MUTIARA WEDA: Lebih Memilih Hancur
ati sarvanāśaheturhyato’tyantaṃ vivarjayet. (Sukraniti, 3.220)
Kelebihan adalah penyebab kehancuran. Oleh karena itu, seseorang harus menghindarinya bagaimana pun juga.
CONTOHNYA ada banyak. Orang kelebihan makan akan kena obesitas, orang kelebihan minum arak jadi mabuk, kapal kelebihan penumpang bisa tenggelam, dan seterusnya. Apapun yang berlebihan akan membahayakan. Oleh karena itu, teks menyarankan agar menghindarinya bagaimana pun caranya. Namun, apakah mungkin kita menekan keinginan agar tidak berlebihan? Hampir mustahil. Orang yang punya gaji kecil, ingin agar gajinya bertambah banyak. Orang yang gajinya sudah banyak juga ingin agar terus meningkat. Mungkin ada orang yang tidak memikirkan materi, sehingga uang atau gaji tidak jadi persoalan, tetapi dia masih tetap ingin berkarya lebih, ingin mengabdi lebih, ingin memberikan lebih, ingin bahagia lebih, dan lain sebagainya.
Orang bisa dengan mudah membuang sesuatu ketika kita mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari sesuatu lainnya. Orang mungkin merasakan kebahagiaan yang lebih ketika berkarya sehingga tidak lagi memikirkan uang. Orang mungkin merasakan kebahagiaan yang lebih ketika melayani orang lain, sehingga dia bisa mengesampingkan hal lain yang orang kebanyakan justru cari. Bahkan ada orang yang membuang seluruh materi, keluarga, dan apapun yang menjadi kepemilikannya ketika dia merasakan kebahagiaan yang lebih saat menjadi seorang sannyasi. Jadi, hampir tidak ada orang yang bisa lepas dari keinginan untuk lebih, uang datang lebih, karya lebih, melayani lebih, kebahagiaan lebih, dan lain sebagainya. Jadi, hampir mustahil kita menemukan orang yang tidak menginginkan lebih.
Mengapa begini? Ini mungkin telah menjadi desain alam agar orang tidak pernah merasa puas, ingin lebih dari apa yang sudah ada. Namun, teks di atas menyatakan bahwa kelebihan adalah penyebab kehancuran. Orang yang merasa kurang dan ingin kekayaan, akan dikubur oleh kekayaannya sendiri. Orang yang mencari kenikmatan berlebih dari minum-minuman keras, judi, dan syahwat, akan digulung pula oleh semua itu. Orang yang ingin berkuasa lebih akan dijatuhkan pula oleh kekuasaan itu. Dalam konteks isu lingkungan, ketika alam dieksploitasi berlebihan, alam akan balik menghancurkan kita. Ketika senjata perang dibuat masif, maka senjata itu pula yang membunuh banyak nyawa melalui perang. Sloka subhasita menyatakan: pipīlikārjitaṃ dhānyaṃ makṣikāsañcitaṃ madhu, lubdhena sañcitaṃ dravyaṃ samūlaṃ hi vinaśyati – Biji-bijian yang dikumpulkan oleh semut, madu yang dikumpulkan oleh lebah, dan kekayaan yang dikumpulkan oleh orang yang tamak, semuanya akan musnah beserta sumbernya.
Kehancuran pasti terjadi baik dalam lingkup kecil maupun besar. Saat orang greedy (tamak), keserakahannya itu yang menyerang balik. Saat politik tidak stabil karena para pejabatnya bernafsu dalam kekuasaannya, maka negara itu yang akan hancur. Saat senjata canggih diproduksi berlebih, perang akan menghancurkan banyak negara. Demikian juga, saat alam terus diperkosa, dieksploitasi, maka seluruh permukaan bumi ini akan hancur. Saat ini kita sedang menghadapi doomsday, kehancuran menyeluruh. Bukan perang yang menghacurkan sepenuhnya. Meskipun perang hampir tidak pernah berhenti di permukaan bumi ini, hanya kerusakan domestik yang terjadi. Saat ini kehancuran menyeluruh sedang mengintip seluruh organisme di muka bumi karena global warming – pemanasan global. Alam tidak mampu lagi menetralkan dirinya oleh karena campur tangan manusia terlalu berlebihan.
Ketika ditanya, bagaimana caranya agar dunia ini terhindar dari pemanasan global? Ada tentunya. Apa? Jangan membawa gas karbon ke udara secara berlebihan. Ini jawabannya. Bagaimana caranya? Kita harus hidup sederhana, kembali ke cara hidup zaman dulu. Bagaimana caranya agar kita bisa hidup sederhana? Nah ini yang tidak bisa. Hampir mustahil dikerjakan, karena hidup mewah lebih menyenangkan, lebih membuat nyaman. Orang mengeksploitasi alam adalah semata-mata untuk kenyamanan kita hidup. Seperti misalnya, semua orang tahu bahwa pemanasan global itu akan membawa kehancuran. Namun, kita tidak akan bisa melepas peralatan kita sehari-hari yang banyak mempolusi udara, seperti mobil, motor, kulkas, AC, dan yang lainnya. Kita tahu bahwa global warming ini berbahaya, penghancur dalam skala besar, dan kita juga tahu penyebabnya. Namun, kita tidak mau mengatasi penyebabnya dan akan memilih kehancuran. Ini pasti. 7
I Gede Suwantana
Direktur Bali Vedanta Institute
Komentar