Sanggar Kerthi Budaya Gelar Lomba Tari Jauk Manis dan Makendang Tunggal
MANGUPURA, NusaBali - Sanggar Kerthi Budaya, Banjar Pengabetan, Kelurahan/Kecamatan Kuta, Badung menggelar lomba Tari Jauk Manis dan Makendang Tunggal se-Bali untuk pertama kalinya, Minggu (17/12) di Balai Banjar Pengabetan. Perlombaan itu diikuti oleh 20 pasang peserta dari berbagai kabupaten di Bali.
“Antusiasme peserta sangat tinggi, mereka menyatakan senang dengan acara ini, serta merasa dihargai dengan hadiah yang setara dengan kerja keras mereka. Lomba ini tidak hanya memberikan piala, tetapi juga sertifikat dan hadiah uang tunai,” ujar Ketua Panitia I WayanTisna Dana ditemui di sela-sela kegiatan Minggu siang.
Lebih jauh diungkapkan Tisna, acara yang digelar untuk pertama kalinya ini diharapkan dapat menjadi tradisi tahunan yang memperkuat semangat pemertahanan seni dan budaya Bali. Dengan tujuan utama mempertahankan kekayaan budaya Bali di tengah arus globalisasi, pihaknya berkomitmen memberikan wadah bagi masyarakat untuk terus berkarya dan berkesenian.
“Saat ini kita hidup di era globalisasi, dan kita berusaha sekuat tenaga untuk memastikan bahwa seni dan budaya Bali tetap hidup dan berkembang. Lomba ini bukan hanya kompetisi, tapi juga ajang untuk menjaga kearifan lokal,” tambahnya.
Sementara soal penilaian dalam lomba tersebut akan dipisahkan antara kategori tari dan makendang tunggal, sehingga memberikan kesempatan bagi setiap peserta untuk menonjolkan keahlian mereka masing-masing. “Kami ingin memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para seniman muda Bali yang telah berkontribusi dalam melestarikan budaya Bali,” ucap pria yang sekaligus menjadi pembina Sanggar Kerthi Budaya itu.
Selain menyelenggarakan perlombaan, Tisna mengungkapkan jika Sanggar Kerthi Budaya juga rutin mengadakan latihan tari dan tabuh. Sebab, dia menilai sanggar ini sebagai wahana untuk mengakomodir para remaja, terutama di Banjar Pengabetan, guna melibatkan mereka dalam kegiatan positif dan meminimalisir potensi terlibat dalam aktivitas negatif.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini, seni dan budaya Bali tetap berkembang dan dijaga oleh generasi muda, sehingga kekayaan tradisional tersebut tetap lestari di tengah arus perkembangan zaman,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bendesa Adat Kuta I Komang Alit Ardana mengatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya sesuai dengan tugas desa adat, tetapi juga mendukung program-program yang telah dijalankan di wilayah tersebut. “Acara ini adalah langkah konkret kami dalam melestarikan kekayaan budaya dan seni Bali. Meskipun Kuta dikenal sebagai wilayah internasional, seni dan budaya tetap menjadi bagian yang ajeg dan kuat di sini,” ujar Alit.
Dia berharap bahwa kegiatan positif semacam ini dapat diikuti oleh sanggar-sanggar lain di Kuta untuk memperluas dampaknya dalam melestarikan tradisi dan nilai-nilai lokal.
Alit juga mengungkapkan dukungannya penuh terhadap aksi budaya yang telah direncanakan di Pantai Kuta dalam menyambut Hari Raya Nyepi 2024. Festival Seni dan Budaya Desa Adat Kuta diungkapkannya akan menjadi wadah untuk menggelar perlombaan ogoh-ogoh dan jegegbungan desa. Acara ini memiliki makna khusus karena pernah terhenti pada masa pandemi Covid-19 dan sekarang diupayakan kembali sebagai bagian dari kehidupan budaya tahunan desa.
“Sekarang, kita akan bangkitkan kembali festival ini dengan semangat baru. Perlombaan ogoh-ogoh dan jegegbungan desa akan menjadi sorotan utama dan antusiasme para pemuda dan pemudi di Desa Adat Kuta luar biasa. Kami dari pihak desa, terus mendorong semangat mereka agar tetap bersemangat dalam melestarikan seni dan budaya Bali,” pungkasnya.
Adapun Juara I Lomba Tari Jauk Manis se-Bali diraih oleh I Gusti Ngurah Adi Widiatmika, Juara II diraih oleh I Nyoman Adi Suputra, dan Juara III diraih oleh I Made Ekky Dwi Suardinata. Kemudian Juara Harapan I diraih oleh I Ketut Alit Muliawan, Juara Harapan II diraih oleh I Wayan Agus Hery Wahyudi, dan Juara Harapan III diraih oleh I Putu Gede Raka Anggara Guna.
Sementara Juara I Lomba Makendang Tunggal se-Bali diraih oleh Kadek Denta Dwinanditya, Juara II diraih oleh I Putu Rory Artha, dan Juara III diraih oleh I Komang Kerta Kumara Dika. Kemudian Juara Harapan I diraih oleh I Made Utama Yoga, Juara Harapan II diraih oleh I Putu Dony Suryawan, dan Juara Harapan III diraih oleh I Gede Jacky Saputra Subagiada. 7 ol3
Lebih jauh diungkapkan Tisna, acara yang digelar untuk pertama kalinya ini diharapkan dapat menjadi tradisi tahunan yang memperkuat semangat pemertahanan seni dan budaya Bali. Dengan tujuan utama mempertahankan kekayaan budaya Bali di tengah arus globalisasi, pihaknya berkomitmen memberikan wadah bagi masyarakat untuk terus berkarya dan berkesenian.
“Saat ini kita hidup di era globalisasi, dan kita berusaha sekuat tenaga untuk memastikan bahwa seni dan budaya Bali tetap hidup dan berkembang. Lomba ini bukan hanya kompetisi, tapi juga ajang untuk menjaga kearifan lokal,” tambahnya.
Sementara soal penilaian dalam lomba tersebut akan dipisahkan antara kategori tari dan makendang tunggal, sehingga memberikan kesempatan bagi setiap peserta untuk menonjolkan keahlian mereka masing-masing. “Kami ingin memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para seniman muda Bali yang telah berkontribusi dalam melestarikan budaya Bali,” ucap pria yang sekaligus menjadi pembina Sanggar Kerthi Budaya itu.
Selain menyelenggarakan perlombaan, Tisna mengungkapkan jika Sanggar Kerthi Budaya juga rutin mengadakan latihan tari dan tabuh. Sebab, dia menilai sanggar ini sebagai wahana untuk mengakomodir para remaja, terutama di Banjar Pengabetan, guna melibatkan mereka dalam kegiatan positif dan meminimalisir potensi terlibat dalam aktivitas negatif.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini, seni dan budaya Bali tetap berkembang dan dijaga oleh generasi muda, sehingga kekayaan tradisional tersebut tetap lestari di tengah arus perkembangan zaman,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bendesa Adat Kuta I Komang Alit Ardana mengatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya sesuai dengan tugas desa adat, tetapi juga mendukung program-program yang telah dijalankan di wilayah tersebut. “Acara ini adalah langkah konkret kami dalam melestarikan kekayaan budaya dan seni Bali. Meskipun Kuta dikenal sebagai wilayah internasional, seni dan budaya tetap menjadi bagian yang ajeg dan kuat di sini,” ujar Alit.
Dia berharap bahwa kegiatan positif semacam ini dapat diikuti oleh sanggar-sanggar lain di Kuta untuk memperluas dampaknya dalam melestarikan tradisi dan nilai-nilai lokal.
Alit juga mengungkapkan dukungannya penuh terhadap aksi budaya yang telah direncanakan di Pantai Kuta dalam menyambut Hari Raya Nyepi 2024. Festival Seni dan Budaya Desa Adat Kuta diungkapkannya akan menjadi wadah untuk menggelar perlombaan ogoh-ogoh dan jegegbungan desa. Acara ini memiliki makna khusus karena pernah terhenti pada masa pandemi Covid-19 dan sekarang diupayakan kembali sebagai bagian dari kehidupan budaya tahunan desa.
“Sekarang, kita akan bangkitkan kembali festival ini dengan semangat baru. Perlombaan ogoh-ogoh dan jegegbungan desa akan menjadi sorotan utama dan antusiasme para pemuda dan pemudi di Desa Adat Kuta luar biasa. Kami dari pihak desa, terus mendorong semangat mereka agar tetap bersemangat dalam melestarikan seni dan budaya Bali,” pungkasnya.
Adapun Juara I Lomba Tari Jauk Manis se-Bali diraih oleh I Gusti Ngurah Adi Widiatmika, Juara II diraih oleh I Nyoman Adi Suputra, dan Juara III diraih oleh I Made Ekky Dwi Suardinata. Kemudian Juara Harapan I diraih oleh I Ketut Alit Muliawan, Juara Harapan II diraih oleh I Wayan Agus Hery Wahyudi, dan Juara Harapan III diraih oleh I Putu Gede Raka Anggara Guna.
Sementara Juara I Lomba Makendang Tunggal se-Bali diraih oleh Kadek Denta Dwinanditya, Juara II diraih oleh I Putu Rory Artha, dan Juara III diraih oleh I Komang Kerta Kumara Dika. Kemudian Juara Harapan I diraih oleh I Made Utama Yoga, Juara Harapan II diraih oleh I Putu Dony Suryawan, dan Juara Harapan III diraih oleh I Gede Jacky Saputra Subagiada. 7 ol3
1
Komentar