Raup Cuan dengan Geluti Budidaya Lele di Pekarangan
SINGARAJA, NusaBali - Seorang pemuda asal Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Gede Bayu Dipayana, 25, menggeluti budidaya ikan lele.
Ia menggeluti usaha ternak lele itu di pekarangan rumahnya selama enam bulan dan telah meraup cuan jutaan rupiah. Bahkan, saat ini ia telah berhasil menjual 42 kilogram lele.
Bayu mengawali ternak lele dengan modal Rp 550 ribu yang yang ia belikan kolam bioflok dengan diameter 2 meter, dan tinggi 1,5 meter. Kolam yang ditaruh di belakang rumahnya itu, kemudian diisi dengan 360 ekor bibit lele yang dibelinya dengan harga Rp 150 ribu.
Ketertarikannya untuk berternak lele itu berawal dari media sosial. "Tertariknya sih karena melihat di media sosial, lihat juga pemasarannya jelas. Selain itu, juga tidak membutuhkan tempat banyak. Jadi saya mulai sekitar bulan Juli 2023. Tinggal mempelajari pembudidayaannya saja," ujar Bayu, Jumat (1/12).
Dari penebaran bibit hingga panen membutuhkan waktu selama empat bulan. Biasanya dari seluruh bibit yang disebar, dua puluh persennya tidak bertajan hingga panen. Hal ini, karena bibit itu mati tidak bisa beradaptasi dengan kolam baru ataupun mati karena dimakan oleh ikan lainnya.
"Biasanya kalau dari bibit itu, kematiannya 20 persen. Misalnya kalau beli 1.000 bibit, yang bisa panen 800 ekor saja. Saya jualnya ke pengepul, Rp 20 ribu untuk 1 kilogramnya. Kalau eceran yang sudah berisi bumbu kuning, saya jual Rp 35 ribu per kilogram. Bisanya 8-9 ekor lele," kata Bayu.
Pemuda kelahiran 21 Maret 1998 ini menyebutkan, dari ratusan bibit awal yang dibudidayakan saat ini ia berhasil menjual sebanyak 42 kilogram lele. Hasil budidaya tersebut sebagian dijual ke pengepul, dan sebagian lagi dijualnya dengan sistem eceran. Ia bisa meraup untung hingga Rp 2 juta.
Ia sempat ragu untuk memulai budidaya lele. Keraguannya itu muncul karena sebelumnya tak pernah memiliki pengalaman beternak. Namun, karena kegigihannya, ia akhirnya berhasil hingga menuai panen pertamanya.
Dalam satu kolam bioflok bisa diisi bibit lele hingga 800 ekor. Setelah panen pertamanya berhasil, Bayu berencana menambah dua kolam bioflok. Kolam tersebut, ditaruh lahan 15 meter persegi yang ada di pekarangan belakang rumahnya di Gang Jeruk Bali, Banjar Dinas Babakan, Desa Sambangan, Sukasada, Buleleng.
Agar tidak menimbulkan bau, dia pun terus menjaga sirkulasi air pada kolam tersebut. Setiap pagi dan sore air kolam akan dikurangi dan diganti dengan air yang baru. Pakan ikan juga diisi dengan cairan M4 dan molase. "Untuk mengakali agar tidak bau memang harus rutin diganti airnya. Untuk pakannya juga saya campurkan M4 dan molase," kata dia.
Kata Bayu, budidaya lele cukup mudah dilakukan. Karena lele tidak perlu diisi air rator pada kolamnya. Selain itu, air pada kolam lele tidak perlu jernih. Yang paling penting dilakukan ialah menyortir ikan tersebut. Lele yang perkembangannya lambat, harus dipisahkan dengan yang lainnya. "Untuk lele yang bisa panen biasanya 6 hingga 8 ekor perkilonya. Kalau di bawah itu sudah masuk lele dumbo, yang nyari sedikit," ungkap Bayu.7mzk
Bayu mengawali ternak lele dengan modal Rp 550 ribu yang yang ia belikan kolam bioflok dengan diameter 2 meter, dan tinggi 1,5 meter. Kolam yang ditaruh di belakang rumahnya itu, kemudian diisi dengan 360 ekor bibit lele yang dibelinya dengan harga Rp 150 ribu.
Ketertarikannya untuk berternak lele itu berawal dari media sosial. "Tertariknya sih karena melihat di media sosial, lihat juga pemasarannya jelas. Selain itu, juga tidak membutuhkan tempat banyak. Jadi saya mulai sekitar bulan Juli 2023. Tinggal mempelajari pembudidayaannya saja," ujar Bayu, Jumat (1/12).
Dari penebaran bibit hingga panen membutuhkan waktu selama empat bulan. Biasanya dari seluruh bibit yang disebar, dua puluh persennya tidak bertajan hingga panen. Hal ini, karena bibit itu mati tidak bisa beradaptasi dengan kolam baru ataupun mati karena dimakan oleh ikan lainnya.
"Biasanya kalau dari bibit itu, kematiannya 20 persen. Misalnya kalau beli 1.000 bibit, yang bisa panen 800 ekor saja. Saya jualnya ke pengepul, Rp 20 ribu untuk 1 kilogramnya. Kalau eceran yang sudah berisi bumbu kuning, saya jual Rp 35 ribu per kilogram. Bisanya 8-9 ekor lele," kata Bayu.
Pemuda kelahiran 21 Maret 1998 ini menyebutkan, dari ratusan bibit awal yang dibudidayakan saat ini ia berhasil menjual sebanyak 42 kilogram lele. Hasil budidaya tersebut sebagian dijual ke pengepul, dan sebagian lagi dijualnya dengan sistem eceran. Ia bisa meraup untung hingga Rp 2 juta.
Ia sempat ragu untuk memulai budidaya lele. Keraguannya itu muncul karena sebelumnya tak pernah memiliki pengalaman beternak. Namun, karena kegigihannya, ia akhirnya berhasil hingga menuai panen pertamanya.
Dalam satu kolam bioflok bisa diisi bibit lele hingga 800 ekor. Setelah panen pertamanya berhasil, Bayu berencana menambah dua kolam bioflok. Kolam tersebut, ditaruh lahan 15 meter persegi yang ada di pekarangan belakang rumahnya di Gang Jeruk Bali, Banjar Dinas Babakan, Desa Sambangan, Sukasada, Buleleng.
Agar tidak menimbulkan bau, dia pun terus menjaga sirkulasi air pada kolam tersebut. Setiap pagi dan sore air kolam akan dikurangi dan diganti dengan air yang baru. Pakan ikan juga diisi dengan cairan M4 dan molase. "Untuk mengakali agar tidak bau memang harus rutin diganti airnya. Untuk pakannya juga saya campurkan M4 dan molase," kata dia.
Kata Bayu, budidaya lele cukup mudah dilakukan. Karena lele tidak perlu diisi air rator pada kolamnya. Selain itu, air pada kolam lele tidak perlu jernih. Yang paling penting dilakukan ialah menyortir ikan tersebut. Lele yang perkembangannya lambat, harus dipisahkan dengan yang lainnya. "Untuk lele yang bisa panen biasanya 6 hingga 8 ekor perkilonya. Kalau di bawah itu sudah masuk lele dumbo, yang nyari sedikit," ungkap Bayu.7mzk
Komentar