Pokdarwis Desa Mas Studi Banding ke Museum Lontar
AMLAPURA, NusaBali - Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, melaksanakan studi banding tata cara membuat kertas lontar hingga nyurat aksara Bali di daun lontar. Pokdarwis ini melakukannya di Museum Pustaka Lontar, Banjar Dukuh Bukit Ngandang, Desa Adat Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Rabu (20/12).
Rombongan Pokdarwsi Desa Mas beranggotakan 15 orang dipimpin Jro Mangku Nyoman Kandia. Kedatangan mereka diterima Bendesa Adat Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya, didampingi Ketua Pokdarwis Desa Dukuh Penaban I Nengah Sudana Wiryawan.
Kepada rombongan Pokdarwis Desa Mas, Jro Nengah Suarya memaparkan keberadaan Museum Pustaka Lontar yang berdiri tahun 2017 atas inisiatif dan dukungan masyarakat Desa Adat Dukuh Penaban. Lahan 1,5 hektare yang dimanfaatkan untuk beberapa bangunan penunjang museum ini milik Desa Adat Dukuh Penaban.
Jro Nengah Suarya menambahkan, sebenarnya tujuan awal mendirikan Museum Pustaka Lontar untuk menyelamatkan lontar-lontar milik Masyarakat. Semua lontar dikumpulkan di museum dan ikonservasi. Semua itu untuk melestarikan lontar yang merupakan aset budaya lokal agar jangan sampai punah. Penyimpanan lontar dengan cara memasukkan lontar ke kotak standar. Caranya ini agar lontar terhindar dari serangan biota serangga dan cukup sinar matahari, dan menghindari lembab.
Jelasnya, teknis konservasi dengan menggunakan minyak sereh yang dioleskan pada setiap daun lontar. Tujuannya, agar lontar terbebas dari serangga, jamur, hewan pengerat, dan pollutan (gas udara). Lontar juga agar awet dan tahan lama. Bisa juga menggunakan alkohol untuk membersihkan setiap daun lontar sehingga tulisannya terlihat jelas. Sedangkan minyak kemiri untuk menghitamkan huruf-huruf di daun lontar yang masih setengah jadi. Setelah dioleskan minyak kemiri, huruf-huruf terlihat hitam tajam hingga lebih jelas bisa dibaca.
Jadi di museum itu katanya, ada proses membuat kertas lontar, teknis nyurat aksara Bali di daun lontar, ada juga pemandu bagi yang ingin baca lontar, kuratornya, Ida I Dewa Gede Catra. "Jadi yang berwisata ke Museum Pustaka Lontar, selain mengenal jenis-jenis lontar, bisa belajar membaca lontar dan bisa merasakan nyurat aksara Bali di daun lontar, fasilitasmya semua tersedia," jelasnya.
Museum ini menyimpan 353 cakep lontar titipan masyarakat. "Selama ini banyak wisatawan mencoba nyurat aksara Bali di daun lontar. Banyak pula wisatawan asing nyurat namanya dengan aksara Bali di lontar untuk dijadikan kenang-kenangan," jelas Ketua Pokdarwis Desa Adat Dukuh Penaban I Nengah Sudana Wiryawan yang juga Penyarikan Desa Adat Dukuh Penaban.
Pimpinan rombongan Pokdarwis Desa Mas Jro Mangku Nyoman Kandia mengatakan, kedatangannya ingin mengetahui proses membuat kertas lontar, hingga nyurat aksara Bali di daun lontar. "Kami berkunjung ke Museum Pustaka Lontar, karena ada kemiripan dengan di Kelompok Sadar Wisata Desa Mas, yang juga menyimpan banyak lontar," katanya.
Jelasnya, Museum Pustaka Lontar merupakan objek wisata berbasis museum lontar. Wisatawan bisa belajar langsung nyurat aksara di daun lontar.7k16
1
Komentar