Serangan Jantung, Mangku Kandia Meninggal
GIANYAR, NusaBali - Praktisi pariwisata, Mangku I Nyoman Kandia, meninggal dalam perawatan di RSUP Prof dr IGNG Ngoerah, Denpasar, Selasa (16/1) sekitar pukul 01.00 WITA. Hingga akhir hayatnya, Mangku Kandia masih aktif mendedikasikan diri untuk desa wisata. Sebelum meninggal, Mangku Kandia sempat selama 4 hari di Yogyakarta bertugas sebagai assesor desa wisata. Praktisi pariwisata ini meninggal karena serangan jantung.
Putri bungsu almarhum, Ni Kadek Ayu Diah Natalia, 26, mengungkapkan ayahnya sepulang dari Yogyakarta mengeluhkan sakit pada kaki. “Bapak merasakan kakinya bengkak. Besoknya langsung merasakan sesak di dada,” jelas Lia di rumah duka, Banjar Batanancak, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, Selasa (16/1) sore. Mangku Kandia diajak berobat ke klinik kesehatan terdekat. Sempat mendapatkan perawatan dari pukul 14.30 WITA. Kondisinya semakin drop sehingga dirujuk ke Pelayanan Jantung Terpadu RSUP Prof dr IGNG Ngoerah, Denpasar sekitar pukul 18.00 WITA.
“Setelah diobservasi, bapak masuk ruang operasi. Setelah 1 jam, bapak katanya kena serangan jantung. Setelah itu udah gak ada, sudah diupayakan yang terbaik. Ya mungkin memang udah segitu,” ungkap Lia. Sepengetahuan keluarga, Mangku Kandia ada keluhan pada paru-paru. Hal itu diduga dipicu oleh aktivitas masa lalu, saat sebagian besar masyarakat di Desa Mas aktif sebagai pengrajin kayu. “Jaman dulu itu, bapak ngamplasin kayu. Mungkin butiran-butiran debu yang lama mengendap dalam paru-paru bapak,” ujarnya. Lia juga menduga ayahnya kelelahan.
Sebagai asesor desa wisata, selama 6 bulan terakhir Mangku Kandia sibuk keliling desa di Indonesia. Pulang dari perjalanan di Kalimantan Timur, Mangku Kandia lanjut penerbangan ke Papua. Dalam setiap kesempatan, Mangku Kandia mengabadikan momen berharganya di media sosial. Salah satunya tampak saat Mangku Kandia dirias ala pakaian adat Papua. Di antara tugasnya itu, Mangku Kandia yang Ketua Pokdarwis Bali ini sebagai orangtua menggelar prosesi perkawinan anaknya secara beruntun.
Putra sulungnya, I Gede Leo Satriya Wijaya, 27, menikah pada bulan September 2023. Bulan berikutnya, menyusul Lia yang dipinang pemuda asal Singaraja. “Jadi memang capek kayaknya beliau,” ujar Lia. Mangku Kandia meninggal pada usia 57 tahun, menjelang hari ulang tahunnya pada 25 Februari 2024. Almarhum meninggalkan seorang istri, Ni Nyoman Tripitasih, 55, dan dua orang anak. Lia berusaha untuk ikhlas. Terlebih ayahandanya telah mencapai semua yang diinginkan. “Bapak itu orang yang ambisius dan bertanggung jawab. Di usianya ini, bapak sudah mencapai semua yang dia mau. Termasuk menikahkan kami anak-anaknya. Cuma impian bapak yang tidak pernah padam adalah untuk lebih memberdayakan masyarakat desa. Agar desa wisata bisa bersaing,” jelas Lia.
Saat mengeluh sakit dada sekalipun, Mangku Kandia masih konsentrasi membuat dokumen asesor desa wisata. “Menurut kami bapak sudah melakukan hal yang maksimal, bisa dikatakan over working. Tapi begitulah beliau, memang aktif. Saat pandemi Covid, beliau tetap aktif mengikuti 50 kali zoom meeting per hari,” ujarnya. Selain sebagai praktisi pariwisata, Mangku Kandia juga aktif sebagai Ketua PHDI Kecamatan Ubud dan Tim Ahli Bupati Gianyar. Almarhum akan dikremasi di Krematorium Punduk Dawa, Klungkung pada Buda Pon Tolu, Rabu (17/1) hari ini.
Kepergian almarhum Mangku Kandia membuat rekannya sesama praktisi pariwisata kaget. “Minggu pagi saya masih komunikasi membahas beberapa hal soal pariwisata Gianyar, khususnya realisasi Ulapan. Kami sering diskusi, beliau periang,” ungkap Dewa Ngakan Rai Budiasa. Di mata para kolega, Mangku Kandia adalah seorang yang idealis dan nasionalis sejati. “Sebelum sama-sama di tim ahli, kami sudah sering kolaborasi dalam pengembangan wisata pedesaan. Kami kenal ketika dia menjadi Ketua HPI, saya Ketua Asita DKI, sering diundang ke Kementerian Pariwisata untuk membahas wisatawan nusantara. Saat itu saya adalah Pokja di Kementerian Pariwisata saat pak Ardika Menterinya,” ungkap Dewa Rai Budiasa. 7 nvi
1
Komentar