Tumpukan Kayu Hasil dari ‘Off Road’
BANGLI, NusaBali - Tumpukan kayu berada di pinggir jalan di selatan Desa Demulih, Kecamatan Susut, Bangli, Minggu (7/1). Sepintas tak ada yang menarik dari potongan-potonaan kayu yang sudah dibelah memanjang itu. Tinggal diangkut menuju tujuan. Namun sejatinya, itu merupakan hasil dari kerja berat dan berisiko.
“Untuk sampai ke sini tiyang (saya) mengangkutnya dengan sepeda motor,” ujar Putu Mertayasa, warga asal Rendang, Karangasem, pemilik kayu tersebut.
Bukan dengan membonceng atau menarik, tetapi mengangkut dengan menempatkan potongan kayu pada bantalan palang besi yang dipasang melintang pada rangka depan dan belakang pada sisi kiri dan kanan motor.
“Namanya off road,” ucap Mertayasa.
Yang dia maksud, saat mengangkut dia mesti melewati medan berat; jalanan setapak di tegalan atau persawahan. Selain sempit, juga tanjakan dan turunan serta tidak jarang kubang-kubangan.
“Nggih memang berat. Namun tiyang sudah biasa,” ucapnya.
Hal itu karena mencari dan membeli kayu batangan merupakan pekerjaannya. “Ini akan diolah lagi jadi usuk dan potongan lebih kecil yang lain,” terangnya.
Mertayasa menunjuk potongan kayu hasil dari ‘ngajang’ (mengangkut), yang merupakan kayu lokal yakni kayu tajimas dan durian. Harga perpohon berbeda-beda, tergantung kondisi pohonnya, besar atau kecil dan ketinggiannya.
“Bisa beli Rp 4 juta, Rp 5 juta atau lebih.. tergantung ukuran pohonnya,” terang Mertayasa.
Menurutnya, kayu lokal banyak dicari sebagai kayu alternatif, dari kayu-kayu hasil industri kayu olahan. K17.
Komentar