Bali Jangkau Pasar Ekspor Baru
Pasar tradisional tetap dipertahankan di saat membidik peluang di pasar baru kawasan Eropa Timur, Afrika hingga Amerika Latin.
DENPASAR, NusaBali
Bali terus mengintensifkan memburu ‘pasar baru’ yakni negara-negara tujuan ekspor baru, selain negara-negara yang sudah langganan menjadi tujuan ekspor produk perdagangan Bali.
Beberapa upaya tersebut, mengintensifkan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, khususnya Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional. Negara-negara yang menjadi ‘pasar baru’ ekspor komoditas produk Bali, adalah negara-negara Afrika, Eropa Timur juga negara-negara kawasan Amerika Latin dan beberapa negara lainnya.
Kadis Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Ni Wayan Kusumawathi, menyatakan, pencarian pasar-pasar baru tersebut, wajib dilakukan untuk membuka seluas-luasnya peluang pasar yakni ekspor. “Karena kita memang butuh pasar, untuk menjual produk,” jelasnya, Minggu (23/7).
Dikatakan Kusumawathi, terkait ekspor–impor ada dua istilah, yakni ‘pasar tradisional’ untuk negara-negara yang sudah biasa menjadi tujuan perdagangan produk atau komoditas Bali. Negara-negara ‘pasar tradisional’ tersebut, di antaranya negara- negara kawasaan ASEAN, Asia, Australia, Eropa (Barat) dan Amerika Serikat. “Negara-negara di kawasan ini seperti Jepang, Autralia kan memang sudah lama dikenal menjadi tujuan eskpor kita,” jelas Kusumawathi.
Sedang untuk negara-negara di luar tersebut (pasar tradisional) adalah negara-negara yang relatif baru dalam beberapa waktu terakhir menjadi tujuan ekspor. Atau yang masih dalam penjajagan sebagai tujuan. “Istilahnya pasar non tradisional,” lanjutnya.
Beberapa negara di antaranya kawasan Eropa Timur di antaranya Rusia, Ukraina, Norwegia. Di kawasan Afrika ada Afrika Selatan, Maroko, Sinegal dan lainnya. Juga Argentina, Brasil untuk kawasan Amerika Latin.
Papar Kusumawathi, potensi pasar-pasar non tradisional cukup terbuka. Artinya peluang pasar memang terbuka. Hal itu didasarkan adanya realisasi ekspor. Walau volume dan nilainya belum bisa dibandingkan dengan volume dan nilai pada pasar-pasar ‘tradisional', hal itu menunjukkan komoditas dari Bali punya kans memperluas pemasaran.
Selain koordinasi dengan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, upaya lain yang dilakukan tentu saja promosi, seperti lewat Indonesia Trade Promotion Centre, berkoordinasi dengan Atase Perdagangan di negara-negara tujuan, serta tentu lewat promosi pariwisata. “Kita lihat cukup ada progres dari waktu ke waktu, walau fluktuatif,” kata Kusumawathi.
Meski berupaya merambah ‘pasar baru’, tandas Kusumawathi pasar-pasar tradisional tetap dipertahankan dan dipelihara. Karena sudah menjadi pasar andalan.
Total nilai ekspor Bali pada Januari –Juni 2017 sebesar 340.059.694,45 dolar AS. Meningkat 17,03 persen dari periode Januari-Juni 2016, yang besarnya 290.585.827,65 dolar AS. “Karenanya upaya perluasan pasar terus diupayakan,” demikian Kusumawathi. *k17
Beberapa upaya tersebut, mengintensifkan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, khususnya Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional. Negara-negara yang menjadi ‘pasar baru’ ekspor komoditas produk Bali, adalah negara-negara Afrika, Eropa Timur juga negara-negara kawasan Amerika Latin dan beberapa negara lainnya.
Kadis Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Ni Wayan Kusumawathi, menyatakan, pencarian pasar-pasar baru tersebut, wajib dilakukan untuk membuka seluas-luasnya peluang pasar yakni ekspor. “Karena kita memang butuh pasar, untuk menjual produk,” jelasnya, Minggu (23/7).
Dikatakan Kusumawathi, terkait ekspor–impor ada dua istilah, yakni ‘pasar tradisional’ untuk negara-negara yang sudah biasa menjadi tujuan perdagangan produk atau komoditas Bali. Negara-negara ‘pasar tradisional’ tersebut, di antaranya negara- negara kawasaan ASEAN, Asia, Australia, Eropa (Barat) dan Amerika Serikat. “Negara-negara di kawasan ini seperti Jepang, Autralia kan memang sudah lama dikenal menjadi tujuan eskpor kita,” jelas Kusumawathi.
Sedang untuk negara-negara di luar tersebut (pasar tradisional) adalah negara-negara yang relatif baru dalam beberapa waktu terakhir menjadi tujuan ekspor. Atau yang masih dalam penjajagan sebagai tujuan. “Istilahnya pasar non tradisional,” lanjutnya.
Beberapa negara di antaranya kawasan Eropa Timur di antaranya Rusia, Ukraina, Norwegia. Di kawasan Afrika ada Afrika Selatan, Maroko, Sinegal dan lainnya. Juga Argentina, Brasil untuk kawasan Amerika Latin.
Papar Kusumawathi, potensi pasar-pasar non tradisional cukup terbuka. Artinya peluang pasar memang terbuka. Hal itu didasarkan adanya realisasi ekspor. Walau volume dan nilainya belum bisa dibandingkan dengan volume dan nilai pada pasar-pasar ‘tradisional', hal itu menunjukkan komoditas dari Bali punya kans memperluas pemasaran.
Selain koordinasi dengan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, upaya lain yang dilakukan tentu saja promosi, seperti lewat Indonesia Trade Promotion Centre, berkoordinasi dengan Atase Perdagangan di negara-negara tujuan, serta tentu lewat promosi pariwisata. “Kita lihat cukup ada progres dari waktu ke waktu, walau fluktuatif,” kata Kusumawathi.
Meski berupaya merambah ‘pasar baru’, tandas Kusumawathi pasar-pasar tradisional tetap dipertahankan dan dipelihara. Karena sudah menjadi pasar andalan.
Total nilai ekspor Bali pada Januari –Juni 2017 sebesar 340.059.694,45 dolar AS. Meningkat 17,03 persen dari periode Januari-Juni 2016, yang besarnya 290.585.827,65 dolar AS. “Karenanya upaya perluasan pasar terus diupayakan,” demikian Kusumawathi. *k17
1
Komentar