Wawan Ode, ‘Sang Penjaga’ Pemuteran
SINGARAJA, NusaBali - Wawan Ode, seorang pemuda kelahiran Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, telah memainkan peran penting dalam perkembangan pariwisata di desa tersebut.
Ia merupakan Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Pemuteran, sekaligus seorang pembicara nasional yang sering mengisi workshop atau diskusi tentang dunia pariwisata.
Wawan Ode alias I Ketut Sutrawan Selamet lahir dan tumbuh di Desa Pemuteran pada 1 Juli 1981 yang sejak dulu dikenal sebagai desa nelayan. Namun, pada awal 1980-an, lingkungan desa tersebut mulai rusak akibat penangkapan ikan dengan bom dan potas. Hal ini membuat masyarakat Pemuteran putus asa dan berpikir untuk mencari mata pencaharian lain.
“Masyarakat dulu terpaksa melakukan itu sebab memang tak ada pilihan profesi lain. Lingkungan yang kering membuat masyarakat Pemuteran putus asa,” kata pemilik Ode Resto & Guest House itu.
Pada saat itulah, I Gusti Agung Prana, seorang tokoh masyarakat setempat, mulai menggagas pengembangan pariwisata di Desa Pemuteran. Ia melihat bahwa desa tersebut memiliki potensi alam yang luar biasa, seperti pantai yang indah, terumbu karang yang melimpah, dan berbagai macam flora dan fauna.
Wawan Ode yang saat itu masih bersekolah menengah atas, tertarik dengan gagasan Agung Prana. Ia pun mulai belajar tentang pariwisata dan bagaimana cara mengembangkannya. Setelah lulus sekolah, ia memutuskan untuk bergabung dengan Yayasan Karang Lestari, sebuah organisasi yang fokus pada pelestarian terumbu karang di Desa Pemuteran.
Di Yayasan Karang Lestari, Wawan Ode belajar banyak hal tentang pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Ia juga mulai aktif mempromosikan Desa Pemuteran kepada wisatawan.
“Saya sering diajak berdiskusi dan menghadiri pertemuan-pertemuan penting perihal pariwisata. Jadi, peran saya sebenarnya hanya meneruskan perjuangan tokoh-tokoh terdahulu saja,” jelasnya.
Upaya Wawan Ode dan para tokoh masyarakat lainnya membuahkan hasil. Pada tahun 2009, Desa Pemuteran ditetapkan sebagai desa wisata oleh Kementerian Pariwisata. Hal ini menjadi momentum bagi Desa Pemuteran untuk mengembangkan pariwisata secara lebih serius.
Wawan Ode yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pokdarwis Desa Pemuteran, memimpin berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pariwisata di desa tersebut. Ia bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti masyarakat, pemerintah, dan akademisi, untuk mengembangkan berbagai program dan kegiatan pariwisata.
Salah satu program yang menjadi prioritas Wawan Ode adalah pelestarian lingkungan. Ia menyadari bahwa pariwisata yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jika lingkungannya juga dijaga kelestariannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Wawan Ode bersama masyarakat Desa Pemuteran membentuk Pecalang Laut Pemuteran, sebuah patroli laut tradisional yang bertugas menjaga kelestarian terumbu karang dan lingkungan laut lainnya. Selain itu, mereka juga melakukan berbagai kegiatan konservasi, seperti penanaman terumbu karang dan penyu.
Selain pelestarian lingkungan, Wawan Ode juga fokus pada pengembangan produk-produk pariwisata yang berkualitas. Ia bekerja sama dengan pelaku pariwisata di Desa Pemuteran untuk mengembangkan paket-paket wisata yang menarik dan bervariasi.
Upaya-upaya yang dilakukan Wawan Ode dan masyarakat Desa Pemuteran membuahkan hasil yang positif. Pada tahun 2016, Desa Pemuteran meraih penghargaan sebagai ‘Innovasi di Organisasi Non Pemerintahan’ dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO).
Ia pun berharap Desa Pemuteran menjadi desa mandiri. Pasalnya selama ini, Desa pemutaran tidak berani menarik tiket kepada wisatawan karena takut dianggap pungli. Akhirnya, desa tidak dapat PAD. “Nah, dalam hal ini, saya berharap pemerintah harus hadir untuk membuat payung hukumnya, supaya kami memiliki pegangan kuat dalam membangun Pemuteran ke depannya,” harap Wawan
Wawan Ode alias I Ketut Sutrawan Selamet lahir dan tumbuh di Desa Pemuteran pada 1 Juli 1981 yang sejak dulu dikenal sebagai desa nelayan. Namun, pada awal 1980-an, lingkungan desa tersebut mulai rusak akibat penangkapan ikan dengan bom dan potas. Hal ini membuat masyarakat Pemuteran putus asa dan berpikir untuk mencari mata pencaharian lain.
“Masyarakat dulu terpaksa melakukan itu sebab memang tak ada pilihan profesi lain. Lingkungan yang kering membuat masyarakat Pemuteran putus asa,” kata pemilik Ode Resto & Guest House itu.
Pada saat itulah, I Gusti Agung Prana, seorang tokoh masyarakat setempat, mulai menggagas pengembangan pariwisata di Desa Pemuteran. Ia melihat bahwa desa tersebut memiliki potensi alam yang luar biasa, seperti pantai yang indah, terumbu karang yang melimpah, dan berbagai macam flora dan fauna.
Wawan Ode yang saat itu masih bersekolah menengah atas, tertarik dengan gagasan Agung Prana. Ia pun mulai belajar tentang pariwisata dan bagaimana cara mengembangkannya. Setelah lulus sekolah, ia memutuskan untuk bergabung dengan Yayasan Karang Lestari, sebuah organisasi yang fokus pada pelestarian terumbu karang di Desa Pemuteran.
Di Yayasan Karang Lestari, Wawan Ode belajar banyak hal tentang pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Ia juga mulai aktif mempromosikan Desa Pemuteran kepada wisatawan.
“Saya sering diajak berdiskusi dan menghadiri pertemuan-pertemuan penting perihal pariwisata. Jadi, peran saya sebenarnya hanya meneruskan perjuangan tokoh-tokoh terdahulu saja,” jelasnya.
Upaya Wawan Ode dan para tokoh masyarakat lainnya membuahkan hasil. Pada tahun 2009, Desa Pemuteran ditetapkan sebagai desa wisata oleh Kementerian Pariwisata. Hal ini menjadi momentum bagi Desa Pemuteran untuk mengembangkan pariwisata secara lebih serius.
Wawan Ode yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pokdarwis Desa Pemuteran, memimpin berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pariwisata di desa tersebut. Ia bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti masyarakat, pemerintah, dan akademisi, untuk mengembangkan berbagai program dan kegiatan pariwisata.
Salah satu program yang menjadi prioritas Wawan Ode adalah pelestarian lingkungan. Ia menyadari bahwa pariwisata yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jika lingkungannya juga dijaga kelestariannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Wawan Ode bersama masyarakat Desa Pemuteran membentuk Pecalang Laut Pemuteran, sebuah patroli laut tradisional yang bertugas menjaga kelestarian terumbu karang dan lingkungan laut lainnya. Selain itu, mereka juga melakukan berbagai kegiatan konservasi, seperti penanaman terumbu karang dan penyu.
Selain pelestarian lingkungan, Wawan Ode juga fokus pada pengembangan produk-produk pariwisata yang berkualitas. Ia bekerja sama dengan pelaku pariwisata di Desa Pemuteran untuk mengembangkan paket-paket wisata yang menarik dan bervariasi.
Upaya-upaya yang dilakukan Wawan Ode dan masyarakat Desa Pemuteran membuahkan hasil yang positif. Pada tahun 2016, Desa Pemuteran meraih penghargaan sebagai ‘Innovasi di Organisasi Non Pemerintahan’ dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO).
Ia pun berharap Desa Pemuteran menjadi desa mandiri. Pasalnya selama ini, Desa pemutaran tidak berani menarik tiket kepada wisatawan karena takut dianggap pungli. Akhirnya, desa tidak dapat PAD. “Nah, dalam hal ini, saya berharap pemerintah harus hadir untuk membuat payung hukumnya, supaya kami memiliki pegangan kuat dalam membangun Pemuteran ke depannya,” harap Wawan
1
Komentar