Pemkot Bangkitkan Angkot
Urai Kemacetan dan Cegah Penggunaan Kendaraan Pribadi
DENPASAR, NusaBali - Pemkot Denpasar akan membangkitkan operasional Angkutan Kota (Angkot) yang jumlahnya kian menyusut bahkan banyak yang ‘ngetem’ alias tidak beroperasi. Rencana menghidupkan operasional angkot ini untuk meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi yang menjadi biang keladi kemacetan.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Denpasar, I Ketut Sriawan, Kamis (18/1). Menurutnya, angkot-angkot yang ada di Kota Denpasar sudah banyak yang tidak memiliki izin trayek karena usia kendaraan yang sudah ‘lapuk’. Mereka dibatasi dengan aturan Perda Nomor 4 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa usia angkot hanya bisa beroperasi maksimal 25 tahun. Sementara, banyak angkot saat ini umurnya melebihi aturan tersebut. Sehingga di Kota Denpasar hanya ada dua kendaraan yang masih bertahan.
Di sisi lain, kata dia, Pemkot Denpasar masih berupaya untuk membangkitkan lagi moda transportasi kota untuk menghindari kemacetan karena banyaknya kendaraan pribadi yang digunakan masyarakat untuk berkegiatan.
Sriawan mengatakan, Pemkot Denpasar berkomitmen untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Di samping mengurangi kepadatan lalulintas juga mengurangi polusi udara dan meminimalkan resiko kecelakaan di jalan.
“Kami sebenarnya ada upaya membangkitkan kembali moda transportasi angkot sesuai keinginan Pak Walikota. Tetapi, sekarang yang jadi pertanyaan apakah pengusaha angkot ini mau atau tidak melakukan peremajaan kendaraan mereka,” ujar Sriawan.
Menurut Sriawan, angkot masih berpeluang untuk beroperasi kembali. Apalagi, jalur trayek mereka belum dihapus. “Ini merupakan project berkelanjutan. Karena kita tahu sekarang jalan tol saja saat liburan sudah macet. Ini merupakan solusi terbaik,” ujar Sriawan.
Sriawan menambahkan, angkot ini masih sangat diperlukan karena perjalanan mereka bersifat fleksibel, bisa masuk ke jalan-jalan kecil. Moda transportasi angkot ini nantinya bisa sebagai pendukung Trans Metro Dewata yang selama ini hanya bisa menjangkau pada jalur-jalur umum.
Sriawan mengatakan, jika ingin membangkitkan angkot, pihaknya juga harus bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Pusat. Sebab, kendalanya saat ini keberadaan angkot sudah jarang diminati masyarakat karena dianggap lebih efisien menggunakan kendaraan pribadi.
Dengan kondisi itu, pihaknya menginginkan Pemprov Bali membentuk badan layanan yang dibentuk untuk membiayai operasional para sopir. “Karena minat yang sudah berkurang untuk naik angkot, ini yang kami harus minta ke Pemprov Bali untuk membantu membentuk badan layanan. Agar Pemprov Bali membantu membiayai gaji sopir dan mungkin bensinnya juga. Itu bisa diambil dari CSR dan lainnya,” jelasnya. mis
Di sisi lain, kata dia, Pemkot Denpasar masih berupaya untuk membangkitkan lagi moda transportasi kota untuk menghindari kemacetan karena banyaknya kendaraan pribadi yang digunakan masyarakat untuk berkegiatan.
Sriawan mengatakan, Pemkot Denpasar berkomitmen untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Di samping mengurangi kepadatan lalulintas juga mengurangi polusi udara dan meminimalkan resiko kecelakaan di jalan.
“Kami sebenarnya ada upaya membangkitkan kembali moda transportasi angkot sesuai keinginan Pak Walikota. Tetapi, sekarang yang jadi pertanyaan apakah pengusaha angkot ini mau atau tidak melakukan peremajaan kendaraan mereka,” ujar Sriawan.
Menurut Sriawan, angkot masih berpeluang untuk beroperasi kembali. Apalagi, jalur trayek mereka belum dihapus. “Ini merupakan project berkelanjutan. Karena kita tahu sekarang jalan tol saja saat liburan sudah macet. Ini merupakan solusi terbaik,” ujar Sriawan.
Sriawan menambahkan, angkot ini masih sangat diperlukan karena perjalanan mereka bersifat fleksibel, bisa masuk ke jalan-jalan kecil. Moda transportasi angkot ini nantinya bisa sebagai pendukung Trans Metro Dewata yang selama ini hanya bisa menjangkau pada jalur-jalur umum.
Sriawan mengatakan, jika ingin membangkitkan angkot, pihaknya juga harus bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Pusat. Sebab, kendalanya saat ini keberadaan angkot sudah jarang diminati masyarakat karena dianggap lebih efisien menggunakan kendaraan pribadi.
Dengan kondisi itu, pihaknya menginginkan Pemprov Bali membentuk badan layanan yang dibentuk untuk membiayai operasional para sopir. “Karena minat yang sudah berkurang untuk naik angkot, ini yang kami harus minta ke Pemprov Bali untuk membantu membentuk badan layanan. Agar Pemprov Bali membantu membiayai gaji sopir dan mungkin bensinnya juga. Itu bisa diambil dari CSR dan lainnya,” jelasnya. mis
Komentar