Survei Seismik Migas Dimulai, Nelayan di Jalur Zonasi Ubah Jenis Tangkapan
SINGARAJA, NusaBali - Sejumlah nelayan di Buleleng yang rumponnya masuk zona survei seismik minyak bumi dan gas (migas) mulai membatasi jalur melautnya. Mereka kini hanya melaut maksimal sejauh 3 mil laut atau 5 kilometer dari bibir pantai.
Hal tersebut terjadi karena selama masa survei seismik berlangsung, zona harus dipastikan steril dari aktivitas laut lainnya. Selain itu rumpon-rumpon nelayan yang masuk zona survei sudah dibersihkan dan dinaikkan ke darat. Kondisi tersebut membuat nelayan kehilangan sementara lokus pencarian ikan mereka.
Nelayan Buleleng rata-rata memiliki rumpon di tengah laut yang berjarak mulai dari 5 mil sampai belasan mil ke tengah laut. Rumpon-rumpon yang dibangun secara mandiri maupun berkelompok ini menjadi lokasi pencarian ikan laut dalam.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (KPP) Buleleng Gede Putra Aryana, Sabtu (13/1), menjelaskan, sejak awal rencana survei seismik nelayan akan mengalami penurunan pendapatan. Belum lagi pengaruh cuaca dan gelombang saat ini.
Namun dari kesepakatan sosialisasi yang dilakukan bersama PT Technical Geophysical Services (TGS), akan memberikan pengganti penghasilan selama tidak melaut dan juga penggantian biaya rumpon.
“Mereka masih tetap melaut tetapi paling jauh 3 mil dan beberapa nelayan mengubah jenis tangkapannya, yang biasa menangkap tongkol atau ikan laut dalam, kini beralih menangkap cumi. Sebab untuk penggantian penghasilan tidak melaut dan pengganti rumpon masih menunggu proses survei dulu,” ucap Putra Aryana.
Dalam kesepakatan kedua pihak, nelayan yang rumponnya masuk dalam zona survei seismik akan diberikan pengganti penghasilan tidak melaut sebesar Rp 1 juta. Sedangkan biaya pengganti rumpon disesuaikan dengan banyaknya bahan baku yang dipakai kisaran belasan sampai puluhan juta rupiah.
Sementara itu proses survei seismik sudah dimulai PT TGS sejak Rabu (10/1) lalu. Proses survei seismik menggunakan kapal survei khusus dari China beriringan dengan penuntasan pembersihan rumpon nelayan yang menggunakan tugboat. Sesuai rencana awal, proses survei yang sudah mengantongi izin Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk pemetaan potensi migas di laut utara Buleleng, ini baru selesai di akhir Januari 2024.
Senior Public Relation PT TGS Indonesia Sholahudin Achmad, Selasa (9/1), mengatakan proses pembersihan rumpon nelayan baru berprogres 50 persen. Ada 52 unit rumpon nelayan yang berhasil dinaikkan ke darat. Sisanya diprediksi masih ada puluhan rumpon lain yang masuk zona survei yang belum dijamah.
“Kita lihat dari zona survei, pembersihan baru sampai di pertengahan. Bagian tengah ke timur belum. Ternyata rencana awal bisa tuntas seminggu tidak bisa, karena kami tidak menyangka rumpon nelayan di sini besar-besar. Sehingga baru 12-13 unit rumpon geladak kapal sudah penuh dan harus kembali ke darat, ini sedikit kendalanya,” ucap Sholahudin.
Meski demikian, pembersihan rumpon terus bergerak. Bahkan sudah diturunkan 5 unit kapal tug boat untuk mempercepat proses sterilisasi zona survei seismik. 7 k23
Nelayan Buleleng rata-rata memiliki rumpon di tengah laut yang berjarak mulai dari 5 mil sampai belasan mil ke tengah laut. Rumpon-rumpon yang dibangun secara mandiri maupun berkelompok ini menjadi lokasi pencarian ikan laut dalam.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (KPP) Buleleng Gede Putra Aryana, Sabtu (13/1), menjelaskan, sejak awal rencana survei seismik nelayan akan mengalami penurunan pendapatan. Belum lagi pengaruh cuaca dan gelombang saat ini.
Namun dari kesepakatan sosialisasi yang dilakukan bersama PT Technical Geophysical Services (TGS), akan memberikan pengganti penghasilan selama tidak melaut dan juga penggantian biaya rumpon.
“Mereka masih tetap melaut tetapi paling jauh 3 mil dan beberapa nelayan mengubah jenis tangkapannya, yang biasa menangkap tongkol atau ikan laut dalam, kini beralih menangkap cumi. Sebab untuk penggantian penghasilan tidak melaut dan pengganti rumpon masih menunggu proses survei dulu,” ucap Putra Aryana.
Dalam kesepakatan kedua pihak, nelayan yang rumponnya masuk dalam zona survei seismik akan diberikan pengganti penghasilan tidak melaut sebesar Rp 1 juta. Sedangkan biaya pengganti rumpon disesuaikan dengan banyaknya bahan baku yang dipakai kisaran belasan sampai puluhan juta rupiah.
Sementara itu proses survei seismik sudah dimulai PT TGS sejak Rabu (10/1) lalu. Proses survei seismik menggunakan kapal survei khusus dari China beriringan dengan penuntasan pembersihan rumpon nelayan yang menggunakan tugboat. Sesuai rencana awal, proses survei yang sudah mengantongi izin Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk pemetaan potensi migas di laut utara Buleleng, ini baru selesai di akhir Januari 2024.
Senior Public Relation PT TGS Indonesia Sholahudin Achmad, Selasa (9/1), mengatakan proses pembersihan rumpon nelayan baru berprogres 50 persen. Ada 52 unit rumpon nelayan yang berhasil dinaikkan ke darat. Sisanya diprediksi masih ada puluhan rumpon lain yang masuk zona survei yang belum dijamah.
“Kita lihat dari zona survei, pembersihan baru sampai di pertengahan. Bagian tengah ke timur belum. Ternyata rencana awal bisa tuntas seminggu tidak bisa, karena kami tidak menyangka rumpon nelayan di sini besar-besar. Sehingga baru 12-13 unit rumpon geladak kapal sudah penuh dan harus kembali ke darat, ini sedikit kendalanya,” ucap Sholahudin.
Meski demikian, pembersihan rumpon terus bergerak. Bahkan sudah diturunkan 5 unit kapal tug boat untuk mempercepat proses sterilisasi zona survei seismik. 7 k23
1
Komentar