Pemkab Jayawijaya Road Show Festival Budaya Lembah Baliem
Keberhasilan Pemprov Bali dalam mengelola pariwisata tak hanya menyedot wisatawan, tetapi juga dijadikan tempat promosi oleh daerah lain di Indonesia.
Berharap Menteri Pariwisata Hadir
MANGUPURA, NusaBali
Kali ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya, Provinsi Papua, menggelar road show ke Bali. Road show ini dilakukan menjelang pegelaran festival budaya di Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Road show itu gelar di Pantai Kuta, Badung, Minggu (16/7).
Sekretaris Daerah Kabupaten Jayawijaya Yohanes Walilo, mengatakan pihaknya melakukan road show tak hanya di Bali tetapi juga di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Kami memilih Bali dan Lombok untuk road show karena kedua daerah ini menurut kami pengelolaan pariwisatanya sudah sangat baik. Selain pengelolaan yang baik, Bali juga menjadi tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun manca negara. Kami melakukan road show untuk menginformasikan kepada wisatawan yang datang ke Bali bahwa pada 8 – 10 Agustus di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya akan digelar festival budaya,” kata Walilo.
Festival Lembah Baliem ini digelar untuk melestarikan budaya setempat. Selain itu festival ini juga untuk menceritakan tentang kebiasaan masa lampau masyarakat Papua, khususnya masyarakat Jayawijaya yang kini sudah tak dipertahankan lagi.
“Dahulu sebelum ada modernisasi sering terjadi perang antarsuku. Setelah ada pemerintahan dan agama masuk, perang antarsuku perlahan hilang. Festival ini dibuat dan dikemas sedemikian rupa supaya melestarikan budaya yang sudah turun temurun. Budaya yang menurut kami bagus dilestarikan dan yang tak baik dihilangkan. Contoh dahulu kalau ada saudara yang meninggal dunia sebagai bentuk duka, keluarga potong jari atau telinga. Budaya seperti itu kami hilangkan,” tuturnya.
Yang terbaru dilakukan pada festival yang digelar ke-28 kalinya itu adalah kegiatan pelemparan 1.000 tombak. Kegiatan pelemparan 1.000 tombak ini dimaksudkan menginformasikan kepada dunia bahwa dahulu masyarakat Jayawijaya sering saling bunuh bila terjadi masalah. Artinya kegiatan ini bukan untuk diterapkan lagi tetapi hanya untuk mengingatkan kembali. Menurutnya dengan cara seperti ini akan membangun hubungan yang baik antarsuku setempat yang terdiri dari 48 distrik.
Potensi wisata yang ditawarkan di sana adalah mumi. Mumi itu adalah kepala suku yang diawetkan, pesona alam danau Habema, Telaga Biru, dan busana tradisional masyarakat lokal yang sampai hari ini masih ada yakni koteka. “Koteka itu kami tak mau menghilangkannya secara langsung. Biarkan waktu yang menjawab itu,” lanjutnya.
Kendala utama yang dihadapi oleh Pemkab Jayawijaya dalam upaya pengembangan pariwisata, menurutnya masalah infrastruktur yang belum menyeluruh. Di sana sebagaian besar pelayanan kepada masyarakat dilakukan dengan menggunakan pesawat. Hal ini yang membuat pengeluaran menjadi besar.
“Terkait masalah ini kami menginginkan agar Menteri Pariwisata hadir di sana. Tetapi sepanjang pergelaran Festival Lembah Baliem ini Menteri Pariwista tak pernah hadir. Kami berharap tahun ini menteri bisa hadir. Tujuannya agar tahu apa problem pariwisata yang harus diperbaiki. Kunjungan wisatawan saat melaksanakan festival biasanya bisa lebih dari 1.000 orang. Selain itu kami hadir di Bali karena kami tahu kini di Eropa sudah mulai libur musim panas. Kami yakin kini banyak wisatawan yang datang ke Bali sebagai daerah tujuan wisatanya. Kami ingin menggaet wisatawan itu untuk datang ke Papua, sehingga melengkapi pengalaman berwisata mereka di Indonesia,” kata Walilo. *cr64
Komentar