Pasar Seni Kuta Sepi Pengunjung
Pengelola Gelar Weekend Art Market
Selama ini para wisatawan salah kaprah terkait bangunan Pasar Seni Kuta yang baru, banyak yang mengira bangunan tersebut sebagai rumah sakit atau penginapan.
MANGUPURA, NusaBali
Merespons keluhan banyak pedagang terkait minimnya pembeli di Pasar Seni Kuta, pengelola menciptakan terobosan baru dengan menggelar Weekend Art Market. Langkah kreatif ini melibatkan para pedagang di lantai dua dan lantai tiga untuk mendapatkan kesempatan berjualan di lantai bawah. Setidaknya ada sebanyak 20 stand yang berjejer di parkiran sebelah selatan Pasar Seni Kuta sejak awal November 2023.
Manajer Pasar Seni Kuta Ni Wayan Sri Ika Yadnyasari, menjelaskan Weekend Art Market dirancang untuk memberikan kesempatan kepada pedagang di lantai dua dan lantai satu agar dapat berjualan di lantai bawah. Terlebih selama ini para wisatawan kaprah terkait bangunan Pasar Seni Kuta yang baru, justru dikira bangunan rumah sakit atau penginapan.
“Kegiatan ini dilakukan setiap Jumat hingga Minggu, salah satu tujuannya sebagai sarana promosi kita. Jadi agar mindset tamu gedung ini adalah pasar seni, karena dari penyampaian pedagang, tamu itu berpikir kalau gedung ini adalah rumah sakit atau hotel, bukan seperti pasar seni,” ujar Ika pada Minggu (10/1) sore.
Ika menjelaskan Weekend Art Market memungkinkan rotasi pedagang di berbagai lantai, sehingga memberikan setiap pedagang kesempatan untuk menarik perhatian pengunjung yang datang. Konsep ini juga diharapkan dapat menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih dinamis dan bervariasi bagi para pembeli.
“Pengunjung sekarang memiliki kesempatan untuk menjelajahi semua lantai pasar seni dan menikmati produk-produk kreatif dari setiap pedagang. Ini adalah langkah yang kita ambil untuk merespons perubahan pola kunjungan dan memberikan dorongan ekstra kepada para pedagang,” tambahnya.
Meskipun masih dalam tahap promosi, Weekend Art Market terus berlanjut dengan memberlakukan sistem kontribusi untuk pembayaran instalasi sebesar Rp 25 ribu per hari.
Hingga saat ini, perkembangan Weekend Art Market terlihat positif dan pengelola masih fokus pada promosi kegiatan tersebut. “Kita sedang dalam tahap promosi dan para pedagang hanya dikenakan biaya kontribusi untuk pembayaran instalasi listrik sebesar Rp 25 ribu per hari,” ungkapnya.
Ika berharap Weekend Art Market tidak hanya akan meningkatkan daya tarik Pasar Seni Kuta, tetapi juga memberikan dorongan kepada para pedagang untuk tetap berkarya dan memajukan ekonomi kreatif di wilayah Kuta. Pihaknya juga akan terus berkoordinasi dengan para pedagang dan merespons umpan balik dari pengunjung. Pun berkomitmen untuk terus mencari solusi inovatif demi mengembangkan Pasar Seni Kuta menjadi lebih menarik.
Sementara, salah seorang pedagang Nyoman Suwena menyambut baik Weekend Art Market. Meskipun bergantian dengan pedagang lainnya, kata pria berusia 63 tahun ini, hanya pedagang dari lantai dua dan tiga yang berpartisipasi dalam kegiatan ini.
“Saya berdagang sejak awal November, baru dua bulan. Kita mendapat kesempatan berjualan di Weekend Art Market, yang merupakan usulan dari pengelola bersama Desa Adat Kuta. Kita dibantu karena berdagang di lantai atas sangat sepi dan pengunjung jarang naik ke atas karena malas,” ungkap Suwena.
Menurutnya, kondisi saat ini telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan berdagang di lantai atas. Namun, pendapatan yang didapat masih tergantung pada seberapa ramai tamu yang datang. “Cari garusnya (untung) masih susah karena sepi, tetapi ini menjadi alternatif yang lebih baik daripada berdagang di atas,” ucapnya.
Suwena pun berharap agar Weekend Art Market bisa terus dapat diadakan di area bawah. “Harapannya ke depan supaya terus bisa seperti ini, ada bazar di bawah. Kita tidak berani memaksa, kalau diberikan bersyukur, kalau tidak diberikan, kita tidak bisa mengatakan apa-apa,” kata Suwena. 7 ol3
1
Komentar