150 Siswi Smapsa Klungkung Pentas Tari Rejang Dewa saat Saraswati
SEMARAPURA, NusaBali - Sebanyak 150 siswi SMA Pariwisata Saraswati (Smapsa) Klungkung pentas Tari Rejang Dewa saat persembahyangan Hari Suci Saraswati di halaman sekolah pada Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (16/12) pagi.
Pantauan NusaBali, prosesi persembahyangan Saraswati di sekolah yang beralamat di Kelurahan Semarapura Tengah, Kecamatan Klungkung, ini dimulai pukul 10.00 Wita. Diawali ritual macaru panca kelud, melaspas gedung baru, dan melaspas gambelan yang baru selesai diperbaiki.
Ketika ritual upacara tersebut berlangsung diiringi kidung dan dipentaskan Tari Topeng. Diawali Tari Topeng Keras, kemudian Tari Topeng Tua, Topeng Kenyung Manis, Topeng Penasar, Topeng Wijil, Topeng Dalem/Arsa Wijaya. Setelah selesai pentas Topeng Dalem, sebanyak 150 penari Rejang Dewa langsung memasuki halaman sekolah. Mereka pentas dengan posisi menghadap ke timur.
Kemudian mereka juga membentuk 3 formasi lingkaran. Sementara itu, 1 formasi lingkaran Tari Rejang Dewa juga pentas bersamaan di depan Padmasana sekolah. Untuk Tari Rejang Dewa di depan Padmasana dipentaskan oleh murid TK. Sehingga konsepnya membentuk 4 formasi (nyatur). Dilanjutkan pentas Tari Rejang Renteng sebanyak 20 orang penari oleh para guru, dan terakhir Topeng Sidakarya.
Upacara ini dipuput oleh 2 sulinggih, yakni Ida Pedanda Buda dari Gria Wanasari, Desa Talibeng, Kecamatan Sidemen, Karangasem dan Ida Pedanda Gede Karang Keniten, dari Gria Kanginan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung.
Menurut penari topeng sekaligus penggagas Tari Rejang massal, I Putu Suardi Saputra, awalnya semua siswi Smapsa sebanyak 500 orang akan diikutkan pentas Tari Rejang Dewa tersebut. Namun, karena waktu yang mendesak dan ada ulangan umum maka diputuskan hanya 150 orang penari. “Kita bentuk 4 formasi lingkaran atau disebut nyatur,” ujar pria yang akrab disapa Deta ini.
Dalam membuat konsep formasi tersebut guru Seni Budaya Smapsa ini berkolaborasi bersama Ni Made Suginiwati (guru bahasa Bali Smapsa). Namun, karena keterbatasan waktu, maka latihan dilakukan secara mandiri-mandiri dengan dipandu referensi video. Kendala yang dihadapi untuk latihan gabungan di antaranya faktor cuaca kerap hujan, dan siswa menghadapi ulangan umum. Latihan gabungan baru bisa dilakukan di halaman sekolah H-1 Hari Suci Saraswati, Jumat (15/12). “Latihan gabungan hanya sekali saja dan langsung pentas,” ucap Deta.
Ketika ritual upacara tersebut berlangsung diiringi kidung dan dipentaskan Tari Topeng. Diawali Tari Topeng Keras, kemudian Tari Topeng Tua, Topeng Kenyung Manis, Topeng Penasar, Topeng Wijil, Topeng Dalem/Arsa Wijaya. Setelah selesai pentas Topeng Dalem, sebanyak 150 penari Rejang Dewa langsung memasuki halaman sekolah. Mereka pentas dengan posisi menghadap ke timur.
Kemudian mereka juga membentuk 3 formasi lingkaran. Sementara itu, 1 formasi lingkaran Tari Rejang Dewa juga pentas bersamaan di depan Padmasana sekolah. Untuk Tari Rejang Dewa di depan Padmasana dipentaskan oleh murid TK. Sehingga konsepnya membentuk 4 formasi (nyatur). Dilanjutkan pentas Tari Rejang Renteng sebanyak 20 orang penari oleh para guru, dan terakhir Topeng Sidakarya.
Upacara ini dipuput oleh 2 sulinggih, yakni Ida Pedanda Buda dari Gria Wanasari, Desa Talibeng, Kecamatan Sidemen, Karangasem dan Ida Pedanda Gede Karang Keniten, dari Gria Kanginan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung.
Menurut penari topeng sekaligus penggagas Tari Rejang massal, I Putu Suardi Saputra, awalnya semua siswi Smapsa sebanyak 500 orang akan diikutkan pentas Tari Rejang Dewa tersebut. Namun, karena waktu yang mendesak dan ada ulangan umum maka diputuskan hanya 150 orang penari. “Kita bentuk 4 formasi lingkaran atau disebut nyatur,” ujar pria yang akrab disapa Deta ini.
Dalam membuat konsep formasi tersebut guru Seni Budaya Smapsa ini berkolaborasi bersama Ni Made Suginiwati (guru bahasa Bali Smapsa). Namun, karena keterbatasan waktu, maka latihan dilakukan secara mandiri-mandiri dengan dipandu referensi video. Kendala yang dihadapi untuk latihan gabungan di antaranya faktor cuaca kerap hujan, dan siswa menghadapi ulangan umum. Latihan gabungan baru bisa dilakukan di halaman sekolah H-1 Hari Suci Saraswati, Jumat (15/12). “Latihan gabungan hanya sekali saja dan langsung pentas,” ucap Deta.
Kasek Smapsa Klungkung I Gusti Made Suberata MAg, mengatakan setelah menggelar upacara yang besar sekali, yakni melaspas dan macaru ini diharapkan ke depan mudah-mudahan diselaraskan antara kekuatan sekala dan niskala. “Astungkara sekolah kita semakin aman, tenteram, damai, dan semua warga sekolah bisa sagilik, saguluk, salunglung, sabayantaka,” harap Gusti Suberata. 7 wan
Komentar