Terdapat Warisan Telaga yang Diyakini Tenget, Tetap Dipertahankan
Sisi Lain Kantor Lama KPU Badung yang Kini Disulap Jadi ‘Gedung Kembar’ Graha Pemilu
Kini kondisi telaga juga ikut dipugar, lokasinya dilengkapi tembok panyengker dengan patung hitam berwujud Ratu Niang Sakti duduk di tengah telaga
DENPASAR, NusaBali
Lahan gedung lama KPU Kabupaten Badung di Jalan Kebo Iwa Utara Nomor 39, Banjar Umaklungkung, Desa Padangsambian Kaja, Denpasar telah dibangun gedung kembar KPU-Bawaslu. Namun, ada satu telaga di tepi barat areal gedung ini yang tidak dihilangkan.
Telaga berbentuk trapesium itu merupakan warisan gedung arsip. Gedung arsip merupakan fungsi gedung lama yang ditempati KPU Badung sebelum dipinjampakaikan oleh Pemkab Badung pada tahun 2015 silam. Dan, kini dibangun gedung kembar KPU-Bawaslu bernama Graha Pemilu Alaya Giri Nata.
Mantan Ketua KPU Badung periode 2018-2023, I Wayan 'Kayun' Semara Cipta mengatakan areal tepi barat Graha Pemilu ini memang tenget (angker). Sebab, bersinggungan dengan pelaba Pura Beji dari Pura Dalem Labak Bata, Banjar Umaklungkung, Desa Adat Kerobokan, Desa Padangsambian Kaja, Denpasar. Pura Beji ini tepat berada di tepi barat areal Graha Pemilu yang dibatasi aliran sungai. Kata warga sekitar Ketut Arta, 49, pada hari Pujawali di Pura Labak Bata, pratima duwe pura akan masucian ke Pura Beji di sisi barat Graha Pemilu.
"Telaga ini memang dipertahankan karena kontraktor sendiri juga tidak berani membongkar setelah konsultasi dengan pamangku. Selain itu, ini juga wilayah laba Pura Beji," ujar Kayun ketika dijumpai usai pamlaspasan gedung Graha Pemilu pada Buda Paing Landep, Rabu (27/12).
Namun, Kayun tidak bisa menjelaskan mengapa telaga yang sebenarnya dibuat untuk areal gedung dapat menjadi tenget. Hal ini pun dibuktikan dengan peristiwa yang terjadi pada malam tahun 2019 silam, beberapa bulan pasca Kayun dilantik jadi Anggota KPU Badung periode kedua. Kala itu, kata Kayun, ada sekelompok pemuda mengambil ikan dari telaga dan dipanggang untuk pesta tahun baru. Setelah itu, mereka bermain voli di lapangan yang ada di dalam areal gedung kala itu. Kejadian tidak terduga terjadi, sekelompok pemuda ini ada yang patah tulang dan telinga sobek tersangkut net.
Versi lain diceritakan Arta sebagai warga setempat yang juga tukang las dan bubut besi di utara Pura Beji. Ia membenarkan, memang sempat ada peristiwa yang dijelaskan Kayun. Namun, tutur Arta, sekelompok pemuda itu tidak hanya memanggang ikan yang diambil dari telaga tetapi juga menguras air telaganya.
"Telaga itu dikuras airnya oleh seorang pemuda dan akhirnya yang menguras itu bermasalah. Makanya telaga itu dipercayai tenget dan tidak boleh diurug. Kalau saya sendiri biasanya mencari ikan di sana dulu, tidak apa-apa," ungkap Arta ketika dijumpai pada Rabu siang.
Pasca peristiwa itu, Kayun yang kini jadi Anggota Bawaslu Kabupaten Badung ini menuturkan sempat digelar upacara Guru Piduka untuk memohon pengampunan atas kesalahan yang dibuat sekelompok pemuda itu. "Kata pamangkunya, sebenarnya telaga ini bisa di-pralina, tapi kontraktor sendiri berkonsultasi ke yang lain dan sempat ngajak orang ke sini, mungkin cari perbandingan. Akhirnya diputuskan dipertahankan," beber Kayun.
Saat upacara pamlaspasan Graha Pemilu pada Purnama Kapitu, Buda Paing Landep, Rabu pagi, telaga itu terlihat sudah dipugar dengan mempertahankan ukuran dan bentuk aslinya. Telaga dilengkapi tembok panyengker dengan patung hitam berwujud Ratu Niang Sakti duduk di tengah telaga yang turut di-pelaspas. Terdapat pula sepasang patung macan di pintu masuk telaga dan jembatan penghubung antara bibir kolam dengan palinggih Ratu Niang Sakti itu. Telaga ini pun diisi ikan hias baru dan ditebar oleh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Badung.
Tepat di belakang telaga ini adalah Pura Beji dari Pura Dalem Labak Bata. Di antara Pura Beji dan telaga di tepi barat Graha Pemilu, melintas sungai kecil yang dipercayai bersumber dari kalebutan (mata air). 7 ol1
Lahan gedung lama KPU Kabupaten Badung di Jalan Kebo Iwa Utara Nomor 39, Banjar Umaklungkung, Desa Padangsambian Kaja, Denpasar telah dibangun gedung kembar KPU-Bawaslu. Namun, ada satu telaga di tepi barat areal gedung ini yang tidak dihilangkan.
Telaga berbentuk trapesium itu merupakan warisan gedung arsip. Gedung arsip merupakan fungsi gedung lama yang ditempati KPU Badung sebelum dipinjampakaikan oleh Pemkab Badung pada tahun 2015 silam. Dan, kini dibangun gedung kembar KPU-Bawaslu bernama Graha Pemilu Alaya Giri Nata.
Mantan Ketua KPU Badung periode 2018-2023, I Wayan 'Kayun' Semara Cipta mengatakan areal tepi barat Graha Pemilu ini memang tenget (angker). Sebab, bersinggungan dengan pelaba Pura Beji dari Pura Dalem Labak Bata, Banjar Umaklungkung, Desa Adat Kerobokan, Desa Padangsambian Kaja, Denpasar. Pura Beji ini tepat berada di tepi barat areal Graha Pemilu yang dibatasi aliran sungai. Kata warga sekitar Ketut Arta, 49, pada hari Pujawali di Pura Labak Bata, pratima duwe pura akan masucian ke Pura Beji di sisi barat Graha Pemilu.
"Telaga ini memang dipertahankan karena kontraktor sendiri juga tidak berani membongkar setelah konsultasi dengan pamangku. Selain itu, ini juga wilayah laba Pura Beji," ujar Kayun ketika dijumpai usai pamlaspasan gedung Graha Pemilu pada Buda Paing Landep, Rabu (27/12).
Namun, Kayun tidak bisa menjelaskan mengapa telaga yang sebenarnya dibuat untuk areal gedung dapat menjadi tenget. Hal ini pun dibuktikan dengan peristiwa yang terjadi pada malam tahun 2019 silam, beberapa bulan pasca Kayun dilantik jadi Anggota KPU Badung periode kedua. Kala itu, kata Kayun, ada sekelompok pemuda mengambil ikan dari telaga dan dipanggang untuk pesta tahun baru. Setelah itu, mereka bermain voli di lapangan yang ada di dalam areal gedung kala itu. Kejadian tidak terduga terjadi, sekelompok pemuda ini ada yang patah tulang dan telinga sobek tersangkut net.
Versi lain diceritakan Arta sebagai warga setempat yang juga tukang las dan bubut besi di utara Pura Beji. Ia membenarkan, memang sempat ada peristiwa yang dijelaskan Kayun. Namun, tutur Arta, sekelompok pemuda itu tidak hanya memanggang ikan yang diambil dari telaga tetapi juga menguras air telaganya.
"Telaga itu dikuras airnya oleh seorang pemuda dan akhirnya yang menguras itu bermasalah. Makanya telaga itu dipercayai tenget dan tidak boleh diurug. Kalau saya sendiri biasanya mencari ikan di sana dulu, tidak apa-apa," ungkap Arta ketika dijumpai pada Rabu siang.
Pasca peristiwa itu, Kayun yang kini jadi Anggota Bawaslu Kabupaten Badung ini menuturkan sempat digelar upacara Guru Piduka untuk memohon pengampunan atas kesalahan yang dibuat sekelompok pemuda itu. "Kata pamangkunya, sebenarnya telaga ini bisa di-pralina, tapi kontraktor sendiri berkonsultasi ke yang lain dan sempat ngajak orang ke sini, mungkin cari perbandingan. Akhirnya diputuskan dipertahankan," beber Kayun.
Saat upacara pamlaspasan Graha Pemilu pada Purnama Kapitu, Buda Paing Landep, Rabu pagi, telaga itu terlihat sudah dipugar dengan mempertahankan ukuran dan bentuk aslinya. Telaga dilengkapi tembok panyengker dengan patung hitam berwujud Ratu Niang Sakti duduk di tengah telaga yang turut di-pelaspas. Terdapat pula sepasang patung macan di pintu masuk telaga dan jembatan penghubung antara bibir kolam dengan palinggih Ratu Niang Sakti itu. Telaga ini pun diisi ikan hias baru dan ditebar oleh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Badung.
Tepat di belakang telaga ini adalah Pura Beji dari Pura Dalem Labak Bata. Di antara Pura Beji dan telaga di tepi barat Graha Pemilu, melintas sungai kecil yang dipercayai bersumber dari kalebutan (mata air). 7 ol1
1
Komentar