Musim Penghujan, Ruas Jalan Shortcut Licin
Penyedia Siapkan Petugas Kebersihan dan Water Tanker
SINGARAJA, NusaBali - Jalan Singaraja-Denpasar via Gitgit sepekan terakhir dikeluhkan pengguna jalan dan masyarakat setempat. Intensitas hujan yang semakin tinggi di musim penghujan membuat material galian proyek shortcut titik 7D dan 7E meluber ke jalan.
Pengelola pariwisata air terjun Gitgit juga mengeluhkan air yang keruh.
Perbekel Desa Gitgit Putu Arcana, Kamis (30/11) kemarin mengatakan kondisi luapan lumpur material galian proyek sudah dikoordinasikan sejak awal kepada pelaksana, sebagai langkah antisipasi. Bahkan sebelum musim penghujan turun. Arcana menyebut kebetulan air dari pangkung bangka (titik shortcut 7E) alirannya memang menuju air terjun campuhan dan air terjun Gitgit lainnya. Sehingga dampaknya sangat jelas terlihat pada keruhnya warna air yang mengalir.
“Kalau menghilangkan total sih tidak mungkin, tetapi kalau bisa seminimal mungkin bisa diantisipasi, agar tidak merugikan masyarakat umum. Seperti polusi debu saat musim kemarau kemarin yang paparannya ke SDN 3 Gitgit. Itu sudah ditangani dengan bantuan masker dari penyedia,” ucap Perbekel Arcana.
Sementara itu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.3 Provinsi Bali Yoni Santhia didampingi Asisten Manajer Proyek Charles L Samara ditemui di kantor lapangan kemarin tidak menampik hal persoalan yang terjadi di lapangan. Namun sejauh ini sudah dilakukan penanganan, terutama untuk mengatasi jalan licin saat turun hujan.
Sejumlah pekerja proyek distandbykan saat turun hujan. Mereka bertugas membersihkan lumpur yang terbawa air hujan. Selain itu penyedia proyek Sinar Bali-Agung KSO, juga sudah menyiapkan dua unit water tanker, untuk penyemprotan lumpur di jalan raya.
“Water tanker ini distandbykan. Begitu ada luapan lumpur langsung dibersihkan. Cuamn kendalanya masih kesulitan dalam mengisi ulang air, karena harus jauh ke bawah dan balik ke sekitar proyek perlu waktu,” ucap Yoni.
Sedangkan untuk persoalan air terjun, segera akan dicarikan solusi. Kemungkinan yang paling relevan dengan memasang check dam atau bendungan mini di hulu air terjun. Fungsinya untuk pengendalian sedimentasi dari lumpur yang terbawa air hujan.
“Yang memungkinkan membendung material sedimentasi. Kalau warna air susah mengontrolnya. Nanti kami juga akan lakukan pengecekan kualitas air,” imbuh Yoni.
Sementara itu setelah berproses 4 bulan pasca peletakan batu pertama, proyek shortcut titik 7D dan 7E yang berlokasi di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng sudah berprogres 20 persen. Yoni menyebut progres proyek mengalami deviasi positif 4 persen dari target 16 persen.
Menurutnya pengerjaan memang dikebut dari awal, sehingga pada akhir tahun ini progres bangunan bisa mencapai 40 persen. Sejauh ini pengerjaan proyek ada pada tahap penggalian badan jalan baru dan juga pengerjaan betonisasi dasar tiang jembatan. Musim penghujan saat ini pun ditambahkan Asisten Manajer Proyek Charles tidak berpengaruh pada pergerakan progres.
“Kalau hujan paling hanya di penggalian yang berhenti sementara dan menunggu hujan reda dulu baru kembali bekerja. Tetapi kami perpanjang waktu kerjanya. Cor beton sih tidak masalah kalau hujan turun bisa memasang atap terpal dan bisa tetap jalan,” kata Charles.
Dalam proses pembangunan shortcut titik 7D dan 7E, pengerjaan jembatan menjadi prioritas. Jembatan akan dibangun di atas jurang yang akan disangga oleh sejumlah tiang-tiang beton besar yang memiliki tinggi bervariasi dari 16 meter hingga 25 meter dari pondasi. Selain dibangun di atas jurang, jembatan ini juga memiliki belokan dan elevasi sehingga dikerjakan dengan serius.
Proyek pembangunan shortcut titik 7D dan 7E dimulai sejak 25 Juli 2023 lalu yang dimenangkan kembali oleh Sinar Bali-Agung KSO. Proyek senilai Rp 82 miliar ditargetkan sudah tuntas dalam waktu 360 kalender atau pada 18 Juli 2024 mendatang, untuk membangun jalan baru sepanjang 400 meter dan jembatan 155 meter.7k23
Perbekel Desa Gitgit Putu Arcana, Kamis (30/11) kemarin mengatakan kondisi luapan lumpur material galian proyek sudah dikoordinasikan sejak awal kepada pelaksana, sebagai langkah antisipasi. Bahkan sebelum musim penghujan turun. Arcana menyebut kebetulan air dari pangkung bangka (titik shortcut 7E) alirannya memang menuju air terjun campuhan dan air terjun Gitgit lainnya. Sehingga dampaknya sangat jelas terlihat pada keruhnya warna air yang mengalir.
“Kalau menghilangkan total sih tidak mungkin, tetapi kalau bisa seminimal mungkin bisa diantisipasi, agar tidak merugikan masyarakat umum. Seperti polusi debu saat musim kemarau kemarin yang paparannya ke SDN 3 Gitgit. Itu sudah ditangani dengan bantuan masker dari penyedia,” ucap Perbekel Arcana.
Sementara itu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.3 Provinsi Bali Yoni Santhia didampingi Asisten Manajer Proyek Charles L Samara ditemui di kantor lapangan kemarin tidak menampik hal persoalan yang terjadi di lapangan. Namun sejauh ini sudah dilakukan penanganan, terutama untuk mengatasi jalan licin saat turun hujan.
Sejumlah pekerja proyek distandbykan saat turun hujan. Mereka bertugas membersihkan lumpur yang terbawa air hujan. Selain itu penyedia proyek Sinar Bali-Agung KSO, juga sudah menyiapkan dua unit water tanker, untuk penyemprotan lumpur di jalan raya.
“Water tanker ini distandbykan. Begitu ada luapan lumpur langsung dibersihkan. Cuamn kendalanya masih kesulitan dalam mengisi ulang air, karena harus jauh ke bawah dan balik ke sekitar proyek perlu waktu,” ucap Yoni.
Sedangkan untuk persoalan air terjun, segera akan dicarikan solusi. Kemungkinan yang paling relevan dengan memasang check dam atau bendungan mini di hulu air terjun. Fungsinya untuk pengendalian sedimentasi dari lumpur yang terbawa air hujan.
“Yang memungkinkan membendung material sedimentasi. Kalau warna air susah mengontrolnya. Nanti kami juga akan lakukan pengecekan kualitas air,” imbuh Yoni.
Sementara itu setelah berproses 4 bulan pasca peletakan batu pertama, proyek shortcut titik 7D dan 7E yang berlokasi di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng sudah berprogres 20 persen. Yoni menyebut progres proyek mengalami deviasi positif 4 persen dari target 16 persen.
Menurutnya pengerjaan memang dikebut dari awal, sehingga pada akhir tahun ini progres bangunan bisa mencapai 40 persen. Sejauh ini pengerjaan proyek ada pada tahap penggalian badan jalan baru dan juga pengerjaan betonisasi dasar tiang jembatan. Musim penghujan saat ini pun ditambahkan Asisten Manajer Proyek Charles tidak berpengaruh pada pergerakan progres.
“Kalau hujan paling hanya di penggalian yang berhenti sementara dan menunggu hujan reda dulu baru kembali bekerja. Tetapi kami perpanjang waktu kerjanya. Cor beton sih tidak masalah kalau hujan turun bisa memasang atap terpal dan bisa tetap jalan,” kata Charles.
Dalam proses pembangunan shortcut titik 7D dan 7E, pengerjaan jembatan menjadi prioritas. Jembatan akan dibangun di atas jurang yang akan disangga oleh sejumlah tiang-tiang beton besar yang memiliki tinggi bervariasi dari 16 meter hingga 25 meter dari pondasi. Selain dibangun di atas jurang, jembatan ini juga memiliki belokan dan elevasi sehingga dikerjakan dengan serius.
Proyek pembangunan shortcut titik 7D dan 7E dimulai sejak 25 Juli 2023 lalu yang dimenangkan kembali oleh Sinar Bali-Agung KSO. Proyek senilai Rp 82 miliar ditargetkan sudah tuntas dalam waktu 360 kalender atau pada 18 Juli 2024 mendatang, untuk membangun jalan baru sepanjang 400 meter dan jembatan 155 meter.7k23
1
Komentar