Hasto Wakili Megawati Ucapkan Duka Cita
Kunjungi Korban yang Dianiaya Pendukung Capres-Cawapres Lain
Hasto memaparkan, mereka yang telah duduk sebagai pemimpin harus memperjuangkan kekuasaan itu untuk rakyat dan bukan untuk keluarga.
JAKARTA, NusaBali - Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengunjungi keluarga korban pemuda 22 tahun asal Sleman, D.I Yogyakarta, Muhandi Mawanto yang meninggal dunia setelah dianiaya sejumlah oknum pendukung capres cawapres lainnya di Simpang Tiga Maguwoharjo, pada Minggu (24/12) lalu
Hasto didampingi Ketua DPD PDIP D.I. Yogyakarta Nuryadi dan anggota DPR RI My Esti Wijayati mendatangi rumah korban di Jalan Kembang Nomor 67, RT03/RW61, Kecamatan Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (13/1).
Hasto menyalami dan menyampaikan duka kepada Mariyah dan Reni, yang merupakan ibu dan istri Muhandi. Hasto pun, meminta kronologis kejadian saat itu. Hasto mengatakan, setiap simpatisan, dan anggota partai mendukung Ganjar juga merupakan satu keluarga besar PDIP.
"Ketika kami mendengar ada korban tindak kekerasan dan menimpa almarhum Mas Andi, maka kami datang untuk menyampaikan duka cita dari Ibu Megawati dan keluarga besar PDIP dan mendoakan almarhum. Mas Andi semoga diampuni dosa-dosannya, diterima Tuhan yang Maha Kuasa, dilancarkan jalannya, dan keluarga yang ditinggalkan dapat ditabahkan," ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Hasto, anak dari almarhum Muhandi ada satu orang. "Anaknya satu, dipersiapkan, dididik dengan sebaik-baiknya dengan budi pekerti dan dengan sekolah yang baik. PDIP nanti, memberikan beasiswa untuk dapat sekolah dengan sebaik-baiknya," urai Hasto.
Hasto mengatakan, kejadian ini menjadi pelajaran yang berharga agar tidak boleh ada kekerasan lagi atas nama siapapun.
"Tadi Mbak Esti menceritakan Mas Andi ini bagian dari pejuang partai yang sejak dulu mendukung Pak Jokowi. Hanya sayang kali ini beliau harus meninggal di medan juang dan berhadapan dengan orang yang dulu beliau bela dengan taruhan nyawa juga," ucap Hasto.
Hasto memaparkan, mereka yang telah duduk sebagai pemimpin harus memperjuangkan kekuasaan itu untuk rakyat dan bukan untuk keluarga. "Karena untuk menjadi presiden itu melalui perjuangan anak ranting, ranting, PAC, simpatisan. Bahkan, banyak juga yang menjadi korban tindak kekerasan. Mbak Esti pun, dulu mendukung Pak Jokowi, sampai dulu ada yang menodong pistol," terang Hasto.
Oleh karena itu, lanjut Hasto, jangan pernah lupakan tetesan keringat dari anak ranting, ranting, PAC dan seluruh komponen rakyat dari paling bawah. Sebab, seseorang bisa menjadi presiden berkat perjuangan dari mereka. Menurut Hasto, itu menjadi pembelajaran bagi pemimpin ketika terpilih sebagai presiden.
"Siapa yang melupakan tetesan keringat dari rakyat yang berjuang dengan penuh ketulusan, lalu setelah mendapat kekuasaan hanya untuk keluarga. Lupa kekuasaan itu untuk rakyat, maka kebenaran akan ditegakkan," tegas Hasto. k22
Komentar