Perlu Lebih Banyak TPS3R di Buleleng
SINGARAJA, NusaBali - Permasalahan sampah sampai saat ini masih menjadi persoalan yang klasik, meski pemerintah sudah mengupayakan berbagai cara untuk penanganan dan pengendalian. Salah satunya karena pengelolaan dan pemilahan sampah di desa belum maksimal.
Persoalan ini tergambar dengan volume sampah yang masuk ke Tempat Penampungan Akhir (TPA) Bengkala masih tinggi. Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng dari 129 desa yang ada di Buleleng TPS3R baru dimiliki oleh 59 desa.
Kepala DLH Buleleng Gede Melandrat belum lama ini mengungkapkan rata-rata sampah yang masuk ke TPA Bengkala sebanyak 150 ton per hari. Sampah-sampah itu pun tidak seluruhnya sampah residu, tetapi ada juga yang belum terpilah. Melandrat menyebut sampah-sampah yang belum terpilah itu rata-rata berasal dari desa yang belum memiliki Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R).
Kendala kedua untuk pengendalian sampah karena masih terbatasnya jumlah TPS3R. Keterbatasan lahan dan juga keterbatasan anggaran pemerintah daerah dalam pengusulan pembangunan TPS3R yang pengadaan selama ini dibiayai dari pemerintah pusat.
“Beberapa desa yang sudah memiliki TPS3R ada yang pengelolaannya sudah sangat bagus, ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa yang lain, punya greget yang sama menciptakan desa yang memiliki tata kelola persampahan untuk lingkungan yang lebih baik,” terang Melandrat, Rabu (13/12).
Sementara itu, Kabupaten Buleleng dikabarkan akan menerima bantuan TPS3R sebanyak 10 lokasi dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah Bali. Sepuluh Desa/Kelurahan saat ini sedang diverifikasi. Dari total 36 usulan TPS3R yang disetujui akan dibangun di Bali 10 diantaranya ada di wilayah Buleleng.
Tim verifikasi selain melihat ketersediaan lahan juga melihat komitmen pemerintah desa/kelurahan calon penerima. Sebab jika sudah beroperasional TPS3R tidak boleh macet dan harus dijamin keberlangsungannya. Jika 10 desa/kelurahan ini nanti lolos verifikasi, maka pembangunan TPS3R akan dimulai pada 2024 mendatang.7k23
Kepala DLH Buleleng Gede Melandrat belum lama ini mengungkapkan rata-rata sampah yang masuk ke TPA Bengkala sebanyak 150 ton per hari. Sampah-sampah itu pun tidak seluruhnya sampah residu, tetapi ada juga yang belum terpilah. Melandrat menyebut sampah-sampah yang belum terpilah itu rata-rata berasal dari desa yang belum memiliki Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R).
Kendala kedua untuk pengendalian sampah karena masih terbatasnya jumlah TPS3R. Keterbatasan lahan dan juga keterbatasan anggaran pemerintah daerah dalam pengusulan pembangunan TPS3R yang pengadaan selama ini dibiayai dari pemerintah pusat.
“Beberapa desa yang sudah memiliki TPS3R ada yang pengelolaannya sudah sangat bagus, ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa yang lain, punya greget yang sama menciptakan desa yang memiliki tata kelola persampahan untuk lingkungan yang lebih baik,” terang Melandrat, Rabu (13/12).
Sementara itu, Kabupaten Buleleng dikabarkan akan menerima bantuan TPS3R sebanyak 10 lokasi dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah Bali. Sepuluh Desa/Kelurahan saat ini sedang diverifikasi. Dari total 36 usulan TPS3R yang disetujui akan dibangun di Bali 10 diantaranya ada di wilayah Buleleng.
Tim verifikasi selain melihat ketersediaan lahan juga melihat komitmen pemerintah desa/kelurahan calon penerima. Sebab jika sudah beroperasional TPS3R tidak boleh macet dan harus dijamin keberlangsungannya. Jika 10 desa/kelurahan ini nanti lolos verifikasi, maka pembangunan TPS3R akan dimulai pada 2024 mendatang.7k23
1
Komentar