Igat: Ganjar–Mahfud Konsen Pertahanan dan Keamanan
JAKARTA, NusaBali - Ketua Presidium Nasional Jaringan Kerja Akar Rumput Bersama Ganjar (Jangkar Baja) I Ketut Guna Artha yang biasa disapa Igat, mengatakan pertahanan negara di era modern ini memerlukan puluhan ribu tenaga ahli di bidang keamanan siber untuk menghadapi serangan siber internasional yang identik dengan aksi terorisme yang bersifat destruktif, baik menghancurkan sistem keuangan, sistem pertahanan keamanan maupun aksi ledakan bom.
Oleh karena itu, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD konsen pula terhadap pertahanan dan keamanan negara. Hal tersebut bisa dilihat dari komitmen mereka dalam meningkatkan kualitas personel maupun alat utama sistem pertahanan.
“Pasangan Ganjar-Mahfud berkomitmen untuk meningkatkan kualitas personel (SDM) maupun memodernisasi alat utama sistem pertahanan. Termasuk meningkatkan kualitas industri pertahanan dalam negeri,” ucap Igat, Minggu (7/1).
Melalui PT Pindad, kata Igat, Indonesia telah mampu memproduksi senapan serbu (SS) standar NATO, panser Anoa dan Badak setara kendaraan lapis baja produksi FNSS (Turki), General Dynamic Land System (Kanada), dan Hyundai Rotem (Korea Selatan).
Melalui PT PAL, Indonesia telah berhasil bekerja sama membuat kapal selam yakni KRI Nagapasa-403, KRI Ardadeli-404, dan KRI Alugoro-405 dengan Korea Selatan lewat perusahaan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) di era menteri pertahanan Ryamizard Ryacudu.
“Di samping berjaya di laut, pasangan Ganjar-Mahfud juga berkomitmen dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia, akan terus melanjutkan upaya kerja sama untuk pengembangan pesawat tempur. Misalnya, dengan KFX/IFX Korea Selatan, bukan lagi membeli pesawat-pesawat bekas,” kata pria yang juga menjadi salah satu jubir Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud.
Dalam mengantisipasi gangguan kriminal bersenjata dan aksi terorisme, lanjut Igat, Ganjar-Mahfud berkomitmen menjadikan Polri semakin profesional. Lantaran aksi terorisme bukan lagi dipicu oleh kemiskinan, ketidakadilan, namun juga kelompok terdidik yang telah terdoktrin oleh pemahaman agama yang ekstrem.
“Bahwa sesungguhnya tak satupun nilai-nilai agama yang membenarkan aksi terorisme. Karena terorisme adalah musuh kemanusiaan. Tokoh-tokoh agama memiliki kewajiban memberikan kesadaran permanen kepada masyarakat Indonesia tentang hak kebebasan beragama dan berkepercayaan sebagai hak asasi manusia yang tidak boleh dikurangi sedikit pun,” kata Igat.
Selain konsen terhadap pertahanan dan keamanan, lanjut Igat, Ganjar-Mahfud juga perhatian terhadap hubungan internasional dan geopolitik. Lantaran peristiwa yang terjadi di luar negeri, baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak di dalam negeri secara politik maupun ekonomi.
“Ganjar-Mahfud berkomitmen meningkatkan diplomasi yang lebih progresif dalam mencari solusi atas konflik kepentingan politik yang terjadi di berbagai tempat seperti Yaman, Suriah, Irak, Afganistan, dan lainnya secara bebas aktif dan proporsional. Sehingga isu Palestina tidak menjadi ‘komoditas politik’ di Indonesia,” ujar mantan Sekjen DPN Peradah Indonesia ini.
Bagi Igat, hubungan internasional bukan semata-semata peran serta Indonesia dalam menciptakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi. Namun juga kerja sama ekonomi, perdagangan, investasi, teknologi, inovasi, serta budaya. “Kami meyakini, pasangan Ganjar-Mahfud mampu membangun kepercayaan luar negeri menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis di kawasan Asia Pasifik,” kata Igat. 7 k22
Komentar