Peternak Babi Merana, Harga Anjlok
TABANAN, NusaBali - Peternak babi di Tabanan merana. Harga babi saat ini terjun bebas menyentuh di angka Rp 30.000 sampai Rp 29.000 per kilogram. Harga ini ternyata jauh di bawah harga break event point (BEP) yang berada di kisaran Rp 35.000 per kilogram.
Bahkan karena harga terjun bebas peternak mengurangi jumlah populasi beternak. Di sisi lain, harga pakan tetap mahal jika tidak diimbangi dengan mengurangi populasi beternak peternak takut rugi total.
Salah seorang peternak asal Desa Baru, Kecamatan Marga I Ketut Gede Jaya Ada mengatakan sejak lima hari atau Minggu (17/12) harga babi turun. Padahal sebelumnya sempat menyentuh di harga Rp 31.000 per kilogram. "Sekarang harganya turun jauh di bawah harga BEP," jelasnya, Kamis (21/12).
Disebutkan turunnya harga babi ini karena jumlah babi siap potong di Bali secara umum berada dalam over produksi. Sebab selain babi yang dijual masyarakat ikut memasarkan produk ke pasar lokal, peternak kemitraan juga ikut menjual daging babi pasar lokal.
Padahal menurut dia hal tersebut tidak boleh dilakukan. "Karena ini babi siap potong menjadi overload. Tetapi harga babi di pasaran atau pedagang masih mahal mencapai Rp 65.000 per kilogram sampai Rp 80.000 per kilogram," terangnya.
Jaya Ada memprediksi kondisi harga babi yang jauh di bawah BEP ini kemungkinan akan terjadi hingga setahun ke depan, jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Salah satunya tegas terhadap tata niaga perdagangan babi di tingkat lokal, sehingga keberadaan dari peternak kerakyatan ini bisa terlindungi dari sisi usaha agar tidak selalu merugi. “Saat ini dengan anjloknya harga, saya sudah minus karena biaya pakan juga semakin mahal saat ini,” keluhnya.
Oleh sebab itu dia pun mengurangi populasi babi untuk menekan biaya produksi. Dari jumlah indukan yang awalnya mencapai 60 ekor, sekarang jadi hanya 25 ekor. Begitu pula jumlah populasi babi penggemukan yang sebelumnya mencapai 500 ekor, sekarang turun menjadi 200 ekor.
Hal senada juga diungkapkan peternak lainnya, Nyoman Arimbawa di Kecamatan Marga. Kata dia, saat ini sejumlah peternak babi di Bali sudah di ambang kebangkrutan. Sebab, dibebani dengan harga pakan yang tinggi.
“Padahal sebenarnya kita memiliki lahan yang luas. Seperti di Sumbawa, dan Bima yang merupakan penghasil jagung yang tinggi. Tapi biaya pakan dari pabrikan tetap saja mahal,” keluhnya.
Dia pun berharap pemerintah sebagai pengawas dan pemegang kebijakan bisa menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak kerakyatan. "Harapnya ya bisa menetapkan harga babi di posisi ideal," harap Arimbawa. 7des
1
Komentar