Bertemu Paus Fransiskus, Mega Beri Bingkisan Kain Batik
JAKARTA, NusaBali - Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Prof Dr (HC) Megawati Soekarnoputri memberikan bingkisan berupa kain batik kepada Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus.
Pemberian kain batik itu diserahkan Megawati usai audiensi di Istana Apostolik, Vatikan, Senin (18/12) waktu setempat. Bingkisan kain batik itu dibungkus dengan kotak berwarna cream.
Megawati menyerahkan bingkisan itu langsung kepada Paus Fransiskus. Paus pun, menerima dengan sangat ramah pemberian dari Megawati tersebut. Megawati menyampaikan, pemberian batik kepada Paus Fransiskus sebagai bagian dari mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia.
Apalagi, Megawati sangat menghargai karya seni dan budaya Indonesia. “Oh iya, memberikan batik kepada Paus Fransiskus. Saya sangat menghargai seni budaya kita,” ucap Megawati melalui keterangan tertulisnya, Selasa (19/12) malam. Megawati juga menilai, bahwa warisan batik perlu diperlihara dan dijaga. Sebab, kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan akibat masuknya budaya luar. “Ternyata begitu banyak batik yang tidak terpelihara dan sangat dikhawatirkan itu akan punah. Lalu yang kedua, adalah orang-orang karena itu adalah talenta yang luar biasa," kata Megawati.
Menurut Megawati, dengan berjalannya modernisasi, banyak anak-anak muda yang tidak menghargai. Lantaran mereka hanya mengetahui memakai batik saja.
“Tetapi bagaimana membuat batik, betapa susahnya, dan tidak semua orang bisa melakukan hal itu, sehingga itulah mengakibatkan semakin menghilang,” tegas Megawati. Saat bertemu Paus Fransiskus, Megawati tampak didampingi Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Menkumham sekaligus Ketua DPP PDIP Yasonna H Laoly, Bendahara Umum DPP PDIP Olly Dondokambey dan Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono.
Megawati dan rombongan bertemu Paus Fransiskus selama kurang lebih 15 menit. Sejumlah isu dibicarakan mereka. Mulai dari isu toleransi beragama hingga kepedulian terhadap lingkungan dan alam. Paus Fransiskus juga menitipkan pesan kepada Megawati dan rombongan, agar nilai toleransi yang ada di Indonesia terus dijalankan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menutup pertemuan, Paus Fransiskus menyerahkan dua bukunya yang dibubuhi dengan tanda tangan pribadi kepada Megawati dan rombongan. Adapun, kedua buku itu, yakni Buku Laudato Si dan Laudate Deum yang membahas bagaimana memelihara lingkungan hidup.
Setelah bertemu dengan Paus Fransiskus, Megawati bersama para Dewan Juri Zayed Award juga direncanakan melakukan pertemuan dengan Imam Besar Al-Azhar, Grand Syaikh Ahmed Tayeb, sebagai salah satu inisiator Zayed Award for Human Fraternity.
Terpisah Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Aris Heru Utomo mengatakan kunjungan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri ke Vatikan dan bertemu dengan Paus Fransiskus adalah bagian dari diplomasi Pancasila. Menurut Aris, kunjungan Megawati, yang juga ketua Dewan Pengarah BPIP itu, merupakan bagian dari komitmen Indonesia mempromosikan dan mendorong aktualisasi nilai-nilai Pancasila untuk mencapai keharmonisan melalui dialog lintas iman dan antar budaya.
"Sebagai ketua Dewan Pengarah BPIP, kunjungan (Megawati) tersebut dapat pula dimaknai sebagai upaya diplomasi Pancasila, mengenalkan, dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila yang mengandung nilai-nilai universal secara lebih luas di forum internasional," ucap Aris dalam keterangannya di Jakarta, Rabu kemarin. Perwujudan komitmen Indonesia dalam diplomasi Pancasila telah dilakukan sejak lama. Pemerintah Indonesia juga telah membawa dialog lintas iman dan antar budaya ke semua tingkatan serta menjadikannya sebagai salah satu fitur utama kebijakan luar negeri.
"Sejak awal tahun 2000-an, ketika Ibu Megawati menjabat sebagai Presiden ke-5 RI di tahun 2001–2004, diplomasi mengelola keragaman dan mempromosikan toleransi telah dilakukan Pemerintah Indonesia," jelasnya. Aris mencontohkan saat peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat, yang melahirkan pandangan tidak bersahabat dari Barat terhadap negara muslim, Indonesia justru dipandang sebagai negara yang dapat diterima karena bersikap moderat. Pandangan positif tersebut, sambung dia, merupakan modal dasar bagi Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Agama untuk menyelenggarakan dialog lintas iman dan antar budaya sejak tahun 2004. "Indonesia membawa agenda ini secara internasional dalam rangka kerja sama bilateral regional dan global. Saat ini inisiatif diplomasi Indonesia tersebut terus berjalan setiap tahunnya," kata Aris. 7 k22, ant
Megawati menyerahkan bingkisan itu langsung kepada Paus Fransiskus. Paus pun, menerima dengan sangat ramah pemberian dari Megawati tersebut. Megawati menyampaikan, pemberian batik kepada Paus Fransiskus sebagai bagian dari mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia.
Apalagi, Megawati sangat menghargai karya seni dan budaya Indonesia. “Oh iya, memberikan batik kepada Paus Fransiskus. Saya sangat menghargai seni budaya kita,” ucap Megawati melalui keterangan tertulisnya, Selasa (19/12) malam. Megawati juga menilai, bahwa warisan batik perlu diperlihara dan dijaga. Sebab, kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan akibat masuknya budaya luar. “Ternyata begitu banyak batik yang tidak terpelihara dan sangat dikhawatirkan itu akan punah. Lalu yang kedua, adalah orang-orang karena itu adalah talenta yang luar biasa," kata Megawati.
Menurut Megawati, dengan berjalannya modernisasi, banyak anak-anak muda yang tidak menghargai. Lantaran mereka hanya mengetahui memakai batik saja.
“Tetapi bagaimana membuat batik, betapa susahnya, dan tidak semua orang bisa melakukan hal itu, sehingga itulah mengakibatkan semakin menghilang,” tegas Megawati. Saat bertemu Paus Fransiskus, Megawati tampak didampingi Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Menkumham sekaligus Ketua DPP PDIP Yasonna H Laoly, Bendahara Umum DPP PDIP Olly Dondokambey dan Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono.
Megawati dan rombongan bertemu Paus Fransiskus selama kurang lebih 15 menit. Sejumlah isu dibicarakan mereka. Mulai dari isu toleransi beragama hingga kepedulian terhadap lingkungan dan alam. Paus Fransiskus juga menitipkan pesan kepada Megawati dan rombongan, agar nilai toleransi yang ada di Indonesia terus dijalankan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menutup pertemuan, Paus Fransiskus menyerahkan dua bukunya yang dibubuhi dengan tanda tangan pribadi kepada Megawati dan rombongan. Adapun, kedua buku itu, yakni Buku Laudato Si dan Laudate Deum yang membahas bagaimana memelihara lingkungan hidup.
Setelah bertemu dengan Paus Fransiskus, Megawati bersama para Dewan Juri Zayed Award juga direncanakan melakukan pertemuan dengan Imam Besar Al-Azhar, Grand Syaikh Ahmed Tayeb, sebagai salah satu inisiator Zayed Award for Human Fraternity.
Terpisah Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Aris Heru Utomo mengatakan kunjungan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri ke Vatikan dan bertemu dengan Paus Fransiskus adalah bagian dari diplomasi Pancasila. Menurut Aris, kunjungan Megawati, yang juga ketua Dewan Pengarah BPIP itu, merupakan bagian dari komitmen Indonesia mempromosikan dan mendorong aktualisasi nilai-nilai Pancasila untuk mencapai keharmonisan melalui dialog lintas iman dan antar budaya.
"Sebagai ketua Dewan Pengarah BPIP, kunjungan (Megawati) tersebut dapat pula dimaknai sebagai upaya diplomasi Pancasila, mengenalkan, dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila yang mengandung nilai-nilai universal secara lebih luas di forum internasional," ucap Aris dalam keterangannya di Jakarta, Rabu kemarin. Perwujudan komitmen Indonesia dalam diplomasi Pancasila telah dilakukan sejak lama. Pemerintah Indonesia juga telah membawa dialog lintas iman dan antar budaya ke semua tingkatan serta menjadikannya sebagai salah satu fitur utama kebijakan luar negeri.
"Sejak awal tahun 2000-an, ketika Ibu Megawati menjabat sebagai Presiden ke-5 RI di tahun 2001–2004, diplomasi mengelola keragaman dan mempromosikan toleransi telah dilakukan Pemerintah Indonesia," jelasnya. Aris mencontohkan saat peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat, yang melahirkan pandangan tidak bersahabat dari Barat terhadap negara muslim, Indonesia justru dipandang sebagai negara yang dapat diterima karena bersikap moderat. Pandangan positif tersebut, sambung dia, merupakan modal dasar bagi Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Agama untuk menyelenggarakan dialog lintas iman dan antar budaya sejak tahun 2004. "Indonesia membawa agenda ini secara internasional dalam rangka kerja sama bilateral regional dan global. Saat ini inisiatif diplomasi Indonesia tersebut terus berjalan setiap tahunnya," kata Aris. 7 k22, ant
1
Komentar