Program 1 Rumah 1 Jumantik Kendalikan Kasus DB di Buleleng
SINGARAJA, NusaBali - Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng sejak tiga tahun terakhir menggencarkan program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik). Program ini pun diklaim dapat mengendalikan kasus Demam Berdarah (DB) yang merupakan penyakit endemik di negara tropis.
Data Dinas Kesehatan Buleleng, sejak digencarkannya jumantik, ada penurunan drastis kasus DB yang memuncak pada tahun 2020 lalu dengan 3.502 kasus. Lalu pada tahun 2021 turun setengahnya menjadi 1.152 kasus, kemudian di tahun 2022 hanya 865 kasus dan sepanjang 2023 tercatat 829 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng I Gede Artamawan, mengatakan penurunan jumlah kasus DB tahun kemarin juga diikuti dengan tingkat mortalitas yang nihil. Hal ini pun membuat Dinas Kesehatan menyimpulkan penanganan kasus DB lebih efektif dilakukan langkah pencegahan dan kesadaran bersama masyarakat dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
“Gerakan satu rumah satu jumantik ini hendaknya satu keluarga punya satu jumantik untuk bertanggung jawab memantau jentik nyamuk di lingkungan mereka sendiri,” ucap Artamawan.
Selain di lingkungan masyarakat, relawan jumantik juga dibangun di perkantoran dan fasilitas umum milik pemerintah. Tugasnya sama memantau jentik nyamuk aedes aegypti di lingkungan sekitarnya. Jika dalam pemantauan ditemukan jentik nyamuk, diarahkan untuk berkoordinasi dengan koordinator pemegang wilayah.
Mereka juga akan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pendekatan 3M plus (Menguras, Menutup dan Mendaur Ulang sampah yang bisa dimanfaatkan kembali. Selain itu sebagai tambahan upaya pencegahan bisa memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan obat nyamuk, pemasangan kasa dan gotong royong memastikan lingkungan tetap bersih yang seharusnya rutin dilakukan setiap minggu.
Sementara itu untuk membentuk relawan jumantik di setiap keluarga, Dinas Kesehatan menggandeng Pemerintah Desa, Kelurahan dan Pemerintah Kecamatan dalam sosialisasi. “Kalau fogging itu sudah upaya terakhir. Karena yang mati hanya nyamuk dewasa, selain itu bahan kimia yang disemburkan bisa melekat di barang-barang rumah tangga, sehingga yang kami utamakan langkah pencegahan PSN,” papar dia.7 k23
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng I Gede Artamawan, mengatakan penurunan jumlah kasus DB tahun kemarin juga diikuti dengan tingkat mortalitas yang nihil. Hal ini pun membuat Dinas Kesehatan menyimpulkan penanganan kasus DB lebih efektif dilakukan langkah pencegahan dan kesadaran bersama masyarakat dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
“Gerakan satu rumah satu jumantik ini hendaknya satu keluarga punya satu jumantik untuk bertanggung jawab memantau jentik nyamuk di lingkungan mereka sendiri,” ucap Artamawan.
Selain di lingkungan masyarakat, relawan jumantik juga dibangun di perkantoran dan fasilitas umum milik pemerintah. Tugasnya sama memantau jentik nyamuk aedes aegypti di lingkungan sekitarnya. Jika dalam pemantauan ditemukan jentik nyamuk, diarahkan untuk berkoordinasi dengan koordinator pemegang wilayah.
Mereka juga akan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pendekatan 3M plus (Menguras, Menutup dan Mendaur Ulang sampah yang bisa dimanfaatkan kembali. Selain itu sebagai tambahan upaya pencegahan bisa memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan obat nyamuk, pemasangan kasa dan gotong royong memastikan lingkungan tetap bersih yang seharusnya rutin dilakukan setiap minggu.
Sementara itu untuk membentuk relawan jumantik di setiap keluarga, Dinas Kesehatan menggandeng Pemerintah Desa, Kelurahan dan Pemerintah Kecamatan dalam sosialisasi. “Kalau fogging itu sudah upaya terakhir. Karena yang mati hanya nyamuk dewasa, selain itu bahan kimia yang disemburkan bisa melekat di barang-barang rumah tangga, sehingga yang kami utamakan langkah pencegahan PSN,” papar dia.7 k23
1
Komentar