‘Ada yang Panik dengan Soliditas PDIP’
Peringati Hari Ibu, DPP Ajak Perempuan Lawan Praktik Orba
Hasto menanggapi adanya insiden kader PDIP yang berpura-pura melepaskan jaket partainya untuk mendukung paslon lain di beberapa daerah, dan menurutnya hal itu karena mereka telah dibayar pihak lain.
JAKARTA, NusaBali
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut ada pihak yang panik saat melihat soliditas partainya sehingga ada tim kampanye lain yang menggunakan cara tidak beradab.
Hasto di Kantor DPP PDI Perjuangan di Jakarta, Jumat (22/12) mengatakan sejumlah pihak yang membuat seolah-olah pihaknya tidak solid, karena adanya permainan politik uang. Pihak-pihak tersebut, menurut Hasto, sudah memberikan pernyataan maaf, yang disinyalir karena tim kampanye lain telah melakukan cara-cara yang tidak beradab dan membangun persepsi bahwa PDI Perjuangan tidak solid.
Selain itu Hasto mengatakan bahwa PDI Perjuangan merupakan partai yang sudah biasa teruji. "Kantor partai ini menjadi bukti bagaimana kami dihancurkan oleh kekuatan otoriter Orde Baru dan kami tetap bangkit karena kesatupaduan dengan rakyat. Jadi, ketika ada cara-cara membelah PDI dengan cara politik uang seperti itu, itu menunjukkan ada yang panik melihat soliditas PDI Perjuangan," ujar Hasto.
Hasto mengatakan praktik-praktik demikian ditemukan saat masa kampanye pemilihan umum presiden. Hasto menanggapi adanya insiden kader PDIP yang berpura-pura melepaskan jaket partainya untuk mendukung paslon lain di beberapa daerah, dan menurutnya hal itu karena mereka telah dibayar pihak lain. "Itu cara-cara kampanye yang sangat kotor dan tidak berkeadaban," ujar Hasto.
Menurutnya, Ganjar dan Mahfud tidak menggunakan cara-cara politik uang untuk memenangkan Pilpres, melainkan dengan mengedepankan kerja-kerja konkret, berpihak pada wong cilik. “Kita kedepankan kerja-kerja konkret untuk wong cilik,” ujar Hasto.
Sementara untuk peringati Hari Ibu 22 Desember, DPP PDIP bersama organ sukarelawan Kawan Ganjar-Mahfud 98 mengajak para perempuan untuk bersatu melawan praktik Orde Baru.
Dalam talk show dengan tema "Perempuan Jaga Demokrasi: Ibu (Kembali) Bersuara Tegakkan Demokrasi" di Kantor DPP PDIP Jakarta, Jumat, Ketua DPP Bidang Kesehatan, Perempuan, dan Anak PDIP Sri Rahayu mengatakan belakangan ini, rakyat Indonesia kembali dipertontonkan laku kehidupan seperti di masa Orde Baru. Dia mengingatkan perempuan harus bersatu agar praktik tersebut tidak terulang kembali.
"Perempuan adalah tiang negara. Ketika perempuan itu tidak baik maka negara juga tidak baik. Jika perempuan baik maka baiklah NKRI ini. Artinya perempuan punya peranan yang sangat penting," kata Sri.
Anggota Komisi IX DPR RI ini juga menyampaikan besar harga yang dibayar bagi perempuan apabila gaya pemerintahan Indonesia kembali layaknya Orde Baru. Sri Rahayu menginginkan perempuan harus bersatu padu melawan pihak-pihak yang melawan segala cara untuk kekuasaan, apalagi mengkhianati cita-cita Reformasi.
Dia mengajak perempuan harus kembali ke jalan untuk mengabarkan keadaan, membakar semangat perlawanan, untuk keadilan."Zaman Orde Baru perempuan mulai peranannya turun. Perannya dibuat seolah-olah ranah-nya di domestik. Kehidupannya banyak di rumah," jelas dia.
Setelah Orde Baru tumbang dan beralih ke era Reformasi, perempuan mulai bangkit kembali meski banyak kendala dalam perjuangannya. Menurutnya, perempuan menjadi takut dalam politik, tidak kembali sekuat sebelumnya.
"Oleh karena itu, kami ingin membangkitkan kembali semangat dari perempuan yang akan menghadapi situasi politik baik dalam legislatif maupun presiden dan wapres. Betapa pentingnya peranan ibu-ibu Indonesia ini," ujar Sri Rahayu.n ant
1
Komentar