Dikerjakan 3 Bulan, Gunakan 400 Kelapa, 460 Jagung, dan 40 Kg Padi
Pohon Natal Berbahan Hasil Bumi di Rumah Khalwat Dalung, Kuta Utara, Badung
Seorang karyawan Rumah Khalwat yang beragama Hindu, Nyoman Suarma, mengerjakan pohon Natal berbahan palawija setinggi 7 meter dan berdiameter 3 meter, seorang diri.
MANGUPURA, NusaBali
Pohon Natal tak mesti berbahan pohon cemara. Justru ada banyak ide dan kreasi yang bisa dituangkan dalam menghias dan atau membuat pohon Natal. Seperti Rumah Khalwat Tegal Jaya Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, yang pada tahun 2023 ini membuat pohon Natal berbahan hasil bumi berupa palawija.
NusaBali mengunjungi Rumah Khalwat Tegal Jaya, yakni tempat untuk retret atau pembinaan di bidang rohani yang beralamat di Jalan Kubu Gunung No 888 Tegal Jaya, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung, pada Sabtu (23/12) siang. Dari pintu masuk hingga ke dalam areal Rumah Khalwat, bangunan dan ornamen Bali sangat kental terasa. Di areal tengah rumah, terlihat satu pohon Natal yang menjulang setinggi 7 meter dan berdiameter 3 meter. Jika dihitung dengan ornamen bintang di pucuk pohon Natal, tingginya menjadi 8 meter. Selain itu dihiasi juga dengan pernak pernik pohon Natal seperti lampu warna warni.
Uniknya, bahan-bahan yang digunakan untuk menghias pohon Natal memakai hasil bumi (palawija) seperti padi, jagung, alang-alang, hingga ratusan butir kelapa. Pengerjaannya detail, rapat, dan menampilkan kesan indah dipandang. Menariknya, pembuatan pohon Natal berbahan hasil bumi ini dipercayakan kepada seorang karyawan Rumah Khalwat Tegal Jaya yang beragama Hindu, Nyoman Suarma, 53.
Pohon Natal tak mesti berbahan pohon cemara. Justru ada banyak ide dan kreasi yang bisa dituangkan dalam menghias dan atau membuat pohon Natal. Seperti Rumah Khalwat Tegal Jaya Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, yang pada tahun 2023 ini membuat pohon Natal berbahan hasil bumi berupa palawija.
NusaBali mengunjungi Rumah Khalwat Tegal Jaya, yakni tempat untuk retret atau pembinaan di bidang rohani yang beralamat di Jalan Kubu Gunung No 888 Tegal Jaya, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung, pada Sabtu (23/12) siang. Dari pintu masuk hingga ke dalam areal Rumah Khalwat, bangunan dan ornamen Bali sangat kental terasa. Di areal tengah rumah, terlihat satu pohon Natal yang menjulang setinggi 7 meter dan berdiameter 3 meter. Jika dihitung dengan ornamen bintang di pucuk pohon Natal, tingginya menjadi 8 meter. Selain itu dihiasi juga dengan pernak pernik pohon Natal seperti lampu warna warni.
Uniknya, bahan-bahan yang digunakan untuk menghias pohon Natal memakai hasil bumi (palawija) seperti padi, jagung, alang-alang, hingga ratusan butir kelapa. Pengerjaannya detail, rapat, dan menampilkan kesan indah dipandang. Menariknya, pembuatan pohon Natal berbahan hasil bumi ini dipercayakan kepada seorang karyawan Rumah Khalwat Tegal Jaya yang beragama Hindu, Nyoman Suarma, 53.
Foto: Kreator pohon Natal dari hasil bumi, Nyoman Suarma. -AGUNG INDI
Ditemui saat sedang bertugas, Suarma mengungkapkan bahwa setiap tahun di Rumah Khalwat Tegal Jaya membuat pohon Natal dengan tema yang berbeda-beda. Untuk tahun ini, ide menggunakan palawija berawal dari usulan pendiri sekaligus penanggung jawab Rumah Khalwat Tegal Jaya, Romo Willy Malim Batuah CDD.
“Romo Willy yang menganjurkan tahun ini harus pakai palawija, hasil bumi. Sebelum-sebelumnya kami juga buat berbeda, seperti pakai bunga, tanaman hias, hingga sepatu bekas. Jadi biar pohon Natal tidak monoton itu-itu saja,” ucap Suarma.
Suarma mengerjakan pohon Natal tersebut seorang diri. Dirinya mengaku diberikan kebebasan untuk berkreasi dan menuangkan idenya. Makanya, pengerjaan pohon Natal ini memakan waktu sampai tiga bulan. “Saya mulai kerjakan dari Oktober 2023 sampai finishnya di 22 Desember 2023. Mengerjakannya sendiri karena saya diberikan berkreasi dan idenya, semuanya. Kadang-kadang anak ikut bantu ketika libur sekolah,” tuturnya.
Pria asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar, ini menambahkan, jika dilihat sepintas, pohon Natal dari palawija ini mirip Honai, rumah khas Papua. Melalui pohon Natal ini, Suarma juga ingin mengenang saudara dari Papua yang sempat belajar dan tinggal di Rumah Khalwat Tegal Jaya Dalung. “Dulu kita punya saudara dari Papua, sekitar 80 orang belajar di sini. Sekilas, pohon Natal ini kan mirip Honai, rumah Papua. Kita mengenang mereka (warga Papua) yang pernah berada di sini,” katanya.
Ditemui saat sedang bertugas, Suarma mengungkapkan bahwa setiap tahun di Rumah Khalwat Tegal Jaya membuat pohon Natal dengan tema yang berbeda-beda. Untuk tahun ini, ide menggunakan palawija berawal dari usulan pendiri sekaligus penanggung jawab Rumah Khalwat Tegal Jaya, Romo Willy Malim Batuah CDD.
“Romo Willy yang menganjurkan tahun ini harus pakai palawija, hasil bumi. Sebelum-sebelumnya kami juga buat berbeda, seperti pakai bunga, tanaman hias, hingga sepatu bekas. Jadi biar pohon Natal tidak monoton itu-itu saja,” ucap Suarma.
Suarma mengerjakan pohon Natal tersebut seorang diri. Dirinya mengaku diberikan kebebasan untuk berkreasi dan menuangkan idenya. Makanya, pengerjaan pohon Natal ini memakan waktu sampai tiga bulan. “Saya mulai kerjakan dari Oktober 2023 sampai finishnya di 22 Desember 2023. Mengerjakannya sendiri karena saya diberikan berkreasi dan idenya, semuanya. Kadang-kadang anak ikut bantu ketika libur sekolah,” tuturnya.
Pria asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar, ini menambahkan, jika dilihat sepintas, pohon Natal dari palawija ini mirip Honai, rumah khas Papua. Melalui pohon Natal ini, Suarma juga ingin mengenang saudara dari Papua yang sempat belajar dan tinggal di Rumah Khalwat Tegal Jaya Dalung. “Dulu kita punya saudara dari Papua, sekitar 80 orang belajar di sini. Sekilas, pohon Natal ini kan mirip Honai, rumah Papua. Kita mengenang mereka (warga Papua) yang pernah berada di sini,” katanya.
Dikatakan, untuk membuat pohon Natal berbahan hasil bumi tersebut memerlukan lebih dari 400 butir kelapa, 460 bonggol jagung, 71 lembar alang-alang, dan 40 kilogram padi. Suarma mengaku, total anggaran yang dihabiskan sekitar Rp 11 juta, termasuk dengan lampu LED, lampu warna warni, dan pernak pernik lainnya. Pembelian bahan-bahan hasil bumi itu pun dari berbagai daerah di Bali.
“Hasil bumi kita pesan dari berbagai daerah. Pesan padinya (padi beras merah dan ketan) dari Manukaya, Tampaksiring. Jagungnya kita pesan dari Bongkasa, kelapanya kita ambil di Gianyar ada tiga jenis, kelapa Bali, Bojonegoro, dan kecil. Sedangkan alang-alang khusus pesan dari Sibang,” terang pria yang sudah puluhan tahun bekerja di Rumah Khalwat Tegal Jaya.
Diakui, yang menjadi tantangan saat pengerjaan adalah faktor keamanan saat menaiki tangga. Diperlukan konsentrasi tinggi agar pengerjaan berjalan lancar. Selain itu, diperlukan juga konsentrasi dalam menyocokkan letak butiran kelapa untuk menghindari terjadinya lubang di antara barisan kelapa. “Masang kelapa harus menyocokkan bagian pantatnya agar pas. Jadi tidak sembarangan. Agar susunan kelapa jadi rapi, rapat, dan minim bolong-bolong,” kata Suarma sembari menyebut tahun depan ancer-ancer pohon Natal menggunakan daun lontar.
Suarma menyebut, pohon Natal ini akan dipasang hingga Januari 2024. Setelah rangkaian Natal selesai, pohon Natal tersebut akan dibongkar dan hasil bumi itu akan dijual kembali. Dia mengaku sudah ada yang memesan buah kelapa yang nantinya akan diolah menjadi kopra. 7 ind
Komentar