KKP Akui Kebijakan PIT Berbasis Kuota Belum Clear
Perikanan RI Kalah dari Thailand Cs
Sakti Wahyu Trenggono
Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP)
penangkapan ikan terukur (PIT)
KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan)
JAKARTA, NusaBali - Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia masih kalah dari sejumlah negara di ASEAN. Dia berharap, sektor kelautan dan perikanan RI ke depan bisa dikelola dan tertata rapi.
Di sisi lain, dia mengakui kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota masih belum betul-betul clear diterima oleh para pelaku penangkap ikan, sehingga masih ada disinformasi.
"Memang jujur saya akui bahwa program sosialisasi yang kita sampaikan belum betul-betul clear ya, sehingga masih ada disinformasi. Sebetulnya ini yang menjadi target kami di 2024 untuk kemudian memberikan penjelasan," kata Trenggono dalam Squawk Box CNBC Indonesia, Senin (8/1).
Trenggono meyakini apabila aturan mengenai PIT berbasis kuota yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2023 dijalankan dan dipahami dengan baik, maka kelautan dan perikanan Indonesia akan menjadi satu industri yang tertata rapi.
"Jadi tidak melulu pengusaha itu bergerak di penangkapan, tetapi bagaimana mengoptimalkan para nelayan menjadi nelayan produktif, kemudian mereka masuknya di hilir, karena di sektor hilir sendiri kita belum baik ya," jelasnya dilansir CNBCIndonesia.com.
Lebih lanjut, Trenggono menyinggung industri sektor perikanan Indonesia yang nilai ekonomi atau valuasinya masih jauh di bawah US$ 1 miliar. Bahkan, ia menyebut industri sektor perikanan Indonesia masih kalah dengan Thailand, Filipina, dan Vietnam.
"Di kita belum ada tuh perusahaan-perusahaan yang selevel itu, bahkan seperti kayak.. enggak usah kita lihat ke Jepang atau Amerika Serikat (AS), dengan tetangga kita seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam saja kita sudah banyak kalah, karena cara penangkapan kita masih dengan cara penangkapan yang tradisional. Jadi artinya, alat tangkapnya yang tidak ramah lingkungan," ujarnya.
"Ke depan, KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) bisa membuat suatu modeling-modeling. Dengan modeling ini harapannya nanti ada investor-investor lokal yang kemudian mereka mulai berpikir 'yang sustain itu adalah seperti ini'. Seperti kayak misalnya ikan kakap, itu pasarnya besar sekali tapi belum ada yang melakukan budidaya secara serius di situ, yang ada adalah sporadis (tidak teratur)," pungkas Trenggono. 7
1
Komentar