Putri Keraton Surakarta Beralih Jadi Pemeluk Hindu
Salah satu putri dari Keraton Surakata, Jawa Tengah, Kanjeng Ratu Ayu (KRA) Mahindrani Kooswidyanthi Paramasari, 56, memilih jalan dharma dengan beralih sebagai penganut agama Hindu.
DENPASAR, NusaBali
Upacara Sudhi Wadani untuk prosesi ritual beralih ke agama Hindu ini telah dijalani KRA Mahindrani di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari, Desa Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara pada Soma Pon Ugu, Senin (17/7).
Upacara Sudhi Wadani untuk KRA Mahindrani di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari, Senin kemarin, dipuput oleh Sari Galur Wiku Ratu Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun, sulinggih dari Kedhatuwan Kawista Bali, Desa Blatungan, Kecamatan Pupuan,Tabanan. Prosesi tersebut dihadiri pula AA Gede Agung Bagus Suteja, Raja dari Puri Agung Jembrana selaku Ketua Paiketan Puri-puri Sejebag Bali.
Prosesi ritual yang dijalani putri Keraton Surakarta ini, antara lain, Sudhi Wadani, Wisuda Wangsa, Pawintenan, Mapuja, Gita Puja, dan Doa Bersama. Dipilihnya Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari sebagai lokasi upacara Sudhi Wadani untuk KRA Mahindrani, karena melihat dari kondisi dan tata letak pura yang unik. Dari namanya yang terkandung yakni Kanda Pat, diyakini pura ini sesuai dengan kebudayan Hindu Jawa dan Sunda Wiwitan.
Sebelum secara sah menjadi pemeluk Hindu, KRA Mahindrani lebih dulu dituntun Sari Galur Wiku Ratu Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun untuk mengucapkan beberapa kutipan mantra, yang disebut dengan sumpah. Ada pun mantra yang diucapkan adalah ‘Om narayana nerwedam sarwam yad bhutam yad ca bahweam, niskalan ko neranjana nerwekalpo, nirakyata sudha dewa eko, narayana na dwityo asti kascit’. Dilanjutkan dengan permohonan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa yakni ‘Om Hyang Widi, di hadapanmu aku berjanji bahwa engkau adalah sumber dari segala sumber kehidupan’
KRA Mahindrani merupakan salah satu trah Keraton Surakarta yang lahir di Roma, Italia. Dia merupakan seorang musisi---menekuni seni musik. Ketertarikannya pada agama Hindu, dilandasi adanya kemiripan kebudayaan Hindu Bali dengan kebiasaan yang dilakukannya selama di Jawa, yakni ajaran Kejawen. "Saya sering melaksanakan ritual tirta yatra (perjalanan suci) ke pura-pura yang ada di Bali mapun luar Bali," tutur perempuan berusia 56 tahun ini.
KRA Mahindrani mengisahkan, lama-kelamaan dia merasa nyaman dan menemukan kedamaian setelah melakukan rajin melakukan tirta yatra. Secara sadar, dia merasakan diri lebih condong melakukan kebiasaan umat Hindu tinimbang Islam. Itu sebabnya, dia kemudian memutuskan untuk memilih jalan dharma. Panggilan masuk Hindu semakin kuat setelah KRA Mahindrani tinggal di Puri Anyar Pemecutan, Denpasar tahun 2013 silam.
"Saya sebenarnya sudah lama melakukan aktivitas-aktivitas seperti tirta yadnya dan kegiatan Hindu lainnya. Hanya saja, baru diresmikan dengan upacara Sudhi Wadani hari ini (kemarin). Saya masuk Hindu tanpa paksaan, melainkan atas kemauan sendiri," tegas KRA Mahindrani.
Setelah resmi menjadi umat Hindu, ke depan KRA Mahindrani berencana membangun Pasraman Hindu di kawaswan Tabanan. “Hal ini sebagai bentuk keseriusan saya untuk masuk agama Handu. Selain itu, niat yang kuat serta dukungan dari keluarga yang membuat tekad saya bulat dan serius untuk menganut agama Hindu dan kembali ke jalan dharma,” katanya.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikas Hindu Indonesia, IB Ketut Susena, menyatakan masuknya KRA Mahindrani sebagai pemeluk Hindu merupakan keinginan secara pribadi yang bersangkutan, setelah melalui pertimbangan matang. Dalam hal ini, tidak ada paksaan dari pihak mana pun untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
"Setelah dilaksanakannya upacara ini, segera akan dilaporkan kepada Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali untuk dibuatkan sartifikat dan dilaporkan pula kepada PHDI Kota Solo, agar ke depannya tidak timbul permasalahan," papar IB Susena yang hadir dalam upacara Sudhi Wedani KRA Mahindrani, Senin kemarin. *in
Upacara Sudhi Wadani untuk KRA Mahindrani di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari, Senin kemarin, dipuput oleh Sari Galur Wiku Ratu Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun, sulinggih dari Kedhatuwan Kawista Bali, Desa Blatungan, Kecamatan Pupuan,Tabanan. Prosesi tersebut dihadiri pula AA Gede Agung Bagus Suteja, Raja dari Puri Agung Jembrana selaku Ketua Paiketan Puri-puri Sejebag Bali.
Prosesi ritual yang dijalani putri Keraton Surakarta ini, antara lain, Sudhi Wadani, Wisuda Wangsa, Pawintenan, Mapuja, Gita Puja, dan Doa Bersama. Dipilihnya Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari sebagai lokasi upacara Sudhi Wadani untuk KRA Mahindrani, karena melihat dari kondisi dan tata letak pura yang unik. Dari namanya yang terkandung yakni Kanda Pat, diyakini pura ini sesuai dengan kebudayan Hindu Jawa dan Sunda Wiwitan.
Sebelum secara sah menjadi pemeluk Hindu, KRA Mahindrani lebih dulu dituntun Sari Galur Wiku Ratu Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun untuk mengucapkan beberapa kutipan mantra, yang disebut dengan sumpah. Ada pun mantra yang diucapkan adalah ‘Om narayana nerwedam sarwam yad bhutam yad ca bahweam, niskalan ko neranjana nerwekalpo, nirakyata sudha dewa eko, narayana na dwityo asti kascit’. Dilanjutkan dengan permohonan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa yakni ‘Om Hyang Widi, di hadapanmu aku berjanji bahwa engkau adalah sumber dari segala sumber kehidupan’
KRA Mahindrani merupakan salah satu trah Keraton Surakarta yang lahir di Roma, Italia. Dia merupakan seorang musisi---menekuni seni musik. Ketertarikannya pada agama Hindu, dilandasi adanya kemiripan kebudayaan Hindu Bali dengan kebiasaan yang dilakukannya selama di Jawa, yakni ajaran Kejawen. "Saya sering melaksanakan ritual tirta yatra (perjalanan suci) ke pura-pura yang ada di Bali mapun luar Bali," tutur perempuan berusia 56 tahun ini.
KRA Mahindrani mengisahkan, lama-kelamaan dia merasa nyaman dan menemukan kedamaian setelah melakukan rajin melakukan tirta yatra. Secara sadar, dia merasakan diri lebih condong melakukan kebiasaan umat Hindu tinimbang Islam. Itu sebabnya, dia kemudian memutuskan untuk memilih jalan dharma. Panggilan masuk Hindu semakin kuat setelah KRA Mahindrani tinggal di Puri Anyar Pemecutan, Denpasar tahun 2013 silam.
"Saya sebenarnya sudah lama melakukan aktivitas-aktivitas seperti tirta yadnya dan kegiatan Hindu lainnya. Hanya saja, baru diresmikan dengan upacara Sudhi Wadani hari ini (kemarin). Saya masuk Hindu tanpa paksaan, melainkan atas kemauan sendiri," tegas KRA Mahindrani.
Setelah resmi menjadi umat Hindu, ke depan KRA Mahindrani berencana membangun Pasraman Hindu di kawaswan Tabanan. “Hal ini sebagai bentuk keseriusan saya untuk masuk agama Handu. Selain itu, niat yang kuat serta dukungan dari keluarga yang membuat tekad saya bulat dan serius untuk menganut agama Hindu dan kembali ke jalan dharma,” katanya.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikas Hindu Indonesia, IB Ketut Susena, menyatakan masuknya KRA Mahindrani sebagai pemeluk Hindu merupakan keinginan secara pribadi yang bersangkutan, setelah melalui pertimbangan matang. Dalam hal ini, tidak ada paksaan dari pihak mana pun untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
"Setelah dilaksanakannya upacara ini, segera akan dilaporkan kepada Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali untuk dibuatkan sartifikat dan dilaporkan pula kepada PHDI Kota Solo, agar ke depannya tidak timbul permasalahan," papar IB Susena yang hadir dalam upacara Sudhi Wedani KRA Mahindrani, Senin kemarin. *in
Komentar