Jembatan Bailey Buka Akses Lahan Terisolir
Milik Yon Zipur 18/YKR, Berbobot 70 Ton
SINGARAJA, NusaBali - Sejumlah panel dan gelagar baja bagian dari jembatan bailey tampak sudah berhasil dibentangkan di atas Sungai Banyumala, Banyuasri, Buleleng, Jumat (12/1) sore.
Sebagian panel didorong menggunakan alat berat dan dipersiapkan untuk mengisi bagian yang belum terrangkai. Di sisi lain puluhan prajurit TNI dari Batalyon Zeni Tempur (Yon Zipur) 18/Yudha Karya Raksaka Kodam IX/Udayana mengerahkan seluruh kemampuan dan keterampilan mereka merangkai jembatan serbaguna yang memiliki bobot 70 ton itu.
Jembatan bailey ini adalah salah satu alat tempur baru dari pusat. Batalyon Zeni Tempur 18/YKR Kodam IX/Udayana merupakan satu dari 3 satuan batalyon zipur di Indonesia yang mendapatkan bantuan ini. Pengadaannya untuk penyeberangan dan mobilisasi baik di masa perang maupun di masa tenang.
Pemanfaatan pertama jembatan bailey ini dipinjam oleh Kodim 1609/Buleleng untuk membantu membukakan akses Pemkab Buleleng menggarap lahan non produktif untuk ketahanan pangan dan pengendalian inflasi. Lahan milik Pemkab Buleleng yang sebelumnya merupakan hutan kota di wilayah Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini lokasinya terisolir. Tidak ada akses jalan sehingga lahan tidak bisa dimanfaatkan untuk hal yang produktif.
Lalu pada tahun 2023 lalu Pemkab Buleleng melakukan pembebasan lahan untuk akses jalan tepat di depan Pasar Banyuasri. Hanya saja lahan yang berada di seberang Sungai Banyumala itu tidak bisa dimanfaatkan karena belum ada jembatan. Hingga awal tahun 2024 baru dibukakan akses dibantu Kodim 1609/Buleleng dengan membangun jembatan bailey yang bersifat sementara.
Pembukaan akses jalan ini sudah dilakukan sejak 3 pekan yang lalu. Sebanyak 28 orang prajurit Batalyon Zipur 18, bersama personel Kodim 1609/Buleleng meratakan dan memasang jembatan bailey.
Bentangan jembatan memiliki panjang 33 meter, lebar 6,2 meter dan tinggi hampir 2 meter. “Jembatan acrow panel ini kami menggunakan 11 petak yang terdiri dari beberapa panel dan gelagar yang saling mengikat disambung jadi satu. Jembatan ini bisa dilalui oleh kendaraan 20 ton, jadi kalau ada truk bawa pupuk ke sini tidak masalah,” ucap Kapten CZi Odiliyan Timor ST Han selaku komandan teknis dari Yon Zipur 18/YKR.
Sementara itu Dandim 1609/Buleleng Letkol Kav Angga Nurdyana yang juga memantau perkembangan akses di lokasi mengatakan jembatan bailey ini akan dipinjam hingga bulan Mei 2024 mendatang. Meskipun baru setengah jalan, jembatan bailey yang sudah membentang di atas sungai sudah dapat menyeberangkan alat berat. Sehingga pengolahan lahan sudah mulai dikerjakan.
“Ini kan lahan pemda yang terbengkalai. Nah kita bantu bukakan akses jalan, sehingga bisa dimanfaatkan untuk ketahanan pangan cabai dan pengendalian inflasi daerah. Setelah lahan siap kami bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Pertanian untuk pengolahan lahan,” papar Letkol Kav Angga.
Di tempat yang sama, DLH sebagai pemilik aset lahan hutan kota, dari 1,9 hektare akan diolah 1 hektare terlebih dahulu. Selebihnya akan menyusul di tahap selanjutnya. Lahan satu hektare ini rencananya akan ditanami cabai rawit merah yang sering memicu inflasi. Lahan akan digarap oleh kelompok petugas kebersihan DLH Buleleng yang sudah biasa memelihara urban farming. “Kalau sekarang sudah ada aksesnya tidak hanya lahan pemerintah yang akan produktif. Tetapi lahan-lahan di belakang sana yang juga tidak mendapatkan akses juga akan terbantu. Tentu ke depannya ini pasti menjadi pemikiran pemkab juga untuk mengkaji pembangunan jembatan permanen lewat Dinas PUTR,” kata Kadis Lingkungan Hidup Buleleng, Gede Melandrat.
Dari progres pembukaan akses jalan dan pengolahan lahan, DLH bersama Dinas Pertanian dan Kodim 1609/Buleleng menargetkan lahan sudah siap ditanami akhir Januari ini. Selain untuk ketahanan pangan, lahan urban farming ini juga akan menjadi salah satu tempat edukasi. 7 k23
Jembatan bailey ini adalah salah satu alat tempur baru dari pusat. Batalyon Zeni Tempur 18/YKR Kodam IX/Udayana merupakan satu dari 3 satuan batalyon zipur di Indonesia yang mendapatkan bantuan ini. Pengadaannya untuk penyeberangan dan mobilisasi baik di masa perang maupun di masa tenang.
Pemanfaatan pertama jembatan bailey ini dipinjam oleh Kodim 1609/Buleleng untuk membantu membukakan akses Pemkab Buleleng menggarap lahan non produktif untuk ketahanan pangan dan pengendalian inflasi. Lahan milik Pemkab Buleleng yang sebelumnya merupakan hutan kota di wilayah Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini lokasinya terisolir. Tidak ada akses jalan sehingga lahan tidak bisa dimanfaatkan untuk hal yang produktif.
Lalu pada tahun 2023 lalu Pemkab Buleleng melakukan pembebasan lahan untuk akses jalan tepat di depan Pasar Banyuasri. Hanya saja lahan yang berada di seberang Sungai Banyumala itu tidak bisa dimanfaatkan karena belum ada jembatan. Hingga awal tahun 2024 baru dibukakan akses dibantu Kodim 1609/Buleleng dengan membangun jembatan bailey yang bersifat sementara.
Pembukaan akses jalan ini sudah dilakukan sejak 3 pekan yang lalu. Sebanyak 28 orang prajurit Batalyon Zipur 18, bersama personel Kodim 1609/Buleleng meratakan dan memasang jembatan bailey.
Bentangan jembatan memiliki panjang 33 meter, lebar 6,2 meter dan tinggi hampir 2 meter. “Jembatan acrow panel ini kami menggunakan 11 petak yang terdiri dari beberapa panel dan gelagar yang saling mengikat disambung jadi satu. Jembatan ini bisa dilalui oleh kendaraan 20 ton, jadi kalau ada truk bawa pupuk ke sini tidak masalah,” ucap Kapten CZi Odiliyan Timor ST Han selaku komandan teknis dari Yon Zipur 18/YKR.
Sementara itu Dandim 1609/Buleleng Letkol Kav Angga Nurdyana yang juga memantau perkembangan akses di lokasi mengatakan jembatan bailey ini akan dipinjam hingga bulan Mei 2024 mendatang. Meskipun baru setengah jalan, jembatan bailey yang sudah membentang di atas sungai sudah dapat menyeberangkan alat berat. Sehingga pengolahan lahan sudah mulai dikerjakan.
“Ini kan lahan pemda yang terbengkalai. Nah kita bantu bukakan akses jalan, sehingga bisa dimanfaatkan untuk ketahanan pangan cabai dan pengendalian inflasi daerah. Setelah lahan siap kami bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Pertanian untuk pengolahan lahan,” papar Letkol Kav Angga.
Di tempat yang sama, DLH sebagai pemilik aset lahan hutan kota, dari 1,9 hektare akan diolah 1 hektare terlebih dahulu. Selebihnya akan menyusul di tahap selanjutnya. Lahan satu hektare ini rencananya akan ditanami cabai rawit merah yang sering memicu inflasi. Lahan akan digarap oleh kelompok petugas kebersihan DLH Buleleng yang sudah biasa memelihara urban farming. “Kalau sekarang sudah ada aksesnya tidak hanya lahan pemerintah yang akan produktif. Tetapi lahan-lahan di belakang sana yang juga tidak mendapatkan akses juga akan terbantu. Tentu ke depannya ini pasti menjadi pemikiran pemkab juga untuk mengkaji pembangunan jembatan permanen lewat Dinas PUTR,” kata Kadis Lingkungan Hidup Buleleng, Gede Melandrat.
Dari progres pembukaan akses jalan dan pengolahan lahan, DLH bersama Dinas Pertanian dan Kodim 1609/Buleleng menargetkan lahan sudah siap ditanami akhir Januari ini. Selain untuk ketahanan pangan, lahan urban farming ini juga akan menjadi salah satu tempat edukasi. 7 k23
Komentar