Rawan Banjir Bandang dan Longsor, BPBD Siapkan Mitigasi
SINGARAJA, NusaBali - Sejumlah wilayah di Kabupaten Buleleng berpotensi mengalami bencana alam banjir bandang hingga longsor pada musim hujan kali ini. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, pun telah menyiapkan sejumlah mitigasi bencana alam.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan, dari rilis yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), beberapa wilayah di Buleleng khususnya yang berada di dataran tinggi saat ini sudah mulai masuk musim hujan.
Sementara, untuk di wilayah pesisir seperti Kecamatan Gerokgak hingga Kota Singaraja diprediksi akan memasuki musim hujan pada Desember mendatang. Puncak musim hujan di Buleleng diprediksi akan terjadi pada Januari hingga Februari 2024.
Pada musim hujan ini, sejumlah desa berpotensi mengalami banjir, yakni 7 desa di Kecamatan Banjar, 25 desa/kelurahan di Kecamatan Buleleng, 7 desa di Kecamatan Busungbiu, 11 desa di Kecamatan Gerokgak, 3 desa di Kecamatan Kubutambahan, 6 desa di Kecamatan Sawan, 16 desa di Kecamatan Seririt, serta 4 desa di Kecamatan Sukasada.
Kemudian sejumlah desa juga berpotensi mengalami banjir bandang, yakni 14 desa di Kecamatan Banjar, 7 desa di Kecamatan Buleleng, 13 desa di Kecamatan Busungbiu, 4 desa di Kecamatan Gerokgak, 6 desa di Kecamatan Kubutambahan, 8 desa di Kecamatan Sawan, 17 desa di Kecamatan Seririt, 5 desa di Kecamatan Sukasada, dan 4 desa di Kecamatan Tejakula.
Pada puncak musim hujan mendatang, sejumlah desa juga masuk dalam potensi rawan bencana longsor. Yakni, 17 desa di Kecamatan Banjar, 1 desa di Kecamatan Buleleng, 15 desa di Kecamatan Busungbiu, 13 desa di Kecamatan Gerokgak, 12 desa di Kecamatan Kubutambahan, 8 desa di Kecamatan Sawan, 12 desa di Kecamatan Seririt, 14 desa di Kecamatan Sukasada, serta 10 desa di Kecamatan Tejakula.
Ariadi menyebut, untuk mengantisipasi bencana alam sejumlah upaya sudah dilakukan oleh Pemkab Buleleng bersama masyarakat. Di antaranya, pembersihan drainase yang dilakukan oleh Dinas PUTR dan masyarakat, pembersihan aliran sungai dan pengolahan sampah oleh DLH Buleleng.
"Masing-masing desa, kecamatan melaksanakan kegiatan gotong royong di wilayahnya. Dengan membersihkan aliran sungai dan drainase sehingga tidak ada sampah yang menyumbat aliran sungai. Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana juga telah mengeluarkan surat edaran untuk mengantisipasi bencana," ujarnya, Kamis (30/11).
Kata Ariadi, dalam penanganan bencana penangan longsor yang harus menggunakan alat berat, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Dinas PUTR Buleleng dan Dinas PUTR Bali untuk peminjaman alat. Selain meminjam, BPBD juga telah menyiapkan anggaran Rp100 juta untuk biaya sewa alat berat.
"Untuk sewa alat berat ke pihak ketiga, jika seluruh alat di Dinas PU sudah terpakai. Hal ini untuk mempercepat penanganan jika terjadi bencana. Sudah dianggarkan Rp 100 juta. Untuk penanganan nanti kita punya personel TRC 24 orang, kalau memang nanti ada kejadian kami juga bekerja sama dengan relawan, TNI-Polri, serta masyarakat," tandasnya.7mzk
Sementara, untuk di wilayah pesisir seperti Kecamatan Gerokgak hingga Kota Singaraja diprediksi akan memasuki musim hujan pada Desember mendatang. Puncak musim hujan di Buleleng diprediksi akan terjadi pada Januari hingga Februari 2024.
Pada musim hujan ini, sejumlah desa berpotensi mengalami banjir, yakni 7 desa di Kecamatan Banjar, 25 desa/kelurahan di Kecamatan Buleleng, 7 desa di Kecamatan Busungbiu, 11 desa di Kecamatan Gerokgak, 3 desa di Kecamatan Kubutambahan, 6 desa di Kecamatan Sawan, 16 desa di Kecamatan Seririt, serta 4 desa di Kecamatan Sukasada.
Kemudian sejumlah desa juga berpotensi mengalami banjir bandang, yakni 14 desa di Kecamatan Banjar, 7 desa di Kecamatan Buleleng, 13 desa di Kecamatan Busungbiu, 4 desa di Kecamatan Gerokgak, 6 desa di Kecamatan Kubutambahan, 8 desa di Kecamatan Sawan, 17 desa di Kecamatan Seririt, 5 desa di Kecamatan Sukasada, dan 4 desa di Kecamatan Tejakula.
Pada puncak musim hujan mendatang, sejumlah desa juga masuk dalam potensi rawan bencana longsor. Yakni, 17 desa di Kecamatan Banjar, 1 desa di Kecamatan Buleleng, 15 desa di Kecamatan Busungbiu, 13 desa di Kecamatan Gerokgak, 12 desa di Kecamatan Kubutambahan, 8 desa di Kecamatan Sawan, 12 desa di Kecamatan Seririt, 14 desa di Kecamatan Sukasada, serta 10 desa di Kecamatan Tejakula.
Ariadi menyebut, untuk mengantisipasi bencana alam sejumlah upaya sudah dilakukan oleh Pemkab Buleleng bersama masyarakat. Di antaranya, pembersihan drainase yang dilakukan oleh Dinas PUTR dan masyarakat, pembersihan aliran sungai dan pengolahan sampah oleh DLH Buleleng.
"Masing-masing desa, kecamatan melaksanakan kegiatan gotong royong di wilayahnya. Dengan membersihkan aliran sungai dan drainase sehingga tidak ada sampah yang menyumbat aliran sungai. Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana juga telah mengeluarkan surat edaran untuk mengantisipasi bencana," ujarnya, Kamis (30/11).
Kata Ariadi, dalam penanganan bencana penangan longsor yang harus menggunakan alat berat, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Dinas PUTR Buleleng dan Dinas PUTR Bali untuk peminjaman alat. Selain meminjam, BPBD juga telah menyiapkan anggaran Rp100 juta untuk biaya sewa alat berat.
"Untuk sewa alat berat ke pihak ketiga, jika seluruh alat di Dinas PU sudah terpakai. Hal ini untuk mempercepat penanganan jika terjadi bencana. Sudah dianggarkan Rp 100 juta. Untuk penanganan nanti kita punya personel TRC 24 orang, kalau memang nanti ada kejadian kami juga bekerja sama dengan relawan, TNI-Polri, serta masyarakat," tandasnya.7mzk
1
Komentar