Inflasi di Bali Berada dalam Target Sasaran
DENPASAR, NusaBali - Inflasi di Bali selama rentang waktu tahun 2023 sebesar 2,27 persen. Hal tersebut menyusul perhitungan gabungan inflasi dari dua kota yakni Denpasar dan Singaraja, sebesar 0,48 persen.
Dari situ secara keseluruhan inflasi di Bali tercatat 2,27 persen. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja menyatakan inflasi di Bali berada dalam target sarasan yakni 3 plus minus 1 persen.
Mengacu pada Badan Pusat Statistik (BPS), untuk bulan Desember 2023, penyumbang inflasi bersumber dari kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, emas perhiasan, canang sari dan cabai rawit,” jelas Erwin Soeriadimadja.
Kenaikan harga komoditas cabai terutama disebabkan penurunan pasokan seiring dengan berakhirnya musim panen raya. Kemudian, kenaikan tarif angkutan udara terjadi seiring dengan peningkatan permintaan selama periode libur panjang Natal dan Tahun Baru 2024.
“Sementara itu, kenaikan harga emas perhiasan didorong kenaikan harga emas di pasar internasional dan kenaikan harga canang sari disebabkan peningkatan permintaan dalam rangka penyelenggaraan beberapa upacara keagamaan”.
Di sisi lain, komoditas penyumbang deflasi adalah ikan tongkol segar dan diawetkan, dan aneka buah (mangga, papaya, jeruk) seiring dengan peningkatan pasokan.
Erwin Soeriadimadja mengingatkan pada Januari 2024, risiko yang perlu diwaspadai antara lain dampak kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 10% mulai Januari 2024.
Kenaikkan tarif cukai tersebut berpengaruh terhadap peningkatan harga rokok. Dan potensi masih berlanjutnya kenaikan harga hortikultura (cabai, bawang merah) seiring dengan berakhirnya musim panen.
Di sisi lain, penurunan harga BBM non subsidi per 1 Januari 2024 rata-rata sebesar -5,60% dan potensi penurunan tarif angkutan udara pasca tingginya permintaan pada libur Natal dan Tahun Baru diprakirakan akan menjadi penyumbang deflasi pada Januari 2024. K17.
Komentar