Massal, 1.131 Mahasiswa Undiksha Menari Joged Bumbung
Catat Rekor MURI, Upaya Hapus Citra Negatif Joged
SINGARAJA, NusaBali - Sebanyak 1.131 mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja menarikan joged bumbung yang diberi nama ‘Joged Harmoni’, Rabu (10/1) sore di Lapangan Upacara Undiksha, Kota Singaraja. Tarian ini mencatatkan rekor ‘Menari Joged Harmoni oleh Penari Terbanyak’ dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI).
Tarian itu dibawakan sebagai rangkaian Dies Natalis ke-31 Undiksha. Piagam dari Muri diserahkan kepada pihak Rektorat Undiksha usai tarian ditampilkan. Adapun para penari mempersiapkan tarian tersebut selama sekitar 2,5 bulan sebelum pentas. Rektor Undiksha, Prof Dr I Wayan Lasmawan menyampaikan, tarian joged bumbung sejatinya merupakan lambang persahabatan, pergaulan yang mempererat hubungan antara manusia. Namun tarian itu telah mengalami pergeseran dan identik dengan hal tak senonoh. Pihaknya pun bermaksud menghapus citra negatif pada tarian itu.
“Selama ini kami melihat ada sesuatu yang kurang pas pada tari joged di masyarakat. Inilah yang melatarbelakangi kenapa kami ambil peran penyelamatan dan pengembalian tari joged pada marwah yang sebenarnya,” kata Prof Lasmawan ditemui usai kegiatan. “Itu sebagai tari persahabatan yang dilaksanakan dalam membangun sebuah keselarasan hidup. Ini sejalan dengan konsep Tri Hita Karana, bagaimana segala sesuatu yang kita pikirkan tentu mempertimbangkan keselarasan,” lanjut rektor asal Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Bangli, ini.
Dengan diberikannya penghargaan oleh Museum Rekor Dunia Indonesia, Prof Lasmawan berharap bisa mengembalikan citra tarian tradisional ini ke nilai dan norma sejatinya.
“Dengan pengakuan rekor dunia ini, tari joged selama ini kenal betul-betul ke marwah sesungguhnya,” lanjutnya. Sementara itu, Wakil Direktur Utama Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Osman Semesta Susilo menyebut tarian tersebut menyabet rekor dunia. “Ini adalah rekor dunia. Muri sudah bisa mengklaim rekor dunia karena tidak ada di belahan dunia manapun menari jogeg harmoni seperti hari ini,” katanya singkat. 7 mzk
“Selama ini kami melihat ada sesuatu yang kurang pas pada tari joged di masyarakat. Inilah yang melatarbelakangi kenapa kami ambil peran penyelamatan dan pengembalian tari joged pada marwah yang sebenarnya,” kata Prof Lasmawan ditemui usai kegiatan. “Itu sebagai tari persahabatan yang dilaksanakan dalam membangun sebuah keselarasan hidup. Ini sejalan dengan konsep Tri Hita Karana, bagaimana segala sesuatu yang kita pikirkan tentu mempertimbangkan keselarasan,” lanjut rektor asal Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Bangli, ini.
Dengan diberikannya penghargaan oleh Museum Rekor Dunia Indonesia, Prof Lasmawan berharap bisa mengembalikan citra tarian tradisional ini ke nilai dan norma sejatinya.
“Dengan pengakuan rekor dunia ini, tari joged selama ini kenal betul-betul ke marwah sesungguhnya,” lanjutnya. Sementara itu, Wakil Direktur Utama Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Osman Semesta Susilo menyebut tarian tersebut menyabet rekor dunia. “Ini adalah rekor dunia. Muri sudah bisa mengklaim rekor dunia karena tidak ada di belahan dunia manapun menari jogeg harmoni seperti hari ini,” katanya singkat. 7 mzk
Komentar