Sektor Properti Bali Hadapi Tantangan di 2024
DENPASAR, NusaBali - Sektor properti di Bali diprediksi akan menghadapi beberapa tantangan di tahun 2024. Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estat Indonesia (REI) Bali, Gede Suardita, dalam acara Silaturahmi Natal Tahun Baru REI Bali 2024 yang diselenggarakan di Bendega Restaurant, Denpasar, Kamis (18/1).
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed. Hal ini berpotensi memengaruhi suku bunga perbankan di Indonesia, yang dapat berdampak pada daya beli masyarakat dan permintaan properti.
"Kami berharap kenaikan suku bunga tidak terlalu signifikan, karena dapat berdampak pada pinjaman di bank," ujar Gede Suardita.
Tantangan lain yang dihadapi adalah agenda pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) yang dapat menimbulkan ketidakpastian politik. Hal ini dapat mempengaruhi keamanan dan stabilitas ekonomi, yang pada akhirnya berdampak pada sektor properti.
"Pemilu sebagai pengusaha diharapkan berlangsung lancar dan aman, karena situasi politik yang tidak stabil dapat mempengaruhi keamanan dan berpotensi memengaruhi sektor properti," kata Gede Suardita.
Selain itu, target kuota rumah subsidi di tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 40 persen, dari 239.000 unit menjadi 166.000 unit. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pengembang properti yang fokus pada segmen rumah subsidi.
"Pemulihan ekonomi Bali sangat tergantung pada sektor pariwisata. Pemulihan mencapai puncak pada tahun 2023, dan harapannya terus meningkat di tahun 2024 atau setidaknya sama," ungkap Gede Suardita.
Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, sektor properti Bali juga memiliki beberapa peluang. Salah satunya adalah penambahan jumlah anggota REI pada tahun 2023 yang meunjukkan prospek bagus dunia properti di Bali.
Pasar high-end di Bali Selatan, seperti Ungasan dan Ubud, juga terus menunjukkan pertumbuhan yang baik. “Pasar high end ini adalah rumah dengan harga di atas Rp 1,5 miliar. Pembelinya banyak dari luar Bali, sementara pembeli Bali adalah mereka yang bergerak di bidang kesehatan,” ungkap Gede Semadi Putra, Sekretaris DPD REI Bali.
Sementara itu, untuk rumah subsidi, khususnya di Buleleng, masih menjadi tantangan, namun diharapkan dapat diatasi dengan penambahan kuota jika dibutuhkan.
Gede Semadi Putra menambahkan bahwa kerjasama yang telah terjalin baik antara sektor properti dan perbankan selama ini sangat diharapkan dapat berlanjut.
"Kerjasama dengan perbankan selama ini telah membantu kami dalam mencapai berbagai program. Kami berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut, meskipun ada beberapa perubahan regulasi," ujar Gede Semadi Putra.
Meskipun restrukturisasi POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) dampak pandemic Covid-19 yang berakhir Maret mendatang tidak diperpanjang lagi, perbankan diharapkan dapat tetap bijak dalam kebijakan bunga dan restrukturisasi di masa pemulihan ini.
"Restrukturisasi hingga Maret ini telah berjalan baik, dan meskipun POJK tidak diperpanjang lagi, kami yakin perbankan akan tetap bijak dalam kebijakan bunga dan restrukturisasi di saat pemulihan ini," harap Suardita.7mao
1
Komentar