Ubah Sampah Jadi Barang Bernilai Ekonomis
Kiat Pengrajin Kreatif Komang Sudiarta
SINGARAJA, NusaBali - Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi Komang Sudiarta,39, untuk terus berkarya dan bekerja. Meski memiliki kekurangan, pria asal Banjar Dinas Kanginan, Desa/Kecamatan Tejakula ini, tetap mampu menuangkan ide kreatifnya.
Dia menyulap sampah plastik dan kertas bekas menjadi sebuah karya bernilai seni dan ekonomi. Sudiarta memanfaatkan plastik dan kertas bekas yang didapatkan dari rumah ke rumah di sekitarnya. Sampah-sampah itu ia buat menjadi topeng dan miniatur. Dia mengerjakan karya seni itu di sela-sela pekerjaan utamanya berjualan bubur. Hasilnya kemudian dijual untuk menambah pendapatan menutupi biaya hidup sehari-hari.
Pria penghobi melukis ini sempat merasa canggung untuk memulai membuat karya seni berupa topeng dan miniatur patung dari bahan kertas bekas serta sampah plastik. Sebab sebelumnya lelaki yang sudah memiliki satu orang anak ini hanya mempunyai pengalaman sebagai pelukis selama kurang lebih tujuh tahun.
Dia mengaku mendapatkan dorongan dari Camat Tejakula, Gede Suyasa. "Awalnya saya dipaksa sama Pak Camat, bagaimana saya sebelumnya cuma pelukis, tapi mungkin dilihat karena saya punya potensi jadi terus dipaksa sampai akhirnya saya coba dan benar-benar jadi karya seni dengan murni berbahan dari sampah dan bisa saya jual," ujarnya, ditemui Sabtu (16/12).
Adapun karya seni berbahan sampah plastik yang ia buat berupa miniatur patung. Ada sejumlah pesanan lain yang biasanya diminta mulai dari logo, topeng, dan souvernir lainnya. Dia mengerjakan di rumah usai berjualan bubur bersama sang istri di depan Kantor Camat Tejakula setiap pagi.
Hasil produksi kerajinan itu dibanderol dengan harga bervariasi tergantung jenis karya ukuran karya dan tingkat kesulitan selama proses pengerjaan pesanan yang diminta pelanggan. Misal miniatur patung dan logo berkisar di harga Rp 1,5 hingga Rp 3 juta ergantung ukurannya. Untuk topeng berkisar dari harga Rp 100.000an tergantung tingkat kesulitannya.
“Selama ini pesanan memang tidak menentu dan beberapa datang dari instansi di sekitar Kecamatan Tejakula, memang ini hanya sebagai pekerjaan sampingan usai berjualan bubur tapi ini bagi saya membantu dalam menambah kebutuhan sehari-hari kami," sebut dia.
Selama proses pembuatan miniatur patung ataupun karya seni lainnya, ia awali dengan memohon doa restu di sanggah. Begitu juga saat selesai. Dia mengaku tak kesulitan mendapatkan bahan baku sampah yang digunakan. Sebab ada yang diberikan tetangga sekitar rumah dan ada dibeli dengan murah dari pemulung yang ditemuinya. "Sebenarnya untuk kendala hanya pada ide dan tema dari karya yang akan dibuat, akan tetapi untuk memperlancar semua itu saya selalu sembahyang setiap mengawali dan menyelesaikan hasil karya. Sehingga apa yang dihasilkan benar-benar sesuai harapan pelanggan," jelasnya.
Camat Tejakula Gede Suyasa menyampaikan selama ini pihaknya terus berupaya bagaimana memikirkan cara mengolah sampah agar dapat bernilai dan bermanfaat untuk menambah ekonomi masyarakat. Sehingga pihaknya terus mencoba bergerak melihat potensi-potensi yang ada kemudian didorong untuk mencoba menerapkan ide-ide yang berimbas pula dengan lingkungan.
"Jadi kita berpikir solusi agar bagaimana semua bisa bergerak, salah satunya ini memberdayakan masyarakat jadi selain mereka punya tambahan ekonomi kan bisa juga berpartisipasi menjaga lingkungan di Kecamatan Tejakula ini khususnya," terangnya.
Suyasa menambahkan jika pihaknya selama ini tidak hanya fokus akan penjualan. Ia tengah memikirkan supaya bisa menyentuh sektor lainnya misal pariwisata. Misalnya wisatawan bisa melihat secara langsung bagaimana cara membuat karya dari bahan dasar sampah plastik. Serta tidak hanya melihat karya tersebut sebagai oleh-oleh atau suvernir.
"Kami sudah proses untuk HAKI-nya, jadi meskipun saat ini belum banyak yang memesan, namun kami tidak hanya fokus terhadap penjualan semata tapi bagaimana juga menyentuh sektor lainnya. Sehingga bisa menggerakkan sektor lainnya di Kecamatan Tejakula," ujarnya.7mzk
1
Komentar