "Ada juga opsi kolaborasi antara widyalaya dan pasraman ke depan. Jika di pagi dan siang hari siswa belajar pada widyalaya. Sore bisa belajar di pasraman," katanya.
Adapun widyalaya adalah pendidikan umum dengan kekhasan/ciri agama Hindu meliputi Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah berdasarkan nilai dan ajaran agama Hindu yang mempersiapkan peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kompetensinya agar dapat hidup mandiri dan atau mengikuti pendidikan lebih lanjut. 7 ant
Komentar