Tabanan Krisis Tenaga Apoteker
Jika tak ada kuota apoter dari pemerintah pusat, Dinas Kesehatan Tabanan akan menyiasati dengan pengangkatan pegawai kontrak.
TABANAN, NusaBali
Puskesmas di Tabanan belum sepenuhnya memiliki tenaga apoteker. Dari 20 puskesmas se-Tabanan, hanya tiga puskesmas yang ada tenaga apotekernya. Dinas Kesehatan Tabanan baru memiliki 6 apoteker yang ditugaskan sebanyak 3 orang di Dinas Kesehatan dan 3 di puskesmas. Ketiga puskesmas itu yakni Puskesmas Tabanan III, Puskesmas Selemadeg I, dan Puskesmas Penebel I.
Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr Nyoman Suratmika mengatakan, idealnya di setiap puskesmas ada 20 apoteker. Sehingga kekurangan lagi 17 apoteker. Ditegaskan, apoteker sangat penting untuk regulasi obat sebab punya kewenangan amprah obat dan menjelaskan obat. “Kami masih krisis apoteker yang ditugaskan di puskesmas,” terang dr Suratmika, Minggu (23/7). Kekurangan ini harus segera diisi apalagi seluruh puskesmas di Kabupaten Tabanan pada tahun 2019 akan dijadikan Badan Layanan Umum (BLU).
dr Suratmika menambahkan, akan mengisi tenaga apoteker di seluruh puskesmas di Tabanan secara bertahap. Apabila tidak ada kuota dari Pemerintah Pusat, maka solusinya tenaga kontrak. Pada bulan Agustus 2017 ini, Dinas Kesehatan Tabanan akan membuat kajian kerja sesuai analisa beban kerja. “Di puskesmas yang lebih banyak pasiennya per hari diperlukan tenaga lebih banyak. Hasil kajian, kami rekomendasikan ke Bupati Tabanan,” tandasnya.
Diakui, pelayanan di puskesmas yang belum memiliki apoteker dipercayakan kepada asisten apoteker. “Kami sudah latih mereka (asisten apoteker, Red),” terang dr Suratmika. Mereka yang dilatih dan dijadikan asisten apoteker yakni lulusan SMK Farmasi dan Diploma Farmasi. Sebelum ada asisten apoteker, tugas ini diberikan kepada bidan yang telah diberikan pelatihan tentang obat. Ia berharap, ada kuota dari Pemerintah Pusat untuk pengadaaan apoteker di setiap puskesmas di Tabanan. “Syarat puskesmas jadi BLU harus punya apoteker,” ungkap dr Suratmika menegaskan. *d
Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr Nyoman Suratmika mengatakan, idealnya di setiap puskesmas ada 20 apoteker. Sehingga kekurangan lagi 17 apoteker. Ditegaskan, apoteker sangat penting untuk regulasi obat sebab punya kewenangan amprah obat dan menjelaskan obat. “Kami masih krisis apoteker yang ditugaskan di puskesmas,” terang dr Suratmika, Minggu (23/7). Kekurangan ini harus segera diisi apalagi seluruh puskesmas di Kabupaten Tabanan pada tahun 2019 akan dijadikan Badan Layanan Umum (BLU).
dr Suratmika menambahkan, akan mengisi tenaga apoteker di seluruh puskesmas di Tabanan secara bertahap. Apabila tidak ada kuota dari Pemerintah Pusat, maka solusinya tenaga kontrak. Pada bulan Agustus 2017 ini, Dinas Kesehatan Tabanan akan membuat kajian kerja sesuai analisa beban kerja. “Di puskesmas yang lebih banyak pasiennya per hari diperlukan tenaga lebih banyak. Hasil kajian, kami rekomendasikan ke Bupati Tabanan,” tandasnya.
Diakui, pelayanan di puskesmas yang belum memiliki apoteker dipercayakan kepada asisten apoteker. “Kami sudah latih mereka (asisten apoteker, Red),” terang dr Suratmika. Mereka yang dilatih dan dijadikan asisten apoteker yakni lulusan SMK Farmasi dan Diploma Farmasi. Sebelum ada asisten apoteker, tugas ini diberikan kepada bidan yang telah diberikan pelatihan tentang obat. Ia berharap, ada kuota dari Pemerintah Pusat untuk pengadaaan apoteker di setiap puskesmas di Tabanan. “Syarat puskesmas jadi BLU harus punya apoteker,” ungkap dr Suratmika menegaskan. *d
Komentar