Olah Limbah Mangrove, Raup Omzet Rp 50 Juta per Bulan
MANGUPURA, NusaBali - Siapa sangka limba mangrove bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Di tangan Nyoman Yeni Susanti, limbah mangrove ternyata bisa diolah menjadi bahan pewarna alami beromzet puluhan juta rupiah.
Pemilik Griya Anyar Dewata ini mengatakan usahanya bermula pada 2008, ketika memulai usaha pembuatan kripik dari olahan buah mangrove, seperti kripik, sirup, sabun, dan lulur. Namun, berkat keuletannya itu kini telah menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.
Yeni menceritakan awalnya limbah mangrove yang banyak terbuang menjadi perhatiannya. Dengan kreativitas tinggi, dia berhasil mengubah limbah tersebut menjadi bahan pewarna yang unik dan berakhir menjadi langkah awal dalam perjalanan bisnisnya. Pada 2019, Yeni menggagas proyek seni ecoprint yang diberi nama Griya Anyar Dewata, yang kemudian membawa bisnisnya meroket dengan omset yang signifikan.
“Usaha ini sebenarnya dimulai sejak 2008. Awalnya saya membuat usaha makanan membuat kripik dari olahan buah mangrove. Lalu limbahnya dibuang begitu saja. Namun ternyata limbah mangrove itu bisa digunakan sebagai bahan pewarna, sehingga saya mulai menekuni bisnis ini sejak 2019 karena ternyata bisnis dan prospeknya lumayan bagus, antusias masyarakat untuk produk kami juga bagus,” jelasnya saat ditemui di kediamannya di Jalan Taman Griya, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kamis (19/1) sore.
Yeni mengatakan kesuksesan dari usahanya itu tidak hanya terbatas pada aspek finansial saja. Antusiasme masyarakat terhadap produknya membuka pintu bagi undangan ke event-event bergengsi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Namun, Yeni tidak hanya meraih kesuksesan pribadi, melainkan juga berkontribusi positif pada masyarakat sekitar.
Saat pandemi Covid-19 melanda, Yeni melihat peluang untuk membantu ibu rumah tangga yang kehilangan pekerjaan. Dengan memberikan pelatihan dan ajakan bergabung dalam produksi Griya Anyar Dewata. Yeni tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memberikan keterampilan baru. “Tenaga kerja yang kami gunakan saat ini 5 orang pekerja tetap dan 10 orang freelance. Kerjanya setiap hari, namun kami targetnya ada satu bulan berapa produk,” tuturnya.
Lebih jauh ia ceritakan, langkah dalam mengembangkan bisnis ecoprint ini dimulai dari rasa haus akan pengetahuan. Dengan melihat tutorial di YouTube dan belajar dari teman-teman yang berpengalaman, Yeni berhasil meningkatkan keahlian dalam menciptakan motif ecoprint yang unik.
Sementara soal proses pembuatan ecoprint, Yeni menuturkan jika itu melibatkan serangkaian langkah pembuatan. Mulai dari persiapan kain hingga proses fiksasi warna yang memakan waktu 3-5 hari untuk menghasilkan produk berkualitas.
Dengan menggunakan limbah mangrove untuk pewarna kain, Yeni berhasil memberikan dampak positif pada lingkungan. Selain itu, dirinya juga mengambil buah dan batang kayu tua dari sekitar jalan sebagai bahan tambahan. Penggunaan pewarna alami dari daun-daun lokal seperti jambu, mangga, jati, ketapang, jarak, perdu, dan tumbuhan liar turut memberikan karakter khas pada setiap produk.
“Pokoknya setiap ada daun yang unik pasti saya ambil, saya memanfaatkan yang ada disekitar saja. Semua bahan itu gampang didapatkan,” tambahnya.
Produk Griya Anyar Dewata, sebetulnya dapat diaplikasikan pada kain, kulit, kertas, dan keramik. Namun, kini Yeni lebih memfokuskan pada penggunaan kain. Produk ini meliputi berbagai item fashion dan aksesori, seperti syal, dompet, tas, topi, kipas, sepatu, dan sandal. Inovasi tidak hanya terbatas pada kain, tetapi juga telah diterapkan pada produk kulit, menjadikannya salah satu keunikan dari Griya Anyar Dewata.
Berkat kegigihannya, produknya kini sudah dipasarkan di pusat perbelanjaan ternama seperti Matahari, Sogo, dan Bali Collection. Yeni pun juga dapat meraup omzet Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per bulan dari menekuni usahanya tersebut.
Meskipun belum melakukan ekspor, produk-produk Griya Anyar Dewata mendapat sambutan baik dari wisatawan mancanegara yang berkunjung ke acara internasional, di mana mereka berpartisipasi. “Kita memang belum ekspor, namun produk kita banyak dibeli oleh wisatawan mancanegara dari Kanada, Rusia, Amerika, Vietnam, Filipina, Malaysia, Australia, dan China karena kebetulan kita ikut event internasional,” bebernya.
Meski menghadapi tantangan dalam kenaikan harga bahan baku, terutama aksesoris, Yeni berharap dapat terus memberdayakan masyarakat lebih banyak lagi. Antusiasme tinggi dari masyarakat terhadap produk ecoprint menjadi motivasi besar bagi Yeni untuk terus berinovasi dan memberikan dampak positif pada lingkungan dan masyarakat sekitar. 7 ol3
1
Komentar