ODHIV Setahun Terakhir Tambah 1.500 Orang
Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, sebanyak 12.197 orang melakukan terapi ARV (Anti Retroviral) sejak 1987.
DENPASAR, NusaBali
Sejak didata pada 1987 hingga September 2023, jumlah ODHIV (orang dengan HIV) yang tercatat di Bali sebanyak 29.380 orang. Sementara dalam setahun terakhir jumlah ODHIV di Provinsi Bali meningkat sebanyak 1.500 orang.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tersebut juga tercatat sebanyak 12.197 orang melakukan terapi ARV (Anti Retroviral) sejak 1987. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Bali I Wayan Widia, mengatakan peningkatan jumlah ODHIV di Bali sudah semakin menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pengendalian penyebaran HIV dilakukan dengan tidak melakukan hubungan seks berisiko, seperti berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan kondom, dan menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian.
“Penggunaan jarum suntik sudah menurun sekarang,” kata Widia, Jumat (1/12).
Kementerian Kesehatan menargetkan epidemi HIV dan AIDS di Indonesia berakhir pada tahun 2030. Ditandai dengan tidak ada kasus baru HIV dan AIDS, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi pada ODHIV atau yang kerap disebut dengan ‘3 Zero’.
Stigma yang dialami ODHIV memang menjadi salah satu penyebab utama mereka kesulitan mendapatkan pengobatan. ODHIV kerap menyembunyikan penyakitnya, sehingga menyulitkan pendataan dan pemberian bantuan kesehatan dari pemerintah.
“Ada yang positif, mereka tidak berani melaporkan,” kata Widia.
Padahal terapi menggunakan ARV sangat penting untuk mengendalikan perkembangan HIV dalam tubuh. Sebagai obat HIV/AIDS, ARV pertama kali muncul pada 1997 dan pemerintah mulai menyediakan ARV secara cuma-cuma pada akhir 2014.
“Apabila masyarakat sudah bisa menerima, ODHIV akan lebih leluasa mencari obat (ARV), toh diberikan gratis,” sebut Widia.
Sebelum ditemukannya ARV, mereka yang sudah dalam keadaan terinfeksi HIV berat (AIDS), dalam 6 bulan paling lama 2 tahun akan meninggal. Setelah ada ARV, kondisinya berubah. Angka kematian akibat HIV/AIDS menurun.
Pada peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2023. pemerintah mengangkat tema ‘Bergerak Bersama Komunitas: Akhiri
AIDS 2030’. Komunitas diharapkan ikut berperan dalam melakukan perubahan.
Forum Peduli AIDS (FPA) Bali saat ini tengah melakukan upaya pengendalian HIV/AIDS melalui pendekatan desa/kelurahan. Adanya dukungan optimal dari pemerintah desa/kelurahan dan masyarakatnya diharapkan dapat menepis stigma yang menghantui orang yang hidup dengan HIV (ODHIV). 7 cr78
Sejak didata pada 1987 hingga September 2023, jumlah ODHIV (orang dengan HIV) yang tercatat di Bali sebanyak 29.380 orang. Sementara dalam setahun terakhir jumlah ODHIV di Provinsi Bali meningkat sebanyak 1.500 orang.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tersebut juga tercatat sebanyak 12.197 orang melakukan terapi ARV (Anti Retroviral) sejak 1987. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Bali I Wayan Widia, mengatakan peningkatan jumlah ODHIV di Bali sudah semakin menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pengendalian penyebaran HIV dilakukan dengan tidak melakukan hubungan seks berisiko, seperti berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan kondom, dan menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian.
“Penggunaan jarum suntik sudah menurun sekarang,” kata Widia, Jumat (1/12).
Kementerian Kesehatan menargetkan epidemi HIV dan AIDS di Indonesia berakhir pada tahun 2030. Ditandai dengan tidak ada kasus baru HIV dan AIDS, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi pada ODHIV atau yang kerap disebut dengan ‘3 Zero’.
Stigma yang dialami ODHIV memang menjadi salah satu penyebab utama mereka kesulitan mendapatkan pengobatan. ODHIV kerap menyembunyikan penyakitnya, sehingga menyulitkan pendataan dan pemberian bantuan kesehatan dari pemerintah.
“Ada yang positif, mereka tidak berani melaporkan,” kata Widia.
Padahal terapi menggunakan ARV sangat penting untuk mengendalikan perkembangan HIV dalam tubuh. Sebagai obat HIV/AIDS, ARV pertama kali muncul pada 1997 dan pemerintah mulai menyediakan ARV secara cuma-cuma pada akhir 2014.
“Apabila masyarakat sudah bisa menerima, ODHIV akan lebih leluasa mencari obat (ARV), toh diberikan gratis,” sebut Widia.
Sebelum ditemukannya ARV, mereka yang sudah dalam keadaan terinfeksi HIV berat (AIDS), dalam 6 bulan paling lama 2 tahun akan meninggal. Setelah ada ARV, kondisinya berubah. Angka kematian akibat HIV/AIDS menurun.
Pada peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2023. pemerintah mengangkat tema ‘Bergerak Bersama Komunitas: Akhiri
AIDS 2030’. Komunitas diharapkan ikut berperan dalam melakukan perubahan.
Forum Peduli AIDS (FPA) Bali saat ini tengah melakukan upaya pengendalian HIV/AIDS melalui pendekatan desa/kelurahan. Adanya dukungan optimal dari pemerintah desa/kelurahan dan masyarakatnya diharapkan dapat menepis stigma yang menghantui orang yang hidup dengan HIV (ODHIV). 7 cr78
Komentar