Buleleng Siapkan Anggaran Rp 100 Juta
Subsidi Transportasi Pengendalian Inflasi
SINGARAJA, NusaBali - Pada penghujung tahun 2023, Pemkab Buleleng menyiapkan anggaran Rp 100 juta untuk subsidi transportasi pengendalian inflasi. Anggaran ini akan diambilkan dari alokasi Belanja Tidak Terduga (BTT) tahun 2023. Kebijakan ini dilakukan karena inflasi di Buleleng masuk dalam daftar 5 besar tertinggi nasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut angka inflasi nasional year of year per bulan November menyentuh angka 2,86 persen. Sedangkan Buleleng inflasi year of year ada di angka 4,47 persen. Kondisi ini mengakibatkan Buleleng ada di posisi 5 besar inflasi tertinggi di Indonesia dari 90 kota/kabupaten yang menjadi tolak ukur inflasi.
Menghadapi situasi ini Pemkab Buleleng melalui Pemerintah Kabupaten Buleleng menyusun langkah-langkah untuk menekan laju inflasi hingga akhir tahun ini. Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa tak memungkiri tersebut. Kenaikan inflasi dua bulan terakhir memang dipicu beberapa komoditas seperti beras dan cabai rawit merah.
“Kebijakan pemerintah daerah bersama PD Pasar melakukan intervensi harga cabai. Dan kita sedang mengusulkan pencairan dana BTT untuk membiayai ongkos transportasi angkut kendaraan dari luar Bali. Sehingga tidak menambah beban harga dari pembelian cabai,” ucap Suyasa.
Di tengah keterbatasan pasokan cabai merah saat ini, Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng sudah mengambil cabai rawit dari sejumlah kelompok tani di Jawa Timur. Pengambilan cabai dari luar Bali ini kemudian didistribusikan kembali di pasar untuk menekan harga. Namun karena pasokan terbatas, intervensi harga tidak dapat dilakukan terlalu banyak, sehingga pemerintah memutuskan untuk mensubsidi biaya transportasinya.
Anggaran subsidi transportasi ini, sebut Suyasa, juga akan diberikan kepada PD Swatantra yang menyediakan pasokan minyak goreng yang diambil dari food station Jakarta. “Nanti akan dihitung berapa kali berangkat. Harapannya Desember ini kita bisa deflasi sehingga masih bisa memenuhi target inflasi nasional yakni 3 plus minus 1 hingga akhir tahun nanti,” imbuh Suyasa yang juga Ketua Harian Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Buleleng.7k23
Menghadapi situasi ini Pemkab Buleleng melalui Pemerintah Kabupaten Buleleng menyusun langkah-langkah untuk menekan laju inflasi hingga akhir tahun ini. Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa tak memungkiri tersebut. Kenaikan inflasi dua bulan terakhir memang dipicu beberapa komoditas seperti beras dan cabai rawit merah.
“Kebijakan pemerintah daerah bersama PD Pasar melakukan intervensi harga cabai. Dan kita sedang mengusulkan pencairan dana BTT untuk membiayai ongkos transportasi angkut kendaraan dari luar Bali. Sehingga tidak menambah beban harga dari pembelian cabai,” ucap Suyasa.
Di tengah keterbatasan pasokan cabai merah saat ini, Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng sudah mengambil cabai rawit dari sejumlah kelompok tani di Jawa Timur. Pengambilan cabai dari luar Bali ini kemudian didistribusikan kembali di pasar untuk menekan harga. Namun karena pasokan terbatas, intervensi harga tidak dapat dilakukan terlalu banyak, sehingga pemerintah memutuskan untuk mensubsidi biaya transportasinya.
Anggaran subsidi transportasi ini, sebut Suyasa, juga akan diberikan kepada PD Swatantra yang menyediakan pasokan minyak goreng yang diambil dari food station Jakarta. “Nanti akan dihitung berapa kali berangkat. Harapannya Desember ini kita bisa deflasi sehingga masih bisa memenuhi target inflasi nasional yakni 3 plus minus 1 hingga akhir tahun nanti,” imbuh Suyasa yang juga Ketua Harian Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Buleleng.7k23
Komentar