Ogoh-Ogoh ST Dwi Putra Banjar Tegal Agung Angkat Fenomena Kekerasan Terhadap Perempuan
DENPASAR, NusaBali.com - ST Dwi Putra Banjar Tegal Agung, Jalan Imam Bonjol, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat, kembali menggarap ogoh-ogoh dalam menyambut tahun baru Caka 1946 mendatang. Ogoh-ogoh ini mengangkat fenomena kekerasan terhadap perempuan yang marak terjadi saat ini.
Anak Agung Bagus Suendra Diputra (Gung Gus Adi Tegal) selaku undagi ogoh-ogoh Banjar Tegal Agung, mengatakan bahwa ogoh-ogoh ini memiliki tinggi kurang lebih 4 meter dan terdiri dari 5 tokoh karakter, yaitu seorang wanita sebagai tokoh utama dan 4 laki-laki sebagai tokoh figuran.
"Tokoh utama ogoh-ogoh ini adalah seorang wanita yang menjadi korban kekerasan. Ogoh-ogoh ini menggambarkan perjuangan wanita tersebut untuk melawan kekerasan dan meraih keadilan," ujar Gung Gus Adi Tegal.
Gung Gus Adi Tegal mengatakan bahwa ogoh-ogoh ini digarap dengan menggunakan kerangka kayu. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan struktur ogoh-ogoh terdahulu dan menghemat biaya anggaran.
"Ogoh-ogoh zaman dulu jarang menggunakan kerangka besi, semua menggunakan media kayu. Selain itu, kayu juga lebih kuat ketimbang besi," ujar Gung Gus Adi Tegal.
Ogoh-ogoh ini rencananya akan diikutkan dalam lomba ogoh-ogoh se-Bali. Gung Gus Adi Tegal berharap ogoh-ogoh ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dan melawan kekerasan terhadap perempuan.
Kearifan Lokal dalam Ogoh-Ogoh ST Dwi Putra
Selain mengangkat tema yang relevan dengan kondisi sosial saat ini, ogoh-ogoh ST Dwi Putra juga memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang tinggi. Hal ini terlihat dari penggunaan kerangka kayu yang merupakan bahan tradisional yang telah lama digunakan dalam pembuatan ogoh-ogoh.
Penggunaan kerangka kayu ini juga memiliki nilai filosofis yang mendalam. Kayu merupakan simbol kekuatan dan ketahanan. Penggunaan kerangka kayu dalam ogoh-ogoh ini melambangkan bahwa perempuan adalah sosok yang kuat dan tangguh, dan mampu melawan segala bentuk kekerasan.
Selain itu, ogoh-ogoh ST Dwi Putra juga memiliki keunikan lain, yaitu gerakan polosan. Gerakan polosan adalah gerakan yang tidak menggunakan mesin dan lebih terinsipirasi dari gerakan-gerakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan gerakan polosan ini dilakukan untuk menciptakan ogoh-ogoh yang lebih realistis dan hidup. Hal ini juga merupakan upaya untuk mempertahankan kearifan lokal dalam seni ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh ST Dwi Putra merupakan salah satu contoh karya seni yang memiliki nilai-nilai positif. Ogoh-ogoh ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan edukasi kepada masyarakat.
Untuk diketahui, pada tahun 2023 lalu ST Dwi Putra mendapatkan prestasi lewat ogoh-ogoh yang berjudul Tumbal Rare. Selain mendapatkan nominasi terbaik (juara 2) di Kecamatan Denpasar Barat, juga menjadi juara 1 dalam lomba ogoh-ogoh se-Bali tingkat Kota Denpasar.
Tumbal Rare bercerita fenomena pembuangan orok bayi dengan cara digugurkan/diaborsi, dihidupkan kembali oleh seorang dalang yang dalam ogoh-ogoh itu menjadi pemeran utama. *m03
1
Komentar