Dinsos Denpasar Siapkan Profil Lansia Produktif untuk Edukasi
DENPASAR, NusaBali - Dinas Sosial Kota Denpasar merancang program untuk membuatkan profil para lansia yang tetap produktif, sebagai salah satu upaya mengedukasi masyarakat agar tidak menelantarkan mereka.
“Melalui profil para lansia terpilih tahun ini, sekaligus dapat memberikan motivasi kepada para lansia,” kata Kepala Dinas Sosial Kota Denpasar I Gusti Ayu Laxmy Saraswati di Denpasar, Senin (15/1).
Menurut dia, dengan lansia tetap produktif dapat meningkatkan harapan hidup mereka.
“Jangan begitu masuk usia 60 tahun, lalu sudah merasa sendiri dan merasa linglung. Dengan lansia tetap mandiri dan produktif, mereka bisa memberikan motivasi kepada lansia lainnya agar tidak merasa sendiri. Meskipun sudah tidak muda lagi, bukan hambatan untuk tetap produktif dan berjuang bahkan tetap bisa menghidupi diri sendiri,” ujarnya.
Dia mencontohkan ada seorang lansia di Kota Denpasar yang kedua anaknya telah meninggal dan suaminya menderita stroke. Namun, lansia itu tak putus asa. Dia tetap berusaha membuat sarana upacara untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Ada juga lansia yang masih tetap berjualan makanan di usia senjanya. Hal-hal seperti ini diharapkan dapat memotivasi banyak orang bahwa di usia tua itu tidak hanya meminta bantuan pemerintah. Namun, tetap bisa berjuang agar tidak menjadi telantar,” ucap Laxmy.
Dia menegaskan pentingnya masyarakat memberikan perhatian yang baik kepada para orang tua.
Para lansia produktif yang terpilih, katanya, akan dibuatkan video profil singkat untuk kemudian disampaikan dalam berbagai kegiatan sosialisasi Dinas Sosial Kota Denpasar.
“Pada tahun sebelumnya, kami juga sudah membuat video profil penyandang disabilitas di Kota Denpasar,” kata Laxmy.
Pemerintah Kota Denpasar pada 2023 juga menyiapkan program inovasi bagi perempuan rawan sosial ekonomi, agar pemberdayaan secara lebih optimal dengan sumber pendanaan melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Saat ini, ada 352 orang di Kota Denpasar masuk dalam perempuan rawan sosial ekonomi.
Perempuan rawan sosial ekonomi merupakan kaum perempuan berusia 18-59 tahun yang menjanda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, atau mereka yang sudah menikah yang menjadi tulang punggung keluarga meskipun bukan berstatus janda karena suami tidak mampu bekerja.
Laxmy mengatakan selama ini mereka telah mendapatkan bantuan dana melalui program keluarga harapan (PKH), dan rencananya bisa dianggarkan lewat APBD secara berkelanjutan. 7 ant
Menurut dia, dengan lansia tetap produktif dapat meningkatkan harapan hidup mereka.
“Jangan begitu masuk usia 60 tahun, lalu sudah merasa sendiri dan merasa linglung. Dengan lansia tetap mandiri dan produktif, mereka bisa memberikan motivasi kepada lansia lainnya agar tidak merasa sendiri. Meskipun sudah tidak muda lagi, bukan hambatan untuk tetap produktif dan berjuang bahkan tetap bisa menghidupi diri sendiri,” ujarnya.
Dia mencontohkan ada seorang lansia di Kota Denpasar yang kedua anaknya telah meninggal dan suaminya menderita stroke. Namun, lansia itu tak putus asa. Dia tetap berusaha membuat sarana upacara untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Ada juga lansia yang masih tetap berjualan makanan di usia senjanya. Hal-hal seperti ini diharapkan dapat memotivasi banyak orang bahwa di usia tua itu tidak hanya meminta bantuan pemerintah. Namun, tetap bisa berjuang agar tidak menjadi telantar,” ucap Laxmy.
Dia menegaskan pentingnya masyarakat memberikan perhatian yang baik kepada para orang tua.
Para lansia produktif yang terpilih, katanya, akan dibuatkan video profil singkat untuk kemudian disampaikan dalam berbagai kegiatan sosialisasi Dinas Sosial Kota Denpasar.
“Pada tahun sebelumnya, kami juga sudah membuat video profil penyandang disabilitas di Kota Denpasar,” kata Laxmy.
Pemerintah Kota Denpasar pada 2023 juga menyiapkan program inovasi bagi perempuan rawan sosial ekonomi, agar pemberdayaan secara lebih optimal dengan sumber pendanaan melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Saat ini, ada 352 orang di Kota Denpasar masuk dalam perempuan rawan sosial ekonomi.
Perempuan rawan sosial ekonomi merupakan kaum perempuan berusia 18-59 tahun yang menjanda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, atau mereka yang sudah menikah yang menjadi tulang punggung keluarga meskipun bukan berstatus janda karena suami tidak mampu bekerja.
Laxmy mengatakan selama ini mereka telah mendapatkan bantuan dana melalui program keluarga harapan (PKH), dan rencananya bisa dianggarkan lewat APBD secara berkelanjutan. 7 ant
1
Komentar