Peternak Ayam Terancam Bangkrut
Harga Jagung Makin Melonjak
Dinas Koperasi UKM dan Perindag belum sampai menggelar operasi pasar. Sebab, jagung bukan kebutuhan pokok. (Kadis Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Karangasem I Gede Loka Santika)
AMLAPURA, NusaBali
Harga jagung terus melonjak bahkan naik tajam. Kini mencapai Rp 8.600 per kilogram, dari harga normal Rp 5.000 per kilogram. Selain mahal, komoditas ini juga masih langka di pasaran. Jika tiga atau empat bulan ke depan harga jagung terus naik, peternak ayam petelur terancam bangkrut.
Peternak ayam petelur I Nyoman Sumadi menuturkan hal itu di Banjar Kanginan, Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Jumat (12/1).
"Harga jagung terus mengalami kenaikan sejak dua bulan terakhir, per kilogram mendekati harga beras," jelas pemelihara 20.000 ekor ayam ini.
Kata dia, dengan naiknya harga pakan ayam, katanya, tidak mungkin mampu menyesuaikan harga telur. Sesuai hitung-hitungan normal, agar mendapatkan rasio FCR (feed conversion ratio) harga telur per kilogram, identik dengan harga pakan kali tiga, sama dengan FCR.
Kali ini, katanya, harga pakan per Rp 7.900 per kilogram kali tiga menghasilkan Rp 27.000. Mestinya harga telur per kilogram Rp 27.000 setelah harga pakan semuanya naik. Kenyataannya harga telur di pasaran hanya Rp 22.000.
"Saya tidak mungkin menaikkan harga telur. Makanya, tiga atau empat bulan lagi kalau kondisinya tetap begini, peternak ayam petelur akan bangkrut," tambah Sumadi.
Banyak peternak ayam petelur, katanya, memberikan pakan ternaknya sekali dalam sehari, karena mulai tidak kuat dengan mahalnya harga pakan. "Selain jagung mahal, barangnya tidak ada," lanjut Sumadi.
Di bagian lain, Kadis Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Karangasem, I Gede Loka Santika mengatakan produksi jagung belakangan ini memang rendah, sedangkan permintaan tetap naik. "Selama tiga bulan terakhir memang harga jagung naik, berimbas ke harga telur," kata Loka.
Walaupun harga jagung terus naik, jelasnya, Dinas Koperasi UKM dan Perindag belum sampai menggelar operasi pasar. Sebab, jagung bukan kebutuhan pokok. "Lebih lanjut tanyakan saja ke Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan," pintanya.
Kadis Pertanian Pangan dan Perikanan I Nyoman Siki Ngurah mengakui, jagung belakangan langka karena belum waktunya produksi. "Kan baru memulai tanam jagung seluas 25 hektare di Desa Seraya, Kecamatan Karangasem dan 900 hektare di Kecamatan Kubu," kata Siki Ngurah.
Untuk mengatasi lonjakan harga jagung, dia menyebut OPDnya tidak lagi membangun demplot jagung. Karena sebelumnya telah beberapa kali melakukan hal itu, sehingga tinggal melakukan perluasan tanam.
Produksi jagung di Karangasem selama ini, rata-rata per tahun dengan luas tanam 6.573 hektare, rata-rata hasilnya per hektare 16,29 ton, atau 10.705 ton per tahun.7k16
1
Komentar