Angkat Filosofi Rwa Bhineda, Pahat Sosok Rangda dan Barong
Tim Pemahat Pecatu Raih Juara III di ‘The 26th Harbin International Snow Sculpture Competition di China’
Pada suhu mencapai minus 26-30 derajat celsius, tim seniman harus menjaga keseimbangan stamina tubuh selama proses pengerjaan yang dilakukan pagi hingga sore
MANGUPURA, NusaBali
Tim pemahat asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung mencatatkan namanya di kancah internasional melalui prestasi gemilang dalam ajang lomba memahat salju ‘The 26th Harbin International Snow Sculpture Competition’ di Harbin, China pada, Selasa (9/1) lalu.
Tim Indonesia I yang diwakili oleh Himpunan Seniman Pecatu, meraih Juara III dalam kompetisi prestisius tersebut. Tim ini terdiri dari seniman-seniman berbakat, seperti I Nyoman Sungada, I Wayan Mardina, Putu Andi Pebriana, dan I Putu Rian Adi Pranata. Sementara itu, Juara I diraih oleh tim dari China dan Juara II ditempati oleh tim dari Korea.
Namun, prestasi tidak hanya datang dari Tim Indonesia I. Tim Indonesia II, yang diwakili oleh Bali Talent Artist juga meraih penghargaan dengan memperoleh gelar Excellent Anggota tim ini termasuk I Ketut Suaryana, I Gede Arya Adnyana, I Gede Agustin Anggara Putra, dan Putu Gede Ananta Wijaya. Kompetisi yang melibatkan 30 negara dan 120 seniman pemahat ini memberikan pengakuan atas keahlian dan kreativitas yang luar biasa dari Tim Indonesia yang berhasil bersaing di tingkat internasional.
Tim pemahat asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung mencatatkan namanya di kancah internasional melalui prestasi gemilang dalam ajang lomba memahat salju ‘The 26th Harbin International Snow Sculpture Competition’ di Harbin, China pada, Selasa (9/1) lalu.
Tim Indonesia I yang diwakili oleh Himpunan Seniman Pecatu, meraih Juara III dalam kompetisi prestisius tersebut. Tim ini terdiri dari seniman-seniman berbakat, seperti I Nyoman Sungada, I Wayan Mardina, Putu Andi Pebriana, dan I Putu Rian Adi Pranata. Sementara itu, Juara I diraih oleh tim dari China dan Juara II ditempati oleh tim dari Korea.
Namun, prestasi tidak hanya datang dari Tim Indonesia I. Tim Indonesia II, yang diwakili oleh Bali Talent Artist juga meraih penghargaan dengan memperoleh gelar Excellent Anggota tim ini termasuk I Ketut Suaryana, I Gede Arya Adnyana, I Gede Agustin Anggara Putra, dan Putu Gede Ananta Wijaya. Kompetisi yang melibatkan 30 negara dan 120 seniman pemahat ini memberikan pengakuan atas keahlian dan kreativitas yang luar biasa dari Tim Indonesia yang berhasil bersaing di tingkat internasional.
Foto:Hasil karya patung salju dari Tim Indonesia I yang raih juara III. -IST
Ketua Tim Indonesia I, I Nyoman Sungada, menyampaikan bahwa ide kreatif mereka berasal dari pengalaman lomba sebelumnya dan konsultasi dengan presiden penyelenggara. Filosofi dan originalitas menjadi kunci kesuksesan dan timnya memilih mengangkat tema ‘Rwa Bhineda’ yang melambangkan dua sifat alam yang berbeda untuk mencapai keharmonisan. “Kita di Bali simbol Rwa Bhineda itu barong dan rangda. Karena kalau dilihat dari segi keunikan, kesulitan, artistiknya juga dapat. Nyambung juga dengan konsep di China ada Yin dan Yang. Sehingga menurut kami ide ini sangat cocok,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya di Jalan Temu Dewi No 6, Pecatu, Badung, Kamis (11/1) pagi. Diceritakan Sungada, pengerjaan patung salju mereka berlangsung selama tiga setengah hari pada 6-8 Januari 2024 dan hasilnya diumumkan pada 9 Januari 2024. Nyoman Sungada juga mengungkapkan kesulitan yang dihadapi, terutama terkait dengan suhu ekstrem di Harbin.
Dengan suhu mencapai minus 26-30 derajat celsius, seniman-seniman harus menjaga keseimbangan stamina tubuh selama proses pengerjaan yang dilakukan dari pagi hingga sore. “Saat di lokasi, anak-anak harus bekerja sesuai instruksi saya, karena salju sebagai media yang kami pakai medianya setinggi 4 meter dengan diameter 3x3 meter. Sebelum berangkat ke internasional, kami belajar di media miniatur yang kami buat. Karena medianya nanti sangat besar, beda dengan buat karya yang kecil,” beber Ketua Himpunan Seniman Pecatu ini.
Meski demikian, tanggapan dari wisatawan dan peserta lomba dikatakan sangat positif. Karya-karya yang memperkenalkan tradisi Bali berhasil mencuri perhatian dan mendapatkan pengakuan di tingkat internasional.
Nyoman Sungada, yang sudah mengikuti lomba ini untuk kedelapan kalinya, berharap bahwa prestasi ini dapat membuka akses lebih lanjut dan mendapatkan dukungan dari pemerintah. Ia berpendapat bahwa keikutsertaan dalam kompetisi ini sangat penting untuk mengenalkan seni internasional kepada generasi muda dan mendorong mereka untuk berinovasi di luar batas seni tradisional Bali.
“Harapan saya ke depan dengan adanya prestasi ini, mudah-mudahan akses ini bisa nyambung terus, pemerintah bisa ngeh atau bisa membiayai ini. Karena menurut saya ini sangat penting dan perlu bagi generasi muda agar tidak hanya berkutat di seni tradisional. Mereka juga harus keluar, dan melihat seni internasional yang sangat luas,” harapnya. 7 ol3
1
Komentar